UNTUK CLOSE : KLIK LINK IKLAN DI BAWAH 1 KALI AGAR MELIHAT FULL ARTIKEL ^^


Minggu, 26 September 2010

PEMUJA MALAM


PEMUJA MALAM
Gita Nuari

seusai kita bernyanyi bumi mengental dalam waktu yang basah botol-
botol menyimpan napas kita yang busuk di antara teriakan para pemuja
malam siapa di antara kita yang tak pernah pulang? rumah telah menjadi
terumbu karang dihuni ganggang laut meradang di tengah gelombang
seusai kita bernyanyi burung-burung membatu di langit. imajinasi
lumpuh kita terdampar di antara kepak kelelawar meneguk getah mawar.


Puisi Tahun Baru Karya Gita Nuari


TAHUN BARU
Gita Nuari

sebutir telur mata sapi di atas sepiring nasi kedai 24 jam mengulum
asap dapur. suara motor, suara terompet, sorak-sorai anak-anak bangsa
di atas truk terbuka, mencari ujung malam di sebuah tanah lapang,
tenda-tenda mengelopak suara radio, gitar yang dipetik. desah anak abg
yang baru pertama kali tercium bibirnya oleh sang pacar, anak seorang
lurah, smu kelas III yang sedang belajar jadi arjuna lalu, seorang
anak yang tersisih dari peradaban menancapkan obor pada detik-detik
pergantian tahun di atas kuburan. setelah banyak nonton sinetron horor
ia jadi terbiasa melihat kuburan dan asap. ia ajak para setan untuk
turut merayakan pergantian tahun dengan membaur di antara manusiaaku
dengan sebutir telur mata sapi merasa risih dan gamang, saat kembang
api menyeruak ke langit tepat pukul nol nol. ada apa dengan tahun?
apakah tahun berakhlak baik sehingga banyak orang berhara pada kebai
kan di tahun baru? ada apa dengan tahun lama? bukankah tahun bertahun-
tahun selalu dengan isi yang sama? ada bencana alam, krisis ekonomi,
teror bom, musibah, kawin cerai dan kematian? aku dengan sebutir telur
mata sapi, setuju bahwa tahun baru ibarat tubuh yang berganti pakaian
dengan ukuran yang sama tapi tetap sempit dan panas ketika dikenakan!





Puisi Ikrar Gita Nuari


IKRAR
Gita Nuari

berulangkali cemara bergoyang
mencorat-coret
cakrawala di benak
kupu-kupu lintas,
belah pandangan
di kaca jendela.
cinta telah senja?
sepagi ini kau membatu
di simpang ragujanin
kata-kata membisu
madu jadi empedu
aku tuang lima sloki
pertanyaan ke telingamuk
apan cinta jadi cincin kata?
(aku tunggu jawab di bawah kitab)

Depok, 2010

Kamis, 23 September 2010

LAGU SENDU Gita Nuari


LAGU SENDU
Gita Nuari

tanganmu menyentuh
dingin telaga
seketika bayang kita
pecah di sana
bunga kamboja lepas dari tangkai
didorong angun melata ke dalam debar
hati meruncing. kalimat memar
dimana gerangan
penyejuk api?
ini lagu tak kunjung usai
merintih sampai kamar

Depok, 2010

Puisi Minuman | Puisi Tentang Minuman


MINUMAN
Gita Nuari

kita seharian minum
bergelas-gelas keraguan
pergi menuju entah
pulang lupa arah
kita seharian makan
berpiring-piring kepalsuan
pikiran ke kiri
langkah ke kanan
jangan saling tikam
jika jalan penuh tikungan
ambil kompas
mari berlayar di lautan lepas

Depok, 2010

SEBATAS KEPAK


SEBATAS KEPAK
Gita Nuari

diterang paling derang
langkahmu terbaca mataku
tapi di ujung kelokan
kau hilang di rimbun hutan dua ekor capung
bersenggama di atas danau
di ujung paling mendung, kau muncul
menjelma gelang-gelang airah, baru kali ini
rindu bersayap gelap
terbang sebatas kepak
singgah karena lelah

Depok, 2010

Puisi NOL Karya Gita Nuari


NOL
Gita Nuari

baiklah, kau telah menulis sunyi di batu itu
yang kemudian kau biarkan digauni lumut dan semut
aku tak menduga ada kabar bahwa menara
yang kau bangun dengan airmata, terbakar tadi malam
orang-orang memadamkannya dengan bersorak
kejam, katamu. keji, kataku
sudah kuhallo berulang kali ponselmu
tapi kesunyian yang kuterima
kau sengaja mencuri suaraku
tapi kau sembunyikan
gairahmu
kosong, katamu. hampa, kataku

Depok, 2010


KAKU | Puisi Gita Nuari


KAKU

Gita Nuari

diterik paling rawan, aku dingin melihatmumembiarkanmu jadi bulan-bulanan waktutak ada jembatan kau langkahi, tak adabukit terjal kau tapaki. hidupmu layaknyakayu yang dimakan rayap. pohon yang meranggas dimamah cuaca. kakimu selaluterbenam di lumpur paling kental, tanganmudiborgol kerangkeng kehidupan. ada apitapi kau tak membakarnya, ada arustapi kau tak mengayuhnya ke arah yang benardunia apa yang sedang kau bangun, saudaraku?kau lihat, laut kian mengecilkan daratan!

Depok, 2010


Puisi KABAR Gita Nuari


KABAR

Gita Nuari

kabarmu sekarang ada di benua birutiap pagi kotamu diguyur badai salju burung-burung sangat malas berkicau cuaca mengukung dan mengurungkau sendiri merasa hidup dalam tempurung dari jendela kau hanya bisa melihat duniamu hilang warna, memutih seperti timbunan kapas. kulitmu bersisik karena dingin yang menggigit. ingatkan bahwa di lembang aku juga merasakan hatimu?

indonesia negeri kita, tanah air moyang kita. seburuk apapun negeri ini, aku akan beranak pinak di sini. menuai kehidupan dengan kepala tegak. merajut mimpi-mimpidengan cahaya keyakinan dan kepercayaan.

Depok, 2010


Puisi Taman Gita Nuari


TAMAN

Gita Nuari

di taman ini burung-burung bersayap besi bunga-bunga membusuk di tong sampah ada jejak berdarah di dalam tas, aromanya menyebar di seantero jamban. cinta lumpuh digerus kegelapan sepanjang tahun ada rindu mengering di ujung jembatan orang-orang saling bertepuk tangan orang-orang saling mengucap salam tapi dimatamu, lagi-lagi matahari meledak, jadi serpihan yang mengganggu langkah menuju peradaban.

Depok, 2010

RUMPUT Karya : Gita Nuari


RUMPUT
Gita Nuari

rumput-rumput setiap hari menyimpan jejak orang yang menginjaknya. hujan hanya membasuh, tak bisa mengasuh maka ketika kita butuh sinar surya, rumput-rumput menyulapnya jadi duri dipunggung dan dikaki kita

seseorang menulis namanya di batu berharap ada yang mengenalinya sebagai pejantan yang tak pernah kalah. tetapi di dalam saku hatimu, pejantan itu, tak lebih hanya sebuah kepompong yang tak punya ruang

Depok, 2010



RENCANA | Puisi Gita Nuari


RENCANA

Gita Nuari

sudah kau semir sepatumu. tapi diluarhujan akan melunturkan semua lapisan semu kenapa harus ketemu jam 9 pagi? bukankah lebih baik jam segitu ada dibalik meja kerja merenungkan masa depan yang monoton lalu merubahnya dengan menu kerja yang lebih baik. lalu kita berdemo di sepanjang kota, menyumbat perekonomian para pelipat nasib kita?

anak-anak kita rajin mengacungkan tangan di kelas, menuding gurunya malas tersenyum mereka merasa kepalanya dijejali tumpukan cita-cita sebuah masa depan yang belum jelas, bisa terbang seperti pesawat. ah, anak-anak kita adalah simbol kehidupan. akar rumah tangga yang spesifik. kenapa harus kita kenakan mereka baju perang di dalam rumah?

Depok, 2010


Rabu, 22 September 2010

beternak ayam kampung

Ciri umum bibit unggul
• Bagian tubuh tak ada yang rusak atau cacat. Misalnya kaki utuh dan leher lurus. Otot kempal dan kuat terutama dibagian paha dan dada. Tulangnya juga kuat
• Susunan bulu teratur,saling meng- himpit dan tampak mengkilat. Kondisi bulu yang baik tersebut mencerminkan keadaan kulit yang baik pula.
• Mata cerah dan pandangannya tampak tajam.
• Gerakannya gesit yaitu mudah berontak bila dipegang.
• Ukuran badannya sedang, tidak kurus dan tidak gemuk.
• Induk jantan mempunya jengger yang berwarna merah cerah, kepala tampak kokoh,paruh pendek,tajam dan kuat. Selain itu, keturunannya bukan berasal berasal dari anak induk betina.
• Jarak ujung tulang dada dengan cloaca(dubur) berjarak minimal 3 jari tangan
Tips Meningkatkan Produktivitas Ayam Kampung
Agar ayam kampung yang kita pelihara sehat, cepat besar dan mampu berproduksi secara optimal, maka perlu diberikan makanan tambahan juga pelaksanaan program vaksinasi yang tepat. Apalagi?
Ayam kampung dipelihara oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia terutama di pedesaan. Ayam ini memang dapat mencari makan sendiri, sehingga biasanya pemeliharaannya dengan dilepas begitu saja tanpa diperhatikan kesehatannya, pertumbuhan maupun produksinya.
Walaupun demikian, ternak ini memiliki potensi yang cukup besar dalam mendukung ekonomi dan konsumsi protein hewani masyarakat. Untuk menjadikan ayam kampung ini sebagai ternak komersial, maka produksinya perlu ditingkatkan. Bagaimana caranya ?
Paling tidak ada empat tindakan yang harus dilaksanakan bila ingin mendapatkan ayam kampung yang berproduksi tinggi, yaitu :
1. Vaksinasi ND secara teratur
Sudah umum diketahui bahwa penyakit tetelo/ sampar/ New Castle Disease (ND) merupakan momok utama penyebab kematian ayam kampung.Penyakit ini biasanya terjadi pada saat pergantian musim, baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya. Karena disebabkan oleh virus, satu-satunya cara untuk menghindarkan ayam dari serangan penyakit ini adalah dengan menciptakan kekebalan pada tubuhnya, denganmelakukan vaksinasi ND secara teratur.
Vaksinasi ND sebaiknya dilaksanakan dengan program 4 4 3 3, artinya ayam mulai divaksin ND pada umur 4 hari dengan cara tetes mata atau hidung memakai vaksin strain F. Setelah itu diulang kembali pada umur 4 minggu dengan cara tetes mata/hidung, tetapi bila memungkinkan untuk disuntik dapat saja dilakukan penyuntikan pada otot dada atau paha.
Kemudian divaksin kembali (revaksinasi) pada umur 3 bulan dengan cara disuntik menggunakan vaksin strain K dan diulang setiap 3 bulan sekali. Tanpa melaksanakan vaksinasi ND secara teratur, ayam kampung yang dipelihara tidak dapat hidup seperti yang diharapkan terutama pada anak-anaknya (antara 1-30 hari).
2. Beri makanan tambahan
Ayam kampung memeng dapat mencari makan sendiri bila dilepas di pekarangan atau tempat-tempat lain. Tetapi makanan yang diperolehnya ini belum tentu mencukupi kebutuhannya untuk tumbuh dan berkembang lebih baik, sehingga pertumbuhan, kesehatan dan produksinyapun akan berpengaruh. untuk itu, untuk mendapatkan ayam kampung yang sehat, cepat besar dan mampu berproduksi optimal diperlukan makanan tambahan.
Makanan tambahan ini dapat saja berupa hasil atau limbah pertanian seperti jagung, ketela, gabah, dedak bahkan limbah dapur atau makanan sisa dapat diberikan, asalkan cukup bergizi. Pemberian makanan tambahan ini sebaiknya dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Maksud diberikan pagi hari saat ayam akan mengembara mencari makan, agar tubuhnya cukup kuat, memiliki tenaga/energi, sehingga akan lebih kuat dan lincah baik dalam mencari makan maupun bahaya yang mungkin dihadapi.
Sedangkan pemberian pada sore hari, yakni pada saat ayam akan tidur maksudnya adalah untuk melengkapi kekurangan makanan yang diperoleh selama pengembaraannya. Makanan ini diperlukan untuk proses pertumbuhan maupun produksinya.
3. Membuatkan kandang
Hal ini jarang sekali diperhatikan oleh pemelihara ayam kampung, padahal jika dikaji kandang ini cukup penting artinya bagi perkembangbiakan ternak. Selain tempat untuk berteduh waktu hujan, untuk bermalam dan tempat kegiatan reproduksi (bertelur dan mengerami telurnya), kandang dapat pula menyelamatkan ayam dari ancaman binatang buas.
Yang terpenting, dengan membuatkan kandang, ayam akan lebih mudah ditangkap pada saat akan melaksanakan vaksinasi ND maupun pada saat akan dijual. Jadi peranan kandang selain untuk melindungi ayam dari segala macam gangguan juga untuk memudahkan tata laksana perawatannya.
4. Penanganan khusus pada anak dan induk
Tujuannya untuk mempercepat atau melipatgandakan perkembangbiakannya. Penanganan khusus pada anak ayam adalah dengan melakukan penyapihan lebih awal. Anak ayam harus disapih pada umur 1 hari atau pada umur 1 bulan, karena pada saat umur 1 bulan anak ayam sudah dapat mencari makan sendiri.
Jika penyapihan dilakukan pada saat umur 1 hari, maka harus dipelihara dalam kandang khusus (box), diberi makanan bergizi dan pemanas (induk buatan) dan jangan lupa divaksinasi. Dengan penyapihan lebih awal ini seekor induk dapat berproduksi lebih banyak daripada dibiarkan mengasuh terus anaknya. Jika dibiarkan mengasuh terus anaknya, induk hanya akan berproduksi setiap 2-3 bulan sekali (4-6 kali dalam setahun.
Perlakuan khusus terhadap induk adalah perlakuan yang diberikan kepada induk yang disapih, baik dari telurnya maupun dari anak-anaknya. Induk yang disapih dengan anaknya atau yang telurnya diambil (tidak dibiarkan mengerami) ditangkap dan dimandikan setiap pagi hari selama 3-4 hari dan diberikan makanan yang lebih bergizi, bila perlu dikurung bersama pejantan. maksud perlakuan ini adalah untuk menurunkan suhu tubuhnya, yang pada saat mengerami telur atau saat mengasuh anaknya, suhu tubuh tinggi. Ini diperlukan untuk memberikan kehangatan baik pada telur yang dierami maupun anak yang diasuh.
Dengan menurunkan suhu tubuh maka sikap mengeram atau mengasuh anak akan berkurang bahkan hilang. Apalagi bila dirangsang dengan makanan bergizi dan pejantan, maka proses peneluran akan lebih cepat timbul. Biasanya induk yang diperlakukan demikian akan bertelur kembali setelah 7-10 hari dari saat perlakuan.
Dengan melaksanakan keempat tindakan tersebut diatas secara utuh diharapkan ayam kampung akan memberikan nilai tambah yang cukup besar dalam mendukung ekonomi keluarga maupun konsumsi protein hewani keluarga dapat lebih tercapai.
Meraup untung dari Ayam Kampung
Agrobisnis seperti sumur yang tak pernah kering. Ini bukan omong kosong.ketika industri lain ambruk diterjang badai krisis moneter, sektor ini terbukti tetap tegar. Benarkah ? bagi yang komponen lokalnya dominan, jawabannya : benar.
Dibidang peternakan, misalnya, usaha ayam ras(ayam pedaging) langsung terkapar ketika krisis berlangsung. Maklum ayam jenis ini banyak menelan dollar, mulai dari bibit, bahan baku pakan, obat-obatan hinggaperalatan.
Lain cerita kalau yang diternakan ayam kampung atau ayam buras(bukan ras) yang 100 % asli Indonesia. Menurut data Ditjen Peternakan, tahun 1998 populasi ayam kampung mengalami peningkatan sekitar 1 % dibanding tahun sebelumnya, jauh berbeda dengan ayam ras yang anjlok sampai 70 %.
Produksi telur ayam ras (leghorn) petelur misalnya bisa mencapai 300 butir setahun. Sementara ayam kampung yang dipelihara secara khusus paling banter hanya 100 butir telur. Begitu juga dengan ayam ras pedaging (broiler). Tubuhnya cepat bongsor, dalam 30 hari bisa mencapai 1 kg. Sementara ayam kampung membutuhkan 3 bulan untuk mencapai bobot hidup yang sama . Hanya saja harga daging dan telur ayam kampung lebih tinggi, itu kelebihannya.
Keuntungannya jelas
Bila serius keuntungan usaha penetasan ayam kampung ternyata cukup menggiurkan. Saat ini harga sebutir ayam kampung Rp 800. Sementara harga seekor anak ayam yang baru menetas atau biasa disebut DOC (Day Old Chick), sekitar Rp 2000 perekor, berarti kalau ditetaskan untungnya lebih dari 100 % ? memang besar.
Mencari telur
Pada dasarnya tidak sulit asal mau telaten. Sebab, telur bisa diperoleh di kampung-kampung. Pada pemeliharaan trdisional, umumnya setiap induk melakukan perkawinan dengan ayam pejantan. Sehingga telur yang dihasilkan merupakan telur yang bertunas atau yang bisa di tetaskan. Bisa juga melalui penjual jamu gendong, dipasar-pasar lokal juga mudah ditemukan.
Mesin penetas
Mesin tetas bisa didapat dengan dua cara. Jika punya uang bisa membeli mesin tetas sendiri. Harganya antara Rp 700 ribu hingga Rp 5 juta, tergantung daya tampungnya. Untuk alat yang satu ini, banyak yang dijual disekitar Tangerang.
Kalau mau menyewa bisa dicari sekitar Rawa Belong, Jakarta Barat. Akan lebih untung kalau memiliki mesin penetas sendiri dengan kapasitas yang besar. Selain dipakai sendiri, juga bisa disewakan.
Pemasaran
Tak usah bingung memasarkan anak ayam. Banyak jalannya. Antara lain melalui Koperasi Peternak ayam buras Jakarta. Atau bisa langsung bekerja sama dengan peternak ayam buras. Kalau belum puas dengan hasil anak ayam, bisnis ini bisa dikembangkan sebagai bisnis terpadu. Artinya, selain anak ayam, juga beternak ayam pedaging (broiler) dan telur.
Pakan Di buat sendiri
Siapa yang tak ingin usahanya berkembang. Untuk itu, ada baiknya seorang peternak juga menguasai pembuatan pakan. Sejak krisis berlanjut, tidak sedikit pengusaha peternakan, baik ayam pedaging maupun petelur, yang gulung tikar. Penyebabnya ya, karena sebagian besar bahan bakunya mengandalkan impor. Sementara pakan dari bahan baku lokal yang sebenarnya dari sisi kualitas tidak kalah, masih jarang dilirik peternak.
Dari pada buang duit untuk membeli bahan pakan ternak ada baiknya mempelajari kiat membuat pakan sendiri seperti yang disajikan dibawah ini. (Tabel I & II).
Pola usaha ini sudah dujalani Ekok Wakradiharjo, peternak ayam kampung yang bermukim di Jagarkarsa, Jakarta Selatan. Dengan menggunakan pakan lokal ia mampu memetik penghasilan lumayan besar.
Dari 1000 ekor ternaknya, minimal setiap bulan mengantungi keuntungan Rp. 1,4 juta. Itu baru dari hasil penjualan ayam kampung pedaging. Jadi belum termasuk telur, ayam afkiran dan kotoran ayam yang belakangan ini jadi rebutan petani karena harga pupuk kimia sangat mahal.
MANFAAT MEMELIHARA AYAM KAMPUNG
Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Sejak kecil kita setiap hari bisa melihatnya. Walau saat ini ayam kampung dikota-kota besar sudah jarang terlihat berkeliaran bebas, bukan berarti keberadaannya punah. Di pinggiran kota masih banyak orang memelihara ayam kampung. Baik dibudidayakan secara sungguh-sungguh maupun hanya sekedar peliharaan untuk memanfaatkan sisa-sisa makanan yang eman-eman kalau dibuang begitu saja.
Ayam kampung mempunyai nilai gizi yang baik. Selain itu juga mempunyai rasa yang lebih khas dan nikmat dibanding dengan jenis ayam pedaging maupun petelur. Serat yang liat dan kenyal menjadi ciri utamaya. Bahkan setiap lebaran ayam kampung identik dengan makanan yang harus diada-adakan.
Ayam kampung mempunyai keistimewaan dibanding yang lain, diantaranya : Ayam kampung lebih tahan terhadap penyakit. Tahan dan mudah menyesuaikan dengan cuaca di Indonesia. Makanannya mudah, bahkan bila di pelihara ala kadarnya cukup diberi makanan sisa-sisa. Dapat dilepas secara bebas.
Tujuan utama orang memlihara ayam kampung adalah untuk diambil telur, daging, dan untuk dikembang biakkan. Ayam kampung juga siap membesarkan anak-anaknya sendiri bila dilepas bebas.
Ada dua cara memelihara ayam kampung, yaitu dipelihara dengan dilepas bebas atau istilahnya diliarkan dan yang kedua dibudidayakan. Keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Ayam kampung yang dilepas bebas biasanya mempunyai tingkat kekebalan yang tinggi. Kita bisa menghemat biaya makanan. Karena ayam cukup diberi makan pagi hari saat akan dilepas berupa sisa-sisa makanan dan tambahan bekatul secukupnya. Selebihnya ayam akan mencari makan sendiri disekitar rumah. Namun cara ini juga ada kelemahannya. Ayam lambat untuk berkembang lebih banyak, karena tingkat kematian pada anak ayam relatif lebih tinggi. Waktu mengasuh terlalu lama yang berarti mengurangi produktifitas. Kita kurang bisa mengontrol keberadaan ayam. Sehingga kemungkinan dimangsa predator maupun hilang lebih tinggi.
Sedang bila kita membudidayakan dengan cara dikandangkan tentu lebih banyak keunggulanya. Walau tentu masih juga ada kekurangannya.
Ayam yang dikandangkan lebih mudah dikontrol keberadaannya. Kita bisa mempercepat populasinya dengan cara setiap ayam yang bertelur kita ambil dan kumpulkan untuk ditetaskan secara bersama dalam satu indukan atau mesin penetas. Anak ayam tidak harus ikt induknya. Namun dapat dipisah dan ditempatkan dengan pemberian panas cahaya listrik (untuk penghangat) dan makanan yang sesuai.
Artikel dicopas utuh dari sini.

Peluang Usaha Ternak Ayam Kampung Terbuka

Peluang usaha skala kecil, mikro, dan koperasi dalam pengembangan bisnis unggas lokal jenis ayam kampung terbuka. Permintaan daging ayam kampung terus meningkat, sementara hanya sebagian kecil yang baru bisa dipenuhi.

Pangsa Pasar ayam kampung
Permintaan daging ayam kampung per hari di wilayah Ja¬karta, Depok, Tangerang, dan Bekasi sekitar 280.000 ekor, dan baru dipenuhi 5 persen. Pangsa pasar daging ayam kampung di Jabodetabek sekitar 45 persen dari total pasar unggas nasional. Karena itu, peluang usahanya masih sangat terbuka.

Peningkatan pasar ayam kampung tidak akan mengganggu pasar ayam pedaging yang selama ini sudah eksis karena karakteristik konsumennya berbeda Konsumen daging ayam kampung umumnya masyarakat dengan tingkat ekonomi yang baik. Sebagian lainnya karena telah memiliki kesadaran tinggi untuk mengonsumsi produk daging ayam organik atau yang tidak melalui proses rekayasa genetika.

Cetak biru pengembangan ayam kampung
Kementerian Pertanian, saat ini tengah menyusun cetak biru pengembangan ayam kampung. Melalui cetak biru itu akan tertuang sistem pengembangan ayam kampung. Selain itu, juga memberikan proteksi usaha ternak ayam kampung dari investor besar.

Usaha ternak ayam kampung mendapat perlindungan dari pemerintah. Hanya peternak skala kecil, mikro, dan koperasi yang boleh masuk, pemodal besar tidak boleh. Kapasitas pemeliharaan maksimal 10.000 ekor. Melalui pembatasan ini diharapkan usaha ternak rakyat akan tumbuh berkembang. Diharapkan blue print sudah ditandatangani Oktober 2010.

Melalui cetak biru itu, dalam 10 tahun mendatang diharapkan pangsa pasar daging ayam kampung mencapai 25 persen dari total konsumsi daging ayam nasional, yang saat ini sebesar 5,5 persen.

Gerakkan ekonomi rakyat dan pedesaan
Dengan target pasar 25 persen, diharapkan pasokan ayam kampung dalam 10 tahun mendatang mencapai 400 juta ekor setiap tahun. Bila satu ekor ayam kampung Rp 60.000, total perdagangan ayam kampung mencapai Rp 2,4 triliun. Ini tentu akan mampu menggerakkan ekonomi rakyat dan pedesaan. Belum lagi nilai perdagangan dari pakan ataupun jasa pengolahan. Saat ini baru ada 3.400 peternak ayam kampung secara intensif. Di luar itu masih ada 1 juta rumah tangga yang memelihara ayam kampung sekitar 35 ekor. Dengan pengembangan, diharapkan 100.000 rumah tangga akan beralih menjadi peternak ayam kampung intensif.

Bibit ayam buras
1. Bibit ayam buras yang dipelihara harus bebas dari penyakit unggas seperti Avian influenza, Newcastle disease, Fowl chollera, Fowl pox, Infectious bursal disease, dan Salmonellosis.
2. Bibit ayam buras yang dipelihara diutamakan yang berasal dari dari daerah lokasi usaha setempat.
3. Penyediaan dan pengembangan bibit ayam buras hasil persilangan antara ayam buras asli dari daerah setempat dengan ayam buras dari daerah lain atau yang disilangkan dengan ayam ras dapat dilakukan dibawah bimbingan Dinas Peternakan setempat atau lembaga / instansi teknis yang berwenang.

Untuk memperoleh bibit induk dan pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Bibit harus sehat dan tidak cacat;
2. Lincah dan gesit;
3. Penampilan tegap;
4. Mata bening dan bulat;
5. Rongga perut elastis;
6. Bulu halus dan mengkilat;
7. Produksi dan daya tetas tinggi;
8. Tidak mempunyai sifat kanibal;
9. Umur bibit antara 5-12 bulan untuk Induk dan 8-15 bulan untuk Pejantan.

Pakan ayam buras
1. Pakan yang digunakan harus cukup dan sehat.
2. Sediaan biologik, farmasetik, premiks, dan obat alami dapat digunakan pada usaha peternakan ayam buras dan telah mendapat nomor pendaftaran.

Obat hewan ayam buras
1. Obat-obat, bahan kimia, hormon dan bahan biologik untuk ternak ayam buras yang digunakan adalah yang sudah terdaftar di Kementerian Pertanian.
2. Penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Siapa berminat ekspor ayam kampung lezat tanpa residu antibiotik?


Sumber Referensi:
1. Kompas halaman 18, tanggal 15 September 2010.
2. Kepmentan nomor 420/Kpts/OT.210/7/2001 tentang Pedoman budidaya ternak ayam buras yang baik (Good farming practice).

Sejuta Manfaat Sehat Telur Ayam Kampung


Telur ayam kampung yang asli mempunyai kelebihan dibandingkan telur ayam yang lain. Selain sumber kalori dan protein hewani yang cukup baik (mudah diserap usus dalam jumlah yang banyak) dapat dipakai sebagai campuran minuman jamu yang diyakini dapat memberikan kesegaran pada tubuh. (foto: Google)
Telur ayam kampung yang asli mempunyai kelebihan dibandingkan telur ayam yang lain. Selain sumber kalori dan protein hewani yang cukup baik (mudah diserap usus dalam jumlah yang banyak) dapat dipakai sebagai campuran minuman jamu yang diyakini dapat memberikan kesegaran pada tubuh. (foto: Google)
Telur merupakan makanan bergizi dan mudah diperoleh dengan harga terjangkau. Telur mengandung kadar protein, vitamin serta mineral tinggi. Anda cemas akan kandungan lemaknya? Jangan khawatir, telur hanya mengandung sedikit lemak jenuh. Karena itu, jika ingin makanan yang cepat saji, telur bisa menjadi pilihan Anda. Berikut beberapa manfaat yang bisa Anda peroleh dengan mengkonsumsi telur.
Telur sumber protein terbaik sekaligus termurah. Namun, masih banyak yang perlu Anda ketahui tentang telur. Telur termasuk makanan paling populer, rasanya tak ada orang yang tak kenal bahan makanan kaya protein ini.
Di Indonesia sendiri telur ayam masih dibagi 2 bagian, yaitu telur ayam negeri dan telur ayam kampung. Telur ayam kampung memiliki ukuran lebih kecil, tetapi warna kuningnya lebih cerah.
Zat Gizi Telur Ayam Kampung
Telur ayam kampung yang asli mempunyai kelebihan dibandingkan telur ayam yang lain. Selain sumber kalori dan protein hewani yang cukup baik (mudah diserap usus dalam jumlah yang banyak) dapat dipakai sebagai campuran minuman jamu yang diyakini dapat memberikan kesegaran pada tubuh.
Dengan demikian tubuh tidak mudah kena penyakit. Per 100 gram telur ayam kampung mengandung 174 kalori, 10,8 gram protein, 4,9 mg zat besi dan 61,5 g retinol (vitamin A). Untuk meningkatkan khasiatnya dalam mengkonsumsi tekur ayam kampung dapat ditambahkan madu asli (untuk menambah energi).
Fungsi Telur Ayam Kampung Untuk Kesehatan
  • Dapat menyembuhkan penyakit jantung koroner, kencing manis, maag atau usus besar.
  • Selain mengandung sumber energi juga mengandung sumber protein yang cukup. Energi yang dipakai untuk mengganti energi yang digunakan aktifitas dan berfikir sedangkan proteinnya diperlukan untuk mengganti bagian organ yang rusak.
  • Mempunyai kandungan kolesterol (pada kuning telur) cukup tinggi. Bagi yang mempunyai hipertensi atau hiperkolesterolemia (kandungan kolesterol dalam darah yang tinggi) harus hati - hati mengatur konsumsinya.
  • Membantu mengatasi kelelahan dan kecapaian tubuh, namun tidak dapat mengatasi seluruhnya karena badan masih membutuhkan waktu untuk mengistirahatkan organ tubuh. (fn/mi/ld) www.suaramedia.com

Minggu, 19 September 2010

Evangelista Torricelli, Fisikawan Italia


Evangelista Torricelli (1608-1647), fisikawan Italia kelahiran Faenza dan belajar di Sapienza College Roma. Ia menjadi sekretaris Galileo selama 3 bulan sampai Galileo wafat pada tahun 1641. Tahun 1642 ia menjadi profesor matematika di Florence. Pada tahun 1643 ia menetapkan tentang tekanan atmosfer dan menemukan alat untuk mengukurnya, yaitu barometer.

Pada tahun 1643, Torricelli membuat eksperimen sederhana, yang dinamakan Torricelli Experiment, yaitu ia meggunakan sebuah tabung kaca kuat dengan panjang kira-kira 1 m dan salah satu ujungnya tertutup. Dengan menggunakan sarung menghadap ke atas. Dengan menggunakan corong ia menuangkan raksa dari botol ke dalam tabung sampai penuh. Kemudian ia menutup ujung terbuka tabung dengan jempolnya, dan segera membaliknya. Dengan cepat ia melepaskan jempolnya dari ujung tabung dan menaruh tabung vertikal dalam sebuah bejana berisi raksa. Ia mengamati permukaan raksa dalam tabung turun dan berhenti ketika tinggi kolom raksa dalam tabung 76 cm di atas permukaan raksa dalam bejana. Ruang vakum terperangkap di atas kolam raksa.

sumber: id.wikipedia

Sabtu, 18 September 2010

Sajak Taman Sastra (3) Hendy CH Bangun


Sajak Taman Sastra (3)
Hendy CH Bangun

Setelah puluhan tahun tak bertemu
Berubahkan mata indah yang kau puja dulu?

Lebih baik menerka-nerka
Lewat suara renyah
Pilihan kata-kata bodoh
Dan olok-olok yang kau tahu bohong

Sebaiknya kau berpikir
Lagu yang kau pilih
Untuk ilustrasi mengiringi
Kotak cinta yang kau buka lagi
Hits Chrisye yang populer kembali
Atau Ebiet G Ade yang bicara tentang sunyi
Seperti janji yang berlari tanpa permisi?

Siapa salah tak lagi masalah
Akuilah
Dulu kita pergi selagi marah

Masihkah merekah si senyum manis?
Ah, lebih baik tetap begini
Tak ada yang seindah imaji

Palmerah Barat, 13 Maret 2009

Sajak Taman Sastra (2)


Sajak Taman Sastra (2)
Hendy CH Bangun

Jangan campakkan ke kali
Edelweiss yang kupetik
Dari Lembah Suryakencana kemarin

Ribuan langkahkuTetes deras keringatku
Dari Cimacan sampai ke Puncak
Melewati Kandang Badak
Lalu turun di Pasar Cipanas
Menjiwai bunga cantik itu

Lihatlah lembut putihnya
Usaplah rambut-rambut halusnya
Kau akan merasakan
Cintaku bersamanya
Hiruplah harum tanahnya
Kau akan kenali hasrat
Yang mengalir dari ruapnya

Namun sore itu kau terpaku
Di depan professor yang membuka pintu
"Dia sedang keluar, tidak ada di rumah"
Lalu kau permisi dengan wajah merah

Platonis yang sempurna


Palmerah Barat, 13 Maret 2009

Sajak Taman Sastra


Sajak Taman Sastra
Hendy CH Bangun

: untuk sebuah nama

Terhimpit di sepi selasar
Dan merah cahaya senja
Kau cuma bisa menyumpah
Haruskah cinta melulu luka?
Haruskah semua kotak teka teki silang
Terisi penuh agar kudapat hadiah?

