Terang Bulan
Faisal Muhctar Al Khaufi
sesungguhnya lelaki itu berjalan antara pekatnya dupa, malam kian ramah
kerigatnya didinginkan angin lalu duduk menghitung sisa – sisa harapan
lantas bercumbu dengan nikotin karena tak ada lagi anggur yang bisa
menghangatkan dada
ajaib, ia pun berdiri “terima kasih tuhan” parau suaranya bergema antara
kesunyian dan lelapnya mimpi, di bawah lampu jalan yang setia, seperti
puisi yang ditukil dari kitab – kitab getir
aku menyaksikannya berasama salak anjing dan ringkik tawa parfum
kupu – kupu malam di sebrang jalan yang tak pernah mau jujur pada kenyataan
Karawang 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar