Harga telur tetas ayam kampung terus merangkak naik. Hal ini disebabkan permintaan telur tetas tidak sebanding dengan pasokan yang ada di pasaran. Pada tahun 2007, harga telur fertil berkisar Rp.900/butir. Namun pada pertengahan tahun 2008 harga telur naik menjadi Rp. 1600/butir dan pada tahun 2009 naik lagi menjadi Rp.1700/butir. Sedangka harga telur non fertil yang tadinya dibawah Rp.1.000/butir menjadi Rp.1300/butir.
Pada kurun waktu yang sama harga DOC (day old chicks) bergerak dari Rp. 2500/ekor pada tahun 2007 menjadi Rp.3300/ekor pada tahun 2008. Pada tahun 2009 harga DOC meningkat lagi menjadi Rp.3700/ekor. Harga ayam ukuran 0,8-1,0 kg pun terangkat dari sekitar Rp.16.000/ekor menjadi Rp.23.000/ekor. Karena itu, meskipun terjadi lonjakan harga pakan hingga mencapai Rp.4800/kg, peternak masih tetap untung.
Dengan menghitung tingkat kematian ayam kampung dibawah 5%, usaha pembesaran masih memberikan keuntungan sekitar Rp.4500/ekor atau 25% dari modal. Hal ini tentu menarik bagi usaha pembibitan, penetasan dan pembesaran ayam kampung.
Pada kurun waktu yang sama harga DOC (day old chicks) bergerak dari Rp. 2500/ekor pada tahun 2007 menjadi Rp.3300/ekor pada tahun 2008. Pada tahun 2009 harga DOC meningkat lagi menjadi Rp.3700/ekor. Harga ayam ukuran 0,8-1,0 kg pun terangkat dari sekitar Rp.16.000/ekor menjadi Rp.23.000/ekor. Karena itu, meskipun terjadi lonjakan harga pakan hingga mencapai Rp.4800/kg, peternak masih tetap untung.
Dengan menghitung tingkat kematian ayam kampung dibawah 5%, usaha pembesaran masih memberikan keuntungan sekitar Rp.4500/ekor atau 25% dari modal. Hal ini tentu menarik bagi usaha pembibitan, penetasan dan pembesaran ayam kampung.