Di antara cemara berjajar di halaman belakang
Koral-koral mengurung langkah sepatumu
Rumput meranggas bukan tempat mengadu
Kata-kata itu kembali bergemuruh
"Kasih pun perlu kepastian
Semacam ijazah atau uang muka sebuah rumah"

Riuh burung gereja
Membuatmu nyaris tertawa
Buku, catatan, map yang lusuh
Tidak beda dengan senandung
Kesetiaan Shinta pada Rama
Yang kerap kau jadikan kidung merayu
Tidak laku, bung

Cinta bukan dongeng masa kecil yang selalu happy end
Seperti pangeran dan putri
ciptaan Hans Christian Andersen
Yang dulu kadang dibacakan ibumu
Sambil terkantuk-kantuk
Dan sibuk mengusir gigitan nyamuk

Ini bukan waktunya menangis
Seperti gelembung perment karet yang meletus
Kau bisa meniupnya lagi
Bahkan seribu kali kalau kau mau
Takkan ada air mata
Yang menetes dari matahari
Yang kau tatap dari lantai
tiga asrama setiap pagi

Palmerah, 13 Maret 2009

Aku Ingin | Hendy CH Bangun

Aku Ingin
Hendy CH Bangun

Sekali dua
Aku ingin tanpa cahaya
Supaya biasa
Meraba dalam gelap
Tanpa perlu menutup mata

Aku bisa menangis tanpa terlihat
Tepekur tanpa merasa malu
Berkerut tanpa ditanya
Memaki tanpa ditegur
Lalu aku bisa terantuk dan jatuh
Dan bangun
Sambil kesal atau tersenyum

Satu dua kali
Aku ingin tanpa suara dalam pekat
Menguji mata
Apa masih bisa melihat sinar
Barang setitik
Agar hatiku bisa membuang amarah
Tanpa kata-kata
Atau juga melepaskan panah benci
Ke pemilik langit
Walau tak berani meyakini
Dia akan mati

Sesekali
Aku ingin sendiri
Di ruang jelaga
Tanpa suara
Beku Dihimpit bumi
Supaya bisa mengatur nafas
Walau selubang pori
Menjejaki tapak para sufi
Ke ruang abadi

Aku ingin sekali
Tapi begitu keras
Hati ini
Tangan ini
Kaki ini
Kembali seperti biasa
Berkeluarga
Bekerja
Bertetangga
Bersedekah
Ke mesjid
Lalu bergunjingMencibir
Mencuri Memuji diri

Aku ingin sekali
Aku ingin sekali

Palmerah, 6 Mei 2009

Sajak Kampung | Karya Hendy CH Bangun


Kampung
Hendy CH Bangun

ada rindu bertalu-talu
pada sawah dan gunung
kerabat dan kampung
lenguh lembu dan cicit burung
saat waktu menandai umur

seperti baru saja
kau lompati pematang dan ladang
mengejar capung dan kupu-kupu
menarik benang layang-layang
atau main kejar-kejaran di lapangan
lalu mandi sampai sore di sungai berbatu
yang menjadi pembatas desa

seperti baru sekejap
sambil senandung kau petik jeruk dan biji kopi
atau ke hutan menguliti kayu manis
lalu sembunyi dan tertidur di rimbun kembang sepatu
dielus kicauan burung-burung

seperti masih terasa
tiupan dingin angin gunung dan lembah
dan kau menatap cemas lampu minyak
berdoa dia tak padam supaya kau tidak dicekik gelap
sementara di jalanberbatu di luar rumah
berjajar keranjang sayur menunggu dibawa tengkulak ke kota

seperti baru kemarin
dan waktu menciptakan kerut
kala menjadikan lupa

kapan pulang?
kian beku dibekap sibuk
atau tak lagi percaya
masih ada surga di sana

Palmerah Barat, 27 Agustus 2009


Elegi Batukarang


Elegi Batukarang
Hendy CH Bangun

Waktu seperti berhenti di sini
Meski rambut telah beruban
Nenek dan bapak sudah
di kuburan
Pohon kenangan tak lagi berdiri

Orang-orangan penjaga padi
Masih setia mengisi di pematang dan tepi
Mengusir burung lewat tali-tali
Yang dulu kau tarik ulur tiap hari

Aspal masih terkelupas
Membuncah batu dan tanah
Mengaduk kereta kerbauYang membawa pupuk dan cangkul
Atau sekadar makan siang

Bunga-bunga matahari mekar
Kuning, membakar semangat
Berjajar di tepi parit
Melambai diterpa angin
Kadang menyentuh jemari
Waktu dan bus berselisih

Nun tinggi di kanan
Berkilau belerang di bibir Sinabung
Meleleh di antara awan putih
Sambil kau bayangkan
Rimbun yang kian menipis
Ketika pohon menjadi kebun dan ladang

Kau takkan tersesat
Rumah-rumah masih bernomor sama
Hanya pintu jendela berganti warna
Kusam dan berlubang karena rayap
Tiang kian rapuh, penyangga mau rubuh
Seng di atap menjadi coklat, bahkan berlumut
Wajah di balik tingkap
Seperti tak ada bedanya tiga puluh tahun silam
: melulu derita di balik tawa
Zaman orla, orba, atau reformasi
Tanah kenangan terantuk-antuk tersisih
Dulu ditinggal penuh janji
Kini dilupakan si malin
Tak kembali Uang panen padi
Keringat bunda menyabitka ani-ani
Batuk ayah membajak sawah

Simpang tiga kian mati
Masih kau temui
Ceceran kotoran anjing
Dan liur daun sirih
Satu dua lelaki bersarung
Ibu-ibu bertudung
Berbincang atau duduk
Menghabiskan hari di kedai kopi
Tanpa tranksaksi berarti
Seperti pernah kau ingat dulu

Lapangan bola makin melalang
Tepi kali dulu kau mandi
Terban tak terurus
Titian kecil tempat memancing
Tinggal separuh
Pelataran tempat bermain
Tak lagi berbentuk
Nafas tinggal sedikit
Tapi aku tak yakin
Ingin menitip umur di sini

Jakarta 2007

Sajak Bencana | Puisi Bertema Bencana Alam


Bencana
Hendy CH Bangun

selalu kukira
aku mengenalmu
tapi ternyata belum

ketika kurasa kau tidur
gedung runtuh mendadak
surau dan sekolah terbelah
ketika kau gerakkan tangan
untuk sekadar menggeliat
dan ribuan orang berlarian
ke sawah dan bebukitan
bayi menangis, ibu menjerit

aku kerap merasa
bisa memahamimu
tapi kukira tidak

ketika kau menguap
gemuruh bergelora
air tinggi bergulung-gulung
lalu berayun-ayun perahu
menghempas pantai dan batang kelapa
menenggelamkan pasir
merendam jalan-jalan tepian

kini kutahu
aku harus terus membacamu
tiap-tiap huruf dalam buku
serta hela nafas dan gerakmu
karena kami bukan apa-apa
:sebatas debu dalam gurunmu

Palmerah Barat, 1 Oktober 2009

Puisi Tema Puasa | Karya Hendy CH Bangun

Puasa
Hendy CH Bangun

Bukan hanya gemetar dan rasa lapar
Terus membelit impian-impian liar
Mengingatkan pada amsal ular
Yang membuat
Adam dari surga terlempar


Bahkan saat kau dirikan
Tiang-tiang utama bangunan iman
Masih bertebaran
lumpur dan bau asam
Di setiap gerakan badan
Kumatikan pun semua indera
Tetap saja dia menyusup
Lewat aorta dan vena
Ke jantung yang berdegup


Betapa lemah
Betapa rendah
Bahkan tanpa digoda
Kau sudah mau menyerah


Saat Berbuka Puasa
Di tengah desah syukur
Dan sayup adzan melantun
Setan-setan berebut
Menyorongkan tangan ke mulut
Sampai kau tak sanggup


Empat belas jam bertarung
Kau nyaris kalah
di detik-detik terakhir
Diaduk silau hidangan
di atas meja
Yang diputarkan
iklan televisi setiap kali
Ada yang bilang itu biasa
Seperti menyerobot
antrian dan lampu merah
Atau mengantongi uang
tanda terima kasih
Lalu buat apakah
Kau menahan nafsu dan dahaga
Sambil berzikir?


Ingin kaupejamkan mata
Mengunjungi lagi
danau penuh teratai
Atau temaram senja
menenggelamkan
matahari di pantai
Terus terang
tak mudah menahan goda


Sehabis Berbuka Puasa
Jam berapa?
Lalu kau merasa
Cukuplah berdoa sendiri saja
Sambil mengeluhkan perut kenyang
Dan bising suara
anak-anak di mesjid
Saat shalat tarawih


Betapa berat menggulir
bola-bola tasbih
Ketika terdengar dialog
dan suara televisi
Menusuk kuping
Lalu kau bayangkan
gadis-gadis cantik
Dan komedi lucu
yang kau tonton rutin


Padahal padamu dijanjikan
Berlimpah bonus dan pahala
Yang belum tentu
kau temui ramadhan depan
Yang kau hitung
dengan kalkulator apapun
Hasilnya hanyalah
untung dan untung
Rahmat apalagi
Yang kau ingkari?

Masih tersisa sedikit malam
Untuk jam karet dan kantukmu
Segerakanlah

Palmerah Barat, 25 Agustus 2009

Kamis, 16 September 2010

Bahan Ajar Fisika: Perpindahan Kalor

Kelas: X
Semester: 2

Isi Materi:
Sofware Bahan ajar ini bersifat tutorial (mandiri), membahas tentang Perpindahan kalor (konveksi) dilengkapi contoh soal dan pembahasannya. Bahan ajar ini diakhiri dengan uji kompetensi

Standar Kompetensi:
4. Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi Energi pada berbagai perubahan energi

Kompetensi Dasar:
4.2 Menganalisis cara perpindahan kalor

Indikator:
Siswa dapat mengidentifikasi cara perpindahan kalor
Siswa dapat mengidentifikasi besaran-besaran pada perpindahan kalor
Siswa dapat memperkirakan besar laju perpindahan kalor
Siswa dapat mengaitkan besaran-besaran dalam perpindahan kalor
Siswa dapat mendeskripsikan cara perpindahan kalor
Pembuat:
Nur Samsudin, S.Pd
SMAN 2 Purbalingga

Keterangan:
  1. Untuk download file ini klik disini. Sebelum download Anda harus mendaftar terlebih dahulu sebagai anggota. 
  2. Selain itu tersedia pula materi ini dalam bentuk pdf. download disini.
  3. Jika Anda kesulitan dalam mendownload file, tersedia layanan dari bank-soal-fisika. klik disini.
 

Selasa, 14 September 2010

Puisi Puisi Sedih | Puisi Mengenangmu


Mengenangmu

Eka Fendri Putra

aku pernah mengenalnya
suatu masa yang terlipat waktu
kesedihan masih mendera,
ada cinta yang
terpenggal
ada cerita yang putus
aku selalu padamu

entah berapa lama,
kutepis rasa ini
tapi hanya menghancurkan jiwa
aku masih mengharapmu
lewat dunia dan mimpi
yang terbangun kokoh

entah berapa lama
kutekan rasa ini
tapi hanya menghimpit sepiku
aku masih mengharapmu
lewat dunia dan mimpi
yang terbangun kokoh

entah berapa lama kutekan rasa ini
tapi hanya menhimpit sepiku
setelah bertahun
kini kau begitu gemilang

entah untuk apa
aku masih mengenangmu
adakah itu tatapmu
masih untukku

Maret 2010

Puisi Sisa Luka karya Eka Fendri Putra


Sisa Luka
Eka Fendri Putra

ini kali yang tertunda
segumpal rasa
keping kiprah genting
pekik suara serak kita

yang tergugu di senja samar
rebah bergumul angan semu
ada sisa luka masih basah
rata

ini kali yang merangkak
menambal garis luka
beranjak dari kata
dari rasa
dan gersang ladang kita

kenapa ada tanya
bukan tanda
ini kali pertanda
keringnya luka

ada yang tersentuh di balik kisi hati
akankah terserak lagi?
dan hanya tinggalkan
butiran tanda tanda

Februari 2010

Salah Sangka | Eka Fendri Putra


Salah Sangka

Eka Fendri Putra

jangan salahkan aku
jika hingga kini
cuma kata hanya kata

ternyata kaya juga
hempaskan aku
ke dunia lain
ku terlempar dalam bayang bayang
menembus awan

seakan mengatasi langit
berkawan dengan angin
dan gelombang
di atas gunung aku bisa melihat

tak ada yang paling miskin
tak ada yang paling kaya
tak ada yang paling alim
tak ada yang paling durhaka
ternyata hanya salah sangka

Desember 2009

Surat Tua Puisi Eka Fendri Putra


Surat Tua

Eka Fendri Putra

Kembalilah Iwan,
pohon cengkeh berbuah emas
Di lereng bukit sebelah barat
Wangi kulit manis dan pala lebat buahnya
Pulanglah, perawan muda ceria bermekaran
Akan ada tujuh belas perhelatan
lepas lebaran
Bibah dapat suami ketigabelas,
orang rantau tentu
Si Badut pun akhirnya dapat jodoh,
si Kiah Janda si Jibun yang cerai mati
di Takengon Surat itu terlipat
dalam sebuah buku lama
Bertahun satu sembilan lima lima,
bulan dua, tanggal tiga
Dari Sulaiman, temanku,
yang mati waktu perang saudara
Tahun satu sembilan lima sembilan
Waktu subuh mayatnya ditemukan
Tubuhnya memagut batu,
terkulai dalam air di tepi danau
Degan satu setengah kaki.
Setengahnya lagi, hilang
"Hentakan alu di lesung
tingkah bertingkah
Ditumbukkan tiga perawan muda Iwan,
pulanglah, Pulanglah Iwan" Kinantan putih,
merah ranggahnyaIa berkokok sambil terbang
Di sepanjang lorong kampung.
Oh abang Leman
Ketika ia tertembak,
menjelang subuh ituPerawan desa kami merasa
jadi janda karena duka
Gema perbukitan, gaung puput tanduk
Di kampung pedalaman, gelak cekikikan
Semua sudah lama, terasa jauh, kian sayup
Dalam kenangan, bayangan riang jadi lara
Aku tak bisa pulang,
perang saudara belum usai
Hingga kini,
nama Sulaiman abadi dalam cinta
Tersimpan dalam pantun,
mengalun dalam salung
Umur sembilan belas ia mati,
di tepi danau yang sepi
Ketika perang saudara,
50 tahun yang lalu

Maret, 2009

Karya Eka Fendri Putra | Dinding


Dinding

Eka Fendri Putra

siapa bikin dinding begini? bagaimana meruntuhkannya?
dinding bertiang berlangit kata batasnya tak bertanda
meski di luar bagitu dekatdi dalam jauh dan siang
di sana tersimpan riwayat ikwal segala nama
tak seorang pun tahu bagaimana namanya
tertera di dinding itu

Februari, 2009

Puisi Kangen | Noor Sam

Kangen
Noor Sam

di mana jiwa menaruh percaya pada janji sementara kangenku senantiasa bersapa dengan kebohongan kepada siapa kemesraan dan kasih sayang dihanyutkan sedangkan di taman itu masih terhampar sunyi menampik segala warna-warni harapan kini aku bertanya pada bunga kebenaran yang mekar di atas tanah kehidupan kau telah menyatu pada mata api itu panasmu memisau-misau pada tiap helai daun menggugurkan harapan, menghanguskan setiap impian lalu jiwa ini kosong tak bermakna menjadi kepompong lampus di tengah hiruk pikuknya kata-kata hanya kata-kata apakah karena aku hanyalah perindu yang ditakdirkan untuk hanyut dalam kepulan asapmu maka aku bertanya pada bunga kehidupan: di mana tumbuh benih cinta yang kau semaikan?

April 2010

Menempuh Garis Cinta

Menempuh Garis Cinta
Noor Sam

menempuh garis-garis cinta yang berlumut adalah menyerahkan birahi dalam kobaran angan lalu musim berganti daun-daun meranggas cuaca sunyi membeku di kulkas sendu dan matahari sendirian membangun keheningan lewat dzikir-dzikir sedih kepastian mengendap bercampur kerikil tajam dan serpihan debutak ada bunga-bunga para reranting kering karena panas yang disemburkan semesta keraguan dan kupu-kupu tanpa sayap bergeleparan di pasir menghayati hambarnya garam sepanjang pantai kusam beginilah cinta yang melepuh hanyut dari derasnya gelombang sungai keruh bersama khalwat lumut dalam perjalanan kabut mengepul pada bayangan hitam berbentuk maut

Maret 2010

Menanti Kabar

Menanti Kabar
Noor Sam

di ujung jalan kosong kunanti kabar bunga-bunga sambil memaklumi bumi yang kian terasing kecemasan pun merayap menjejali ruang tamu menahan keinginan-keinginan dan geriap air mata kini kumasuki konser sunyi yang gaduh tanpa suara untuk menghikmati nyanyian badai dalam renungan mampus sambil menggali lubang lengang yang mengubur aroma mawar menggaungkan kemerduan gagak hitam menyambut jiwa sasar di sini kapal yang bertahun-tahun kutumpangi terdampar dalam samudra kenangan malam bersama pulau-pulau yang kian temaram oleh impian-impiannya yang terapung di atas ombak dan luka-luka masa lampau yang semakin bengkak di samudra gejolak yang riuh oleh suara kematian musim tak henti-hentinya merekayasa hujan yang arus siapa menyumpahi keadaan sepanjang konser sunyi selain harmoni kegelisahan dan suara daun berguguran

Februari 2010

Puisi Di Kegelapan Malam | Noor Sam

Di Kegelapan Malam
Noor Sam

di kegelapan malam perjalanan ini ada kesadaran mendatangi hakikat sebelum meronta jiwa pada kekekalan api di kegelapan malam perjalanan ini hanya ada kerinduan ranjang pada desah terperangkap dalam kusutnya kelambu sepi sementara birahi tetap menawarkan dosa dan nanah di kegelapan malam perjalanan ini pikiran-pikiran mengejar kemustahilan lalu menguburkan diri pada kehausan abadi sementara gugusan galaksi dan bulan setia mengasuh kenangan buruk dan perselingkuhan mimpi di kegelapan malam perjalanan ini hidup pelan-pelan berubah butiran angin karena kebenaran bahasa sebatas pendengaran orang tuli di kota-kota yang kaku dan dingin lalu kesedihan menjadi nafas bumi sedang merangkaki halaman cermin sendiri di kegelapan malam perjalanan ini keinginan pada cahaya dan hangat matahari dilebur arus gelap mata hati yang suntuk merangkai keping-keping penyesalan diri menjadi kemurungan nasib mengalir sepanjang sungai kesementaraan nikmat dan hasrat duniawi menuju laut mati

Januari 2010

Getaran Jiwa


GETARAN JIWA

Noor Sam

ini kali pertama
kurasa getaran yang sama
seperti kali pertama bertemuku
bertanya pada diriku
bertanya pada hati
getaran apakah ini?
sementara rinduku terus mendera
ada rasa yang tumbuh kian dalam
barulah kusadari
jika cinta tak mengenal syarat
dan tak pernah bertanya
ia datang menerpa seperti angin
seperti perangkap
yang tak bermata
menjerat dan membangkitkan
segala rindu
kini hasrat terasa meluap
mengaliri inci demi inci detak jantungku
meski kuingin mengakhirinya
ku masih tak mampu

Maret 2009

Puisi Dibawah Purnama


DI BAWAH PURNAMA
Noor Sam

pada batas langit dan bumi
pada kali pertama
tali gendewa dilesatkan
menikam cinta
di bawah purnamaku berguru pada alam
pada setiap kesedihan
terhujam aura gelap
yang mesti dipunahkan
mengapa selalu hadir gelisah
diantara degub yang menderu
ada selalu rasa itu
menghantui nafas dan malamku
kini aku bersujud pada waktu
menyerahkan gairah
dan janji semu pada segala tatap
yang penuh tanya
ini kali menyergap di ujung hati

April 2009

Puisi Topeng | Noor Sam


TOPENG
Noor Sam

ada batu cadas yang terbelah hujan
angin dan matahari
ketika inginku menelikung deras
menerba seribu wajah yang tertekan
mestikah melepas jati diri
terpuruk angan semu
angin tetap berjalan
mengitari rasa yang terpendam
bayangan hitam hari sunyi
membelit setiap nafas dan harap
keinginan berlalu beku
dalam bayang yang memagari rupa
tak sanggup aku teruskan
memasangi wajah dengan topeng
berteman dengan dusta dan sandiwara
hati telah jauh tertinggal
ingin kudekap malam dalam sahaja
ingin kureguk hari
apa adanya tanpa topeng

Februari 2009

SEBUAH MIMPI | Noor Sam


SEBUAH MIMPI

Noor Sam

ada seutas tali
tempatku panjatkan harap
tapi terlampau rapuh
terlalu besar kuberharap
darinya
inikah jalan yang kau bentangkan itu?
aku tetap berharap akan ada cahaya
dalam gelap
menepis segala pikiran buruk
masih adakah celah suaramu
membelah batu
mengikis tanah tandus
ketika jalan kiat surut?
segumpal harapan masih kutebar
mimpi semakin jauh
semakin tertinggal
ini jadi pecundang sejati
yang terkapar

Januari 2009

Senin, 13 September 2010

Perjalanan 70 Tahun Sapardi Djoko Damono

Perjalanan 70 Tahun Sapardi Djoko Damono
Jum'at, 26 Maret 2010

TEMPO Interaktif, Jakarta - Sapardi Djoko Damono – lahir di Solo, Jawa Tengah, 20 Maret 1940 – adalah salah seorang penyair terbaik yang dimiliki Indonesia. Dengan karir yang panjang sebagai penyair, penerjemah, redaktur, dan pengajar sastra, Sapardi telah melahirkan banyak karya, murid, maupun peniru, yang tersebar di pelbagai penjuru.

Sajak-sajaknya, yang sederhana dan jernih namun menyimpan kedalaman tak terduga, telah menjadi suara tersendiri dan memberi corak baru dalam khasanah puisi Indonesia.

Sebagai sastrawan Sapardi Djoko Damono telah berjalan jauh. Berikut kisah perjalanan sang sastrawan:

Sejak di sekolah dasar, Sapardi sudah suka membaca karya sastra, termasuk sajak-sajak penyair nasional dan dunia. Dari sinilah minatnya kepada puisi muncul. Apalagi, setelah bersama keluarganya pindah dari tengah kota yang ramai ke pinggiran kota Solo yang sepi, ia punya banyak waktu luang karena tak memiliki teman. Sejak kelas II SMA itulah ia mulai menulis puisi – padahal ia harus belajar keras karena sedang menghadapi ujian kenaikan kelas.

“Saya masih ingat betul, bagaimana saya harus menyembunyikan puisi yang saya buat di bawah buku, bila ayah datang dan melihat saya belajar,” ujar si sulung dua bersaudara ini. Walau masih pemula, Sapardi mengirimkan puisi-puisinya ke majalah sastra. Karya pertamanya dimuat di Post Minggu, Semarang, Desember 1957. Selanjutnya puisi-puisinya menghiasi media Ibu Kota, termasuk majalah Mimbar Indonesia pimpinan H.B. Jassin, sang “paus” sastra Indonesia.

