UNTUK CLOSE : KLIK LINK IKLAN DI BAWAH 1 KALI AGAR MELIHAT FULL ARTIKEL ^^


Tampilkan postingan dengan label Abdurahman Faiz. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Abdurahman Faiz. Tampilkan semua postingan

Minggu, 12 September 2010

Puisi dalam Topi | Abdurahman Faiz

Puisi dalam Topi
Hal Judge

Abdurahman Faiz

Penyair tak mempunyai tugas lain
kecuali membaca kalbu semesta
dan menangkapnya
dengan hati, getar pena,
bahkan topimu

Begitulah kau pun mencoba
mengeja semua
kerikil, batu, pasir, cuaca, presiden,
para manusia yang dahaga minyak,
senjata, tank-tank yang menggila,
lalu pahatan darah di bumi kita
kau simpan semua dengan jujur
dalam topimu

Di manakah Arabia? Tanyamu.
Apakah itu tempat di mana semua anak
bernama Muhammad
menggenggam batu dan airmata
demi membela keluarga
yang akan dipenjara atau dibunuh?

Kau masukkan semua pertanyaan itu
dalam topimu
dalam topi
untuk dijawab oleh hati
yang tiba-tiba tersayat pisau
beraroma minyak dan kertas koran

Belum senja
ketika dalam bis hari itu
dengan mata yang telah semakin biru
kau buka topimu,
dan kau serahkan padaku

:untuk selalu menulis dengan hati, penyair!


(8 Juli 2006)

Puisi Anak-Anak | BAGI AYAH IBU YANG AKAN BERCERAI | Abdurahman Faiz

DARI SEORANG ANAK, BAGI AYAH IBU YANG AKAN BERCERAI
Abdurahman Faiz

Ayah, Ibu
tolong, jangan cerai
sebab bercerai selalu membuat kita runtuh
tak bisakah semua dibicarakan baik-baik
dengan kepala sedingin batu es
dan hati yang embun?

Tolong,
jangan bertengkar di hadapan kami
apalagi saling melempar perabotan
jangan menebar caci dan fitnah
apalagi sampai ke koran, majalah dan televisi
dan jangan jadikan rumah kita
bagai zona perang

Mengapa kalian saling menyakiti
dan mengabaikan kami?

Kami bukan lemari
yang kalian pajang di rumah
bisa digotong ke sana kemari
kami punya kebeningan hati
pendapat yang bisa dipertimbangkan
kamilah penggenggam erat semua cinta
yang kalian lempar sampai begitu jauh

Jangan bercerai,
kecuali hanya bila salah satu pergi menghadapNya
jangan bercerai,
kecuali hanya bila ada yang mengingkari ilahi
jangan bercerai, ayah ibu
sebab itu berarti meruntuhkan dunia indah
yang kita bangun sejak dulu
dari senyuman dan kenangan
yang kita kumpulkan setiap waktu

Ayah ibu,
bila kalian tetap bercerai
mungkin kami tak lagi kanak-kanak
diri kami akan menyusut, mengerut
menjelma gumpalan duka tanpa mata,
lalu mungkin akan kami asah
duri-duri hati menjadi taring

Pada suatu masa
kalian pun akan tergugu
menemukan kami yang berhati bolong
di sepanjang lorong
menuju rumah entah siapa

Biografi Abdurahman Faiz

Biografi Abdurahman Faiz

Abdurahman Faiz lahir di Jakarta, 15 November 1995, anak pertama dari pasangan Tomi Satryatomo (jurnalis televisi) dan Helvy Tiana Rosa (cerpenis). Ia telah menulis puisi sejak berusia 5 tahun. Namanya mulai dikenal publik ketika ia menjadi Juara I Lomba Menulis Surat untuk Presiden tingkat nasional yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta (2003). Pertama kali Faiz tampil membacakan puisi-puisinya yang pada waktu itu belum dibukukan, adalah atas undangan Nurcholish Majid pada acara peluncuran buku beliau yang mengundang ratusan tokoh nasional. Saat kelas II SD puisi Faiz “Sahabatku Buku” menjadi juara Lomba Cipta Puisi Tingkat SD seluruh Indonesia yang diadakan Pusat Bahasa Depdiknas (2004).

Buku kumpulan puisi pertama Faiz Untuk Bunda Dan Dunia (DAR! Mizan, Januari 2004) terbit saat ia berusia 8 tahun dan diberi pengantar oleh Taufik Ismail. Buku tersebut meraih Anugerah Pena 2005 serta Buku Terpuji Adikarya IKAPI 2005. Sejak buku itu terbit Faiz kian sering diundang membacakan dan membicarakan karya-karyanya--- yang banyak mengetengahkan berbagai persoalan sosial kemasyarakatan dan politik--- dalam berbagai forum, termasuk di hadapan Presiden Megawati Soekarno Putri, Presiden SBY, mantan presiden Abdurrahman Wahid, Wakil Presiden Jusuf Kalla, sejumlah menteri dan tokoh-tokoh nasional lainnya. Ia pun pernah diundang sebagai salah satu panelis Debat Capres di stasiun televisi swasta, pada pemilu lalu.

Buku keduanya: Guru Matahari (DAR! Mizan 2004), terbit saat ia masih berusia 8 tahun pula, diberi pengantar Agus R. Sarjono mendapat nominasi Khatulistiwa Literary Award 2005. Buku ketiganya: Aku Ini Puisi Cinta (DAR! Mizan 2005) membawanya meraih penghargaan Penulis Cilik Berprestasi dari Yayasan Taman Bacaan Indonesia (2005).

Buku keempat Faiz adalah kumpulan esai berjudul: Permen-Permen Cinta Untukmu (DAR! Mizan 2005). Karyanya juga terdapat dalam antologi bersama: Matahari Tak Pernah Sendiri (1 dan 2), Jendela Cinta (GIP 2005), dan Antologi Puisi untuk Yogyakarta (2006). Puisinya pernah dimuat di sejumlah koran nasional antara lain Kompas dan Republika. Tahun 2006 Faiz dinobatkan sebagai Anak Kreatif Indonesia versi Yayasan Cerdas Kreatif Indonesia yang dipimpin Kak Seto.

Bersama beberapa penulis cilik lainnya siswa SDIF Al Fikri-Depok ini menulis kumpulan cerpen Tangan-Tangan Mungil Melukis Langit (LPPH 2006), untuk membantu biaya sekolah bagi teman-teman kecil mereka yang tinggal di kolong jembatan tol. Buku terbaru Faiz: Nadya: Kisah dari Negeri yang Menggigil, dikatapengantari oleh Sapardi Djoko Damono (LPPH, Juli 2007) dan Magic Cristal (Antologi bersama, DAR Mizan 2008), Faiz mendapat PKS Award tahun 2007 dan mendapat Anugerah Kebudayaan RI dari Presiden SBY tahun 2009.

Sumber : http://masfaiz.multiply.com/