Beberapa pekan yang lalu saya sudah memposting Try Out UASBN 2012 Mata Pelajaran Matematika. Sebagai kelanjutan, kali ini saya memposting Try Out UN SMP 2012 Mata Pelajaran Matematika. Soal-soal ini sudah disesuaikan dengan indikator pada SKL UN 2012. Jadi soal-soalnya sudah benar-benar mengarah ke bentuk soal UN SMP 2012. Langsung saja menuju ke TKP untuk mengunduh soal-soalnya:
Sabtu, 28 Januari 2012
Jumat, 27 Januari 2012
Permasalahan Utama Guru Indonesia
Dalam dunia pendidikan, Keberadaan Peran dan Fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur Pendidikan Formal, Informal, maupun Nonformal. Oleh sebab itu, dalam setiap peningkatkan kualitas Pendidikan di Tanah Air, Guru tidak dapat terlepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan Eksistensi mereka.
Filosofi sosial budaya dalam Pendidikan di Indonesia, telah menempatkan fungsi dan Peran guru sedemikian rupa sehingga peran guru di Indonesia tidak jarang telah di posisikan mempunyai peran ganda bahkan multi fungsi. Mereka dituntut tidak hanya sebagai Pendidik yang harus mampu mentransformasikan nilai-nilai Ilmu Pengetahuan, tetapi sekaligus sebagai Penjaga Moral bagi anak didik. Bahkan tidak jarang, Para Guru dianggap sebagai orang Kedua, setelah orang tua anak didik dalam Proses Pendidikan secara global.
Untuk itu guru harus memilki kualifikasi minimum, sertifikasi sesuai kewenangan mengajar yakni: menguasai bidang studi, memahami Peserta Didik, penguasaan Pembelajaran yang mendidik, memiliki Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Profesional, dan Sosial Sehat Jasmani dan Rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional.
Namun kenyataannya masih banyak Permasalahan guru yang segera diselesaikan. Saat ini setidak-tidaknya ada empat hal yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi guru Indonesia, yaitu: Pertama, Masalah Kualitas/ Mutu Guru, Kedua, Jumlah Guru yang dirasakan masih kurang, Ketiga, Masalah distribusi guru, dan Keempat Masalah Kesejahteraan guru.[1]
1. Masalah Kualitas Guru
Kualitas guru Indonesia, saat ini di sinyalir sangat memprihatinkan. Berdasarkan data tahun 2002/2003, dari 1,2 Juta guru SD saat ini, hanya 8,3 %nya yang berijazah sarjana. Realita semacam ini, pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas Anak didik yang dihasilkan.
Padahal dalam peraturan Pemerintah (PP) No. 19 tahun 2005 tentang standar Nasioanal Pendidikan Pasal 29 menegaskan bahwa kualifikasi guru mulai jenjang PAUD-SLTA minimal DIV dan Sarjana S1.[2]
Belum lagi masalah, di mana seorang guru (khususnya SD) sering mengajar lebih dari satu mata pelajaran yang tidak jarang bukan merupakan inti dari pengetahuan yang dimilikinya, hal seperti ini tentu saja dapat mengakibatkan Proses Belajar menjadi tidak maksimal.
2. Jumlah Guru Yang Masih Kurang
Jumlah guru di Indonesia saat ini masih kurang, apabila dikaitkan dengan jumlah anak didik yang ada. Oleh sebab itu, jumlah murid per kelas dengan jumlah guru yang tersedia saat ini, dirasakan masih kurang profesional, sehingga tidak jarang satu ruang kelas sering diisi lebih dari 50 anak didik. Sebuah angka yang jauh dari Ideal untuk sebuah proses belajar dan mengajar yang dianggap efektif. Idealnya, setiap kelas diisi tidak lebih dari 15-20 anak didik untuk menjamin kualitas proses belajar mengajar yang maksimal.