Cucu abdi dalem Keraton Surakarta, yang gemar membuat wayang kulit, ini belakangan menjadi salah-satu penyair terkemuka Indonesia. Melalui kumpulan puisinya, Sihir Hujan, yang memuat 51 sajak, Sapardi menerima anugerah “Puisi Putra II” dari Gabungan Persatuan Penulis Nasional (Gapena) Malaysia, 1983. Wardiningsih—bekas adik kelasnya di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, yang dinikahi pada pada 1965—ikut dalam penerimaan hadiah itu, walau sebelumnya ia tak pernah mau diajak menghadiri acara sastra karena memang tak suka sastra.

Beruntung Sapardi masuk Jurusan Sastra Barat UGM. “Karena, dengan penguasaan bahasa itu, saya langsung bisa menikmati dan berhubungan dengan sastra asing,” katanya. Kegiatannya di seputar kesenian, teater mahasiswa, musik, mengisi acara sastra RRI, cukup mendukung proses kreatifnya. “Saat itu saya juga sering keliling daerah untuk bermain sandiwara,” ujarnya.

Sapardi pernah bergabung dengan beberapa grup teater, antara lain, Bengkel Teater pimpinan Rendra. Bahkan, untuk membiayai pementasan, ia pernah menggadaikan sepedanya. Ia pun masih sempat menerjemahkan sajak-sajak Yunani, Cina, Rusia. Karena itu, “Saya tidak ada waktu untuk hal yang aneh-aneh.”

Begitu lulus UGM pada 1964, ia mengajar di IKIP Malang cabang Madiun, Jawa Timur, selama empat tahun, dilanjutkan di Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah, juga empat tahun. Sejak 1974, Sapardi mengajar di Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Sebagai dosen yang sastrawan, Sapardi merasa lebih santai, misalnya, sering mengenakan celana jins. “Saya selalu pakai sepatu sandal kalau mengajar,” katanya. Kalau telat menghadiri rapat, “Orang-orang jadi memaklumi karena mereka anggap sastrawan identik dengan ketidakteraturan,” ujarnya, tertawa.

Baginya menulis puisi itu seperti orang melukis. Seperti coretan demi coretan bagi pelukis, ia menyusun kata demi kata sampai susunan huruf atau kata itu menjadi bermakna. Selanjutnya, Sapardi menyerahkan kepada pembaca untuk memaknai sendiri. “Saya membuat puisi itu bukan untuk menyampaikan suatu pesan atau apa pun,” kata penyair yang salah satu sajaknya, Berjalan Ke Barat Waktu Pagi Hari dimuat dalam antologi puisi dunia.

Penyair yang pernah kuliah di Universitas Hawaii, Honolulu, Amerika Serikat ini sudah menjelajah ke pelbagai negara untuk mengikuti festival puisi. “Benua yang belum pernah saya kunjungi hanya Afrika,” tuturnya. Ia melihat, pembacaan puisi di banyak negara belum sepopuler di Indonesia. “Waktu pementasan festival puisi di Tokyo, yang menonton tidak lebih dari 30 orang,” katanya.

Sapardi juga menulis buku ilmiah. Di antaranya Sosiologi Sastra, Sebuah Pengantar Ringkas (1978), Novel Indonesia Sebelum Perang (1979, dan Sastra Indonesia Modern: Beberapa Catatan (1983).

Di waktu luang, ia mendengarkan musik. Koleksinya cukup lengkap: dari jazz sampai dangdut. Olahraganya senam ringan, yang penting baginya dapat mengeluarkan keringat. “Kalau orang seperti saya ini kan sudah tidak perlu lagi olahraga yang membentuk otot,” ujarnya.

Nurdin Kalim/PDAT

Karya-Karya Sapardi Djoko Damono:

Kumpulan Puisi/Prosa:

  • Duka-Mu Abadi, Bandung (1969)

  • Lelaki Tua dan Laut (1973; terjemahan karya Ernest Hemingway)

  • Mata Pisau (1974)

  • Sepilihan Sajak George Seferis (1975; terjemahan karya George Seferis)

  • Puisi Klasik Cina (1976; terjemahan)

  • Lirik Klasik Parsi (1977; terjemahan)

  • Dongeng-dongeng Asia untuk Anak-anak (1982, Pustaka Jaya)

  • Perahu Kertas (1983)

  • Sihir Hujan (1984; mendapat penghargaan Puisi Putera II di Malaysia)

  • Water Color Poems (1986; translated by J.H. McGlynn)

  • Suddenly the night: the poetry of Sapardi Djoko Damono (1988; translated by J.H. McGlynn)

  • Afrika yang Resah (1988; terjemahan)

  • Mendorong Jack Kuntikunti: Sepilihan Sajak dari Australia (1991; antologi sajak Australia, dikerjakan bersama R:F: Brissenden dan David Broks)

  • Hujan Bulan Juni (1994)

  • Black Magic Rain (translated by Harry G. Aveling)

  • Arloji (1998)

  • Ayat-ayat Api (2000)

  • Pengarang Telah Mati (2001; kumpulan cerpen)

  • Mata Jendela (2002)

  • Ada Berita Apa hari ini, Den Sastro? (2002)

  • Membunuh Orang Gila" (2003; kumpulan cerpen)

  • Nona Koelit Koetjing: Antologi cerita pendek Indonesia periode awal (1870an - 1910an)" (2005; salah seorang penyusun)

  • Mantra Orang Jawa (2005; puitisasi mantera tradisional Jawa dalam bahasa Indonesia)

  • Kolam (2009; kumpulan puisi)

Sapardi juga menerjemahkan beberapa karya Kahlil Gibran dan Jalaluddin Rumi ke dalam bahasa Indonesia.

Musikalisasi Puisi

Musikalisasi puisi karya Sapardi dimulai pada 1987, saat beberapa mahasiswanya membantu program Pusat Bahasa membuat musikalisasi puisi karya beberapa penyair Indonesia. Tujuannya , untuk mengapresiasikan sastra kepada siswa SLTA.

Saat itulah tercipta musikalisasi Aku Ingin oleh Ags. Arya Dipayana dan Hujan Bulan Juni oleh H. Umar Muslim. Dalam perjalanannya, Aku Ingin diaransemen ulang oleh Dwiki Dharmawan dan menjadi bagian dari soundtrack film Cinta dalam Sepotong Roti (1991), dibawakan oleh Ratna Octaviani.

Setelah itu lahirlah album Hujan Bulan Juni (1990), yang seluruhnya merupakan musikalisasi dari sajak-sajak Sapardi Djoko Damono. Duet Reda Gaudiamo – Ari Malibu dan sejumlah penyanyi lain yang memiankannya. Album Hujan Dalam Komposisi menyusul dirilis pada 1996.

Karena banyaknya permintaan, pada 2006 dirilis Album Gadis Kecil. Album itu diprakarsai oleh duet Dua Ibu, yang terdiri dari Reda Gaudiamo dan Tatyana. Setahun kemudian dirilis album musikalisasi puisi Becoming Dew oleh duet Reda – Ari Malibu.

Pada Tahun Baru 2008, pianis Ananda Sukarlan menggelar konser kantata Ars Amatoria, yang berisi interpretasinya atas puisi-puisi Sapardi serta karya beberapa penyair lain.

Buku

  • Sastra Lisan Indonesia (1983), ditulis bersama Subagio Sastrowardoyo dan A. Kasim Achmad. Seri Bunga Rampai Sastra ASEAN.

  • Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan

  • Dimensi Mistik dalam Islam (1986), terjemahan karya Annemarie Schimmel "Mystical Dimension of Islam", salah seorang penulis.

  • Jejak Realisme dalam Sastra Indonesia (2004), salah seorang penulis.

  • Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas (1978).

  • Politik ideologi dan sastra hibrida (1999).

  • Pegangan Penelitian Sastra Bandingan (2005).

  • Babad Tanah Jawi (2005; penyunting bersama Sonya Sondakh, terjemahan bahasa Indonesia dari versi bahasa Jawa karya Yasadipura, Balai Pustaka 1939).

Nurdin Kalim/Pelbagai Sumber

Mengenang Chairil Anwar Lewat Puisi

Mengenang Chairil Anwar Lewat Puisi

TEMPO Interaktif, Sidoarjo--Puluhan seniman Sidoarjo memperingati wafatnya penyair Chairil Anwar dengan pertujukan puisi. Acara yang digelar Sabtu (24/4) besok, juga akan melibatkan para seniman Jawa Timur asal Gresik, Mojokerto, Bangkalan dan Surabaya. "Mereka akan menunjukkan kebolehannya membacakan puisi karya Chairil Anwar," kata Ahmad Zen dari Dewan Kesenian Sidoarjo, Jumat (23/4).

Acara yang digelar di Gedung Delta Praja Dinas Pariwisata Sidoarjo ini juga melibatkan para pelajar Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Acara ini sendiri diharapkan mampu merangsang para pemuda untuk aktif dan mencintai sastra dan seni tradisi. Sejumlah pejabat Pemerintah Kabupaten Sidoarjo bahkan diminta menunjukkan kebolehan membacakan puisi.

Salah seorang seniman Sidoarjo, Multono mengatakan sebanyak 35 seniman akan berkumpul dalam temu sastra kali ini. Tak hanya mengenang wafatnya Chairil Anwar, acara tersebut juga menjadi ajang pertemuan para seniman di Sidoarjo. Bahkan sejumlah seniman beken Jawa Timur turut hadir dalam kegiatan ini. Salah satunya adalah seniman sastra Jawa Timur Akhudiat. "Dia akan menyampaikan orasi budaya di hadapan peserta," ujarnya.

EKO WIDIANTO


Sumber : www.tempointeraktif.com

Merenung bersama Korrie Layun Rampan

Merenung bersama Korrie Layun Rampan

  1. Dalam hidup ini tak perlu dikejar bahagia atau derita. Karena semuanya ada dalam diri. Apa yang ingin dimiliki, ia hanya dikembangkan dari dalam. Yang mana yang harus dredamkan, yang mana yang harus ditumbuhkan. Tergantung pilihan.
  2. Yang membebani adalah perasaan. Jika semuanya diperbuat dalam suka, maka buahnya hanyalah sukacita. Yang membebani hanyalah hati yang menolak memberi. Jika tangan memberi dengan hati yang rela, maka buahnya adalah hati yang menerima.
  3. Dua hati dan dua pikiran yang menyatu akan lebih mampu membuka pintu baja kehidupan. Apa perlunya salah satu ditinggalkan?
  4. Rumah adalah istana tempat bersemayam hati dan tangga adalah tempat mendaki mencapai hati yang istirah di kamar.
  5. Bergaul dan banyak kawan tidak jadi persoalan. Tetapi memilih wanita untuk berdekatan, jangan sembarangan.
  6. Menikmati hidup berarti menerimanya tanpa beban.
  7. Kesilaman yang indah membentuk masa kini yang indah. Kesilaman adalah kenyataan yang harus kita bina pada yang terbaik dalam hidup yang baik.
  8. Membayangkan memang lebih indah dan gampang daripada menjalani. Menjalani seperti berjalan di atas duri. Tetapi ingat, duri pun dapat berubah menjadi emas untuk menjahit sulaman hidup yang penuh bahagia.
  9. Setia adalah kemampuan memenangkan pertempuran terhadap diri sendiri. Kesetiaan adalah kejujuran yang jujur.
  10. Tak ada yang sempurna bagi manusia. Yang sempurna adalah hati yang berpadan dengan keadaan. Menerima yang lebih atau kurang dalam jumlah yang cukup.
  11. Kita seharusnya memberi tanpa mengharapkan menerima, karena penerimaan itu sendiri sudah seharusnya diterima. Sebab dalam pemberian itu sesungguhnya kita telah menerima.
  12. Kasih yang berjalan tanpa suara lebih hebat dari suara. Sayang yang berjalan tanpa kata-kata lebih hebat dari jutaan kata.
  13. Tanggung jawab yang dilimpahkan dalam perbuatan lebih hebat daripada perbuatan yang hanya karena kepatuhan.
  14. Berani untuk berani adalah hal yang wajar. Tetapi keberanian untuk takut adalah kewajaran yang penuh resiko.
  15. Adalah tidak baik berdekatan tetapi berjauhan; membenarkan tapi kecewa di belakang panggung.
  16. Seseorang yang merasa menemukan diri sendiri akan mampu menemukan makna kehadiran orang lain.

Sumber : www.diosdias.wordpress.com

Cina dan China Rubrik Bahasa Ajip Rosidi

Cina dan China

Ajip Rosidi: Penulis, budayawan.
Pikiran Rakyat, 12 Jun 2010.

Sebelum Ejaan yang Disempurnakan (EYD) diresmikan kita menulisnya “Tjina”, sesudah EYD diresmikan kita menulisnya “Cina”, karena “tj” diganti dengan “c”. Akan tetapi sebagian dari orang Cina peranakan di Indonesia menganggap kata “Cina” itu mengandung penghinaan. Mereka lebih suka mempergunakan kata “Tionghoa” untuk menyebut nama bangsa dan nama bahasanya dan “Tiongkok” untuk menyebut nama negaranya. Tidak pernah jelas penghinaan apa yang terkandung dalam kata “Cina” itu. Namun anehnya, mereka sendiri kalau berbicara dalam bahasa Inggris menggunakan kata “China”. Begitu juga untuk menyebut nama bangsa dan nama negaranya, baik yang di benua Asia (People’s Republic of China) maupun yang di pulau Taiwan (Republic of China). Yang ganjil kalau dalam bahasa Indonesia dianggap mempunyai unsur menghina, tetapi dalam bahasa Inggris disambut baik. Artinya tidak dianggap mengandung unsur menghina. Padahal pemakaian kata “Cina” dalam bahasa Melayu sejak dahulu dianggap wajar saja. Kata “Cina” dalam bahasa Melayu sampai masuk ke dalam peribahasa dan menjadi ungkapan yang biasa digunakan sehari-hari tanpa ada kandungan penghinaan, misalnya peribahasa yang berbunyi “bagai Cina karam” atau ungkapan “baju potongan Cina”. Dalam bahasa Sunda juga ada peribahasa yang berbunyi “jiga Cina dipangwayangkeun”.

Menurut perkiraan saya, timbulnya anggapan bahwa perkataan “Cina” itu mengandung penghinaan, sejak orang-orang Cina di Indonesia mau disebut “Tionghoa” dan negerinya harus disebut “Tiongkok”, yaitu pada zaman Demokrasi Terpimpin ketika Baperki kian berpengaruh, karena dari lingkungan itulah mulai timbul anggapan bahwa kata “Cina” itu mengandung penghinaan. Jadi hanya sebagai alasan, karena dalam masyarakat pengguna bahasa Melayu dan Indonesia sendiri tidak ada maksud menghina atau merendahkan dengan memakai istilah “Cina” itu. Hanya orang Cina tertentu (artinya tidak semua) dan para Indonesianis semacam Ben Anderson yang menganggap kata “Cina” mengandung penghinaan.

Akan tetapi belakangan ini dalam sejumlah surat kabar dan majalah perkataan “Cina” itu diganti menjadi “China”. Konon karena surat kabar terkemuka di Jakarta pernah ditegur atau diminta oleh pejabat dari kedutaan besar RRC agar jangan menggunakan perkataan “Cina”. Sebagai lembaga yang merasa tidak berdaulat dalam menggunakan bahasa nasionalnya, maka surat kabar itu mengikuti teguran atau permintaan itu dan dalam surat kabarnya sejak itu “Cina” selalu ditulis “China”. Dan karena surat kabar itu yang paling terkemuka di Indonesia, maka surat-surat kabar lain baik di Jakarta maupun di daerah tanpa diminta oleh pejabat kedutaan yang bersangkutan, secara sukarela menyalahi EYD dalam menuliskan kata tersebut dengan “China”.

Yang lebih ajaib ialah cara kata tersebut diucapkan. Dalam televisi kita dengar ada orang yang mengucapkannya sesuai dengan cara perkataan tersebut diucapkan dalam percakapan sehari-hari oleh orang biasa di pasar atau di surau. Tetapi ada juga yang mengucapkannya seperti dalam bahasa Inggris, yaitu “Caine”. Sementara itu tidak kurang yang mengucapkannya dengan “Caina”. Dan kalau yang dimaksud “orang China” sekarang biasa digunakan istilah Inggris “Cainis” (Chinese).

Peristiwa itu menunjukkan betapa mudahnya kita menyesuaikan diri dengan kehendak orang lain, terutama kalau orang lain itu termasuk bangsa yang dianggap lebih kuat kedudukannya dari kita, sehingga kita lupa bahwa kita harus membela kedaulatan kita dalam berbahasa, termasuk mengatur ejaan dalam menuliskan kata-kata yang sudah menjadi perbendaharaan bahasa kita. Bukankah kita juga tidak meminta orang Cina dalam bahasanya menuliskan nama bangsa dan negara kita agar sesuai dengan kehendak kita, padahal dengan huruf cakar ayam itu entah bagaimana bunyi “Indonesia” mereka ucapkan.

Kita selalu ingin menjadi “orang baik” menurut orang lain, tetapi lupa bahwa kita sendiri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat harus menentukan apa yang baik bagi kita. Memang sebagai bangsa yang lama menjadi jajahan orang lain, kita selalu terbiasa ingin disebut baik oleh orang lain, yaitu oleh bangsa yang menjajah kita. Oleh karena itu, kita tidak mempunyai tolok-ukur untuk memilah-milah mana yang baik dan mana yang tidak. Dengan kata lain kita terbiasa menjadi objek, padahal sebagai bangsa merdeka dan berdaulat kita harus menjadi subjek. Mengubah mentalitas sebagai objek menjadi subjek memang tidak mudah. Apalagi dalam terjangan globalisasi yang datang dengan dukungan modal kuat dan menggunakan sarana teknologi mutakhir yang maju.

Kita tidak tahu apakah ada pegawai Kedutaan Besar Cina di Kualalumpur yang meminta pers di sana agar menuliskan nama negeri dan bangsanya dengan “China” seperti dalam bahasa Inggris. Yang jelas dalam bahasa Melayu sampai sekarang orang tetap menuliskannya “Cina” – sesuai dengan EYD yang juga mereka pakai.

Ada kemungkinan tidak ada pegawai Kedutaan Besar Cina di Kuala Lumpur yang merasa terganggu dengan tulisan “Cina” sehingga tidak mengusulkan agar diganti dengan “China” seperti dalam bahasa Inggris. Ada juga kemungkinan ada pegawai Kedutaan Besar Cina di sana yang meminta wartawan surat kabar Melayu agar jangan menulis “Cina” tetapi harus “China”, hanya wartawan yang bersangkutan menganggap bahwa soal bagaimana menulis sesuatu dalam bahasanya bukanlah urusan orang Cina, sehingga usul atau permintaan itu tidak dipenuhi. Artinya wartawan Melayu itu mempunyai harga diri dan menyadari kedudukannya sebagai bangsa yang berdaulat yang berhak mengatur cara penulisan sesuatu dalam bahasanya sesuai dengan aturan yang berlaku. Tentu saja sikap demikian tidak usah dihubungkan dengan kenyataan bahwa orang Malaysia yang mempunyai perkebunan, sedangkan TKI Indonesia bekerja mencari makan.

Peribahasa klasik yang berbunyi bahwa kalau kita ingin dihargai orang lain, kita harus tahu menghargai diri sendiri, tampaknya telah dilupakan oleh banyak orang termasuk oleh wartawan surat kabar paling terkemuka di Jakarta. Atau tidak sampai dia mengerti karena mentalitasnya adalah mentalitas manusia jajahan yang merasa senang tetap menjadi objek.

Bahasa Melayu di Indonesia dan Malaysia

Bahasa Melayu di Indonesia dan Malaysia
Ajip Rosidi: Penulis, budayawan.
Pikiran Rakyat, 19 Jun 2010.

Perkembangan bahasa Melayu setelah menjadi bahasa Indonesia menarik untuk diperbandingkan dengan perkembangan bahasa Melayu setelah menjadi bahasa Malaysia. Ternyata masing-masing menghadapi tantangan yang berbeda. Di Indonesia, bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional tidak ada saingan, walaupun terdapat ratusan bahasa ibu di seluruh wilayahnya, padahal bahasa Melayu ketika dinobatkan sebagai bahasa nasional berhadapan dengan bahasa Jawa dan Sunda yang digunakan lebih banyak penutur dan mempunyai sejarah serta kesusastraan lebih kaya.

Namun, bahasa Indonesia menghadapi dan mendapat pengaruh terutama dari bahasa Jawa yang penuturnya adalah suku bangsa terbesar di Indonesia dan bahasa Betawi atau Jakarta yang menjadi ibu kota negara. Harus diakui bahwa pengaruh yang paling besar datang dari bahasa Jawa dan bahasa Betawi. Pengaruh tersebut menyebabkan kian besarnya perbedaan antara bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia, yaitu bahasa Melayu yang dijadikan bahasa kebangsaan Malaysia. Kalau asalnya perbedaan itu karena perbedaan bangsa yang menjajah — Indonesia dijajah Belanda dan Malaysia dijajah Inggris sehingga bahasa Indonesia banyak dipengaruhi bahasa Belanda sedangkan bahasa Malaysia dipengaruhi bahasa Inggris — maka sekarang perbedaan itu terutama karena besarnya pengaruh bahasa Jawa dan bahasa Betawi ke dalam bahasa Indonesia.

Sementara itu, pengaruh bahasa Belanda kian berkurang, pengaruh bahasa Inggris kian menghebat ke dalam bahasa Indonesia. Meskipun orang Indonesia belum mempergunakan “I” sebagai kata ganti orang pertama seperti orang Malaysia, kata ganti orang kedua you kian sering terdengar. Pemakaian kata-kata dan ungkapan-ungkapan bahasa Inggris di tengah percakapan — bahkan tulisan — kian banyak digunakan.

Karena bahasa Indonesia tidak mempunyai saingan sebagai bahasa nasional, tak ada yang mengkhawatirkan masa depannya. Karena bahasa Indonesia itu mudah dipelajari, tidak ada yang menganggap perlu mengawasi pembelajaran bahasa Indonesia secara cermat dan meneliti hasilnya dalam masyarakat. Karena bahasa Indonesia dianggap masih harus diperkembangkan, setiap orang dengan semaunya memperkaya khazanah kata bahasa Indonesia dengan memasukkan kata-kata asing (terutama dari bahasa Inggris), padahal kata-kata tersebut sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia.

Karena bahasa Indonesia dianggap dengan sendirinya telah dikuasai setiap orang Indonesia (walaupun mereka sedikit sekali membaca buku), jarang sekali ada orang yang merasa perlu membuka kamus karena mereka pun tidak merasa perlu mempunyai kamus bahasa Indonesia.

Maka, kemampuan berbahasa nasional bahkan di kalangan elite bangsa Indonesia kian menyedihkan. Pemerintah sendiri merasa cukup dengan mendirikan Pusat Bahasa yang tidak kelihatan memperhatikan perkembangan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Pengajaran bahasa Indonesia di sekolah tidak didukung oleh perpustakaan sekolah yang memadai yang isinya terutama harus buku-buku karya sastra yang telah menjadi kanon kesusastraan nasional. Perlunya anak-anak didik digalakkan membaca karya sastra utama agar mereka dapat belajar bagaimana menyusun kalimat yang baik, yang dalam masyarakat baik secara lisan melalui radio dan televisi maupun yang tertulis dalam surat-surat kabar dan majalah sukar dijumpai.

Bahasa Malaysia

Karena di Malaysia bahasa Inggris lebih diutamakan sebagai warisan dari masa penjajahan, di samping itu orang-orang Cina dan India yang jumlahnya setengah jumlah penduduk lebih suka mempergunakan bahasa Mandarin atau Tamil, pemerintah merasa perlu memberikan dukungan penuh terhadap perkembangan bahasa kebangsaan Malaysia. Ketika menjadi negara Merdeka (Persekutuan Tanah Melayu sebelum kemudian menjadi Malaysia), mereka meniru pemerintah Hindia Belanda mendirikan penerbit buku yang menyediakan bahan bacaan bagi masyarakatnya dalam bahasa kebangsaan yang mereka namakan Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP). Pola yang ditiru adalah Balai Pustaka (BP) di Indonesia. Akan tetapi, sementara yang dijadikan contoh sendiri tidak mendapat perhatian dari pemerintah RI, DBP berkembang terus. Bukan hanya menerbitkan buku, melainkan juga majalah, yaitu Dewan Bahasa yang khusus memuat tulisan mengenai bahasa, Dewan Sastera yang khusus untuk sastra, Dewan Budaya yang lebih luas, dan Dewan Masyarakat yang bersifat umum. Pada masa sebelum perang, BP menerbitkan majalah mingguan Pandji Poestaka (basa Melayu), Kejawen (basa Jawa), dan Parahiangan (basa Sunda), di samping almanak tahunan. Akan tetapi, sesudah pemerintah RI berdiri, BP tidak lagi menerbitkan majalah, kecuali Kunang-kunang (untuk anak-anak) dan Pembimbing Pembaca tetapi hanya beberapa tahun. DBP mengundang sarjana-sarjana dari negeri asing (termasuk dari Indonesia) untuk mengadakan penelitian dan menerbitkannya menjadi buku.

Sejak 1971, pemerintah Malaysia juga menyediakan Hadiah Sastra tahunan untuk berbagai macam karya sastra dan hadiah itu berlangsung secara ajek sampai sekarang. Hasilnya dibukukan oleh DBP. Kerajaan Malaysia juga menyediakan tenaga pengajar untuk berbagai universitas di negeri asing yang membuka pelajaran bahasa dan budaya Malaysia. Kerajaan Malaysia juga membentuk lembaga Sasterawan Negara, yaitu menghargai sastrawan yang karya-karyanya dianggap besar artinya bagi perkembangan sastra dan budaya bangsa. Sasterawan Negara di samping buku-bukunya dibeli untuk mengisi perpustakaan-perpustakaan sekolah di seluruh negeri, juga mendapat berbagai fasilitas untuk kemudahan hidupnya. Hal-hal demikian tidak pernah dilakukan oleh pemerintah RI.

Yang istimewa adalah terbentuknya Gapena (Gabungan Persatuan Penulis Nasional) pada 23 Oktober 1970. Gabungan persatuan penulis yang tadinya didirikan oleh 14 persatuan penulis itu berkembang dengan pesat sehingga kemudian di setiap negara bagian ada persatuan penulis yang menjadi anggotanya. Di bawah Ketua I Tansri Ismail Hussein, Gapena bukan saja dapat memperoleh bantuan dari pemerintah federal, melainkan juga dapat mengadakan kerja sama dengan para Menteri Besar di setiap negara bagian sehingga mereka membantu apabila Gapena mengadakan pertemuan tahunan baik berupa Hari Sastera ataupun lainnya. Dia pada 1990 menulis, “Bagi bangsa Melayu di Malaysia, tanggung jawab kita yang utama tentulah kepada ’Duna Melayu’, yaitu untuk menjaga perpaduan asasi antara Islam dan kebudayaan Melayu, dalam membinanya sebagai dasar kebudayaan kebangsaan dan serantau.” (lihat Anugerah Sastera Mastera 2006 [Malaysia], KL, DBP, 2006. hlm. 80).

Sayanglah bahwa menjelang akhir masa jabatannya, PM Dr. Mahathir menganjurkan kembali pemakaian bahasa Inggris di lingkungan universitas dan keilmuan, dengan maksud agar orang Melayu tidak kalah bersaing dengan orang-orang Cina maupun India.

Bahasa dan Kebudayaan Nasional Oleh Ajip Rosidi

Bahasa dan Kebudayaan Nasional

Ajip Rosidi: Penulis, budayawan.

Pikiran Rakyat, 3 Jul 2010.

Pada 1930-an terjadilah di kalangan para intelektual muda Indonesia polemik tentang masa depan bangsa Indonesia. Polemik itu berlangsung bertahun-tahun serta dimuat dalam berbagai majalah dan surat kabar. Sekarang kita sebut sebagai polemik kebudayaan karena sebagian besar polemik itu dikumpulkan oleh Achdiat K. Mihardja yang diberinya judul “Polemik Kebudayaan” (Balai Pustaka, Jakarta, 1950). Yang terlibat dalam polemik itu kemudian kita kenal sebagai pendiri bangsa dan negara Indonesia, antara lain S. Takdir Alisjahbana, Sanoesi Pane, Dr. Soetomo, Ki Hadjar Dewantara, dan Dr. Poerbatjaraka.

Mereka membahas berbagai segi kebudayaan nasional Indonesia yang sebenarnya ketika itu merupakan suatu hal yang diangankan. S. Takdir Alisjahbana dengan lantangnya mengatakan bahwa untuk membangun bangsa dan kebudayaan nasional Indonesia, kita harus memutuskan hubungan dengan masa lampau yang disebutnya sebagai masa pra-Indonesia. Kalau mau maju, bangsa Indonesia harus sebanyak-banyaknya menyedot jiwa Barat yang dinamis. Begitu juga dengan kekayaan kebudayaan daerah kita yang dianggap sebagai hasil masa lalu, dianggap bukan bagian dari kebudayaan kita.

Akan tetapi, ada yang berpendapat sebaliknya, yaitu bahwa kita sebagai bangsa tidak dapat melepaskan diri dari masa lalu. Kita sekarang adalah lanjutan dari masa lalu itu. Masa lalu tak bisa begitu saja dihapuskan dari hidup kita.

Yang menarik adalah bahwa polemik itu ditulis dalam bahasa Indonesia, yaitu bahasa yang belum lama sebelumnya (28 Oktober 1928) dinobatkan sebagai bahasa persatuan oleh para pemuda yang mengadakan kerapatan di Jakarta. Para pemuda yang mewakili berbagai suku bangsa dari seluruh daerah di Indonesia itu dengan tegas menyatakan bahwa mereka mengaku berbangsa dan bertanah air satu dan bahwa mereka menjunjung bahasa persatuan yang mereka pilih dari ratusan macam bahasa yang terdapat di seluruh persada Indonesia, yaitu bahasa Melayu yang mereka beri nama bahasa Indonesia. Bahasa Melayu yang mereka jadikan bahasa nasional itu sudah mereka pergunakan sebagai lingua franca, baik dalam pergaulan sesama suku maupun sebagai bahasa pers.

Sesungguhnya bahasa nasional itulah yang telah nyata-nyata kita miliki sebagai budaya bangsa. Padahal, para pemuda yang menasbihkan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan Indonesia itu sendiri adalah hasil didikan sekolah Belanda yang lebih fasih menggunakan bahasa Belanda daripada bahasa Melayu — yang tampak antara lain dari pengakuan Dr. Poerbatjaraka dalam tulisannya. Setelah bahasa Melayu diakui sebagai bahasa persatuan dan diberi nama bahasa Indonesia, para pemuda kaum intelektual pejuang kemerdekaan itu mulai belajar sungguh-sungguh berbahasa Indonesia. Dengan bahasa nasional itulah mereka memengaruhi bangsanya tentang kesadaran nasional, tentang cita-cita kemerdekaan. Adalah faktor kebetulan bahwa tidak lama kemudian, Belanda diusir oleh bala tentara Jepang (1942) dan pemakaian bahasa Belanda sama sekali dilarang. Pemerintah pendudukan Jepang ingin menjadikan bahasanya sendiri sebagai bahasa resmi di tanah jajahannya. Akan tetapi, karena belum banyak yang dapat menguasainya, mereka terpaksa mengangkat bahasa Indonesia sebagai bahasa yang harus digunakan di seluruh Indonesia, sementara bahasa Jepang diajarkan sangat intensif. Para pemimpin kita dikerahkan oleh pemerintah pendudukan Jepang untuk berpropaganda tentang kehebatan bala tentara Dai Nippon dan janji-janjinya. Para pemimpin kita dalam kesempatan itu membangkitkan kesadaran kebangsaan rakyat untuk mempunyai negara dan pemerintahan sendiri.

Bahwa pada waktu Jepang kalah dan kita memproklamasikan kemerdekaan disokong oleh seluruh rakyat, menunjukkan bahwa para pemimpin nasional kita telah berhasil menanamkan kesadaran nasional dan patriotisme.

Dengan kata lain, bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional telah berfungsi sebagaimana mestinya. Akan tetapi, di samping itu, kita pun melihat bahwa bahasa Indonesia telah menjadi bahasa yang dapat dipergunakan untuk melahirkan karya sastra berupa prosa dan puisi yang ternyata mendapat pengakuan secara internasional. Karya-karya Chairil Anwar, Asrul Sani, Rivai Apin, Idrus, Pramoedya Ananta Toer, Achdiat K. Mihardja, Mochtar Lubis, Utuy T. Sontani, dianggap bermutu sehingga banyak yang diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing.

Dalam perkembangan selanjutnya, kian banyak orang yang menulis dalam bahasa Indonesia. Kalau tadinya pada masa sebelum perang yang menulis karya sastra itu terutama hanya orang-orang Sumatra, istimewa dari Minangkabau, sekarang kita melihat para penyair dan sastrrawan berdatangan dari berbagai suku bangsa dari seluruh pelosok Indonesia. Pengakuan terhadap mutu karya-karya sastra Indonesia juga kian banyak dari berbagai negeri lain dengan munculnya para ahli bahasa dan sastra Indonesia di negeri-negeri itu dan karya-karya sastra Indonesia kian banyak diterjemahkan ke dalam kian banyak bahasa.

Tidak hanya dalam bidang sastra kita menyaksikan kemajuan pemakaian bahasa Indonesia, melainkan juga dalam bidang ilmu. Bahasa Indonesia bukan saja dapat dipergunakan sebagai bahasa pengantar di dalam semua jenjang pendidikan, melainkan juga dapat digunakan untuk menulis berbagai macam ilmu.

Akan tetapi, kemajuan bahasa Indonesia dalam bidang seni dan ilmu itu sayang sekali tidak terjangkau oleh kebanyakan bangsa kita karena sejak Republik Indonesia berdiri, tidak ada pemerintah yang secara sungguh-sungguh mengamalkan amanat Mukadimah UUD untuk mencerdaskan bangsa. Sekolah banyak didirikan tetapi kegemaran membaca tidak dibina karena sekolah-sekolah dan universitas-universitas itu tidak dilengkapi perpustakaan yang memadai, yang bukan saja akan memupuk kegemaran membaca dan memperkenalkan siswa dengan dunia bacaan yang tak terbatas, melainkan juga akan menyebabkan mereka mengikuti perkembangan prestasi bangsanya dalam bidang ilmu dan seni, terutama sastra.

Seakan-akan ada jurang yang dalam antara prestasi yang dicapai para putra Indonesia dalam bidang sastra serta ilmu dan umumnya bangsa Indonesia. Bahkan, mereka yang bergelar sarjana pun kebanyakan tidak mengikuti perkembangan ilmu karena skripsi dan disertasinya dibuatkan oleh orang lain atau hasil plagiat.