3. Masalah Distribusi Guru
Masalah distribusi guru yang kurang merata, merupakan masalah tersendiri dalam dunia Pendidikan di Indonesia. Di daerah-daerah terpencil, masih sering kita dengar adanya kekurangan guru dalam satu wilayah, baik karena alasan keamanan maupun faktor-faktor lain, seperti masalah Fasilitas dan kesejahteraan guru yang dianggap masih jauh dari yang diharapkan.
4. Masalah Kesejahteraan Guru
Sudah bukan menjadi rahasia umum, bahwa tingkat kesejahteraan guru-guru sangat memprihatinkan.Penghasilan para guru, dipandang masih jauh dari mencukupi, apalagi bagi mereka yang masih berstatus sebagai guru bantu atau guru honorer. Kondisi ini telah menjadikan para guru untuk mencari penghasilan tambahan, di luar dari tugas pokok mereka sebagai pengajar, termasuk berbisnis di lingkungan di mana mereka mengajar. Peningkatan kesejahteraan guru yang wajar, dapat meningkatkan profesionalisme guru, termasuk dapat mencegah para guru melakukan praktek bisnis di sekolah.
PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE STAD
STAD (Student Team Achievement Division) dikembangkan oleh Robert E. Slavin dan kawan-kawannya di Universitas John Hopkin, yang merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif paling sederhana. Arends (1997: 119) menyatakan bahwa metode STAD adalah metode yang berdasarkan pada pembelajaran kooperatif, dimana siswa dibagi menjadi kelompok untuk bekerjasama dalam tim kelompoknya dalam melaksanakan tugas yang akan diberikan. Dalam metode STAD dibutuhkan hubungan kerja yang baik dan ketrampilan siswa dalam kelompoknya, sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Secara umum pembelajaran kooperatif STAD terdiri dari 5 komponen utama, yaitu a) Presentasi kelas. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya. b) Kerja kelompok. Kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran, c) Tes. Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling membantu, d) Peningkatan skor individu. Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok, e) Penghargaan kolompok. Kelompok yang mencapai rata-rata skor tertinggi, diberikan pengghargaan:
Penjelasan secara singkat mengenai komponen pembelajaran tipe STAD adalah sebagai berikut:
1. Presentasi Kelas
Materi pokok dalam STAD adalah pengenalan awal dalam presentasi kelas. Presentasi kelas bisa dilakukan melalui pengajaran secara langsung atau pengajaran diskusi dengan guru, tetapi bisa juga presentasi menggunakan audio visual. Presentasi kelas dalam STAD berbeda dengan pengajaran pada umumnya karena dalam STAD hanya ditekankan pada hal-hal pokok saja. Kemudian siswa harus mendalaminya melalui pembelajaran dalam kelompok. Dengan demikian, siswa dituntut untuk bersunguh-sungguh dalam memperhatikan materi yang diberikan oleh guru dalam presentasi kelas karena hal tersebut juga akan membantu mereka dalam mengerjakan kuis yang nantinya juga akan mempengaruhi skor dari tim mereka.
2. Tim atau Kelompok
Tim atau kelompok terdiri dari 4 atau 5 siswa yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda atau heterogen, baik dalam penguasaan materi, jenis kelamin, maupun suku.
Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai materi yang diberikan dan juga untuk mempersiapkan anggota tim dalam menghadapi kuis, sehingga semua anggota tim dapat mengerjakan dengan baik.
Sesudah guru mempresentasikan materi, anggota tim secara bersamasama mempelajari lembar kerja atau materi lain yang diberikan guru. Dalam hal ini siswa mendiskusikan masalah atau kesulian yang ada, membandingkan jawaban dari masing-masing anggota tim, dan membetulkan kesalahan konsep dari anggota tim.
Tim merupakan hal penting yang harus ditonjolkan dalam STAD. Dalam setiap langkah, titik beratnya terletak pada ingatan anggota tim agar bisa bekerja yang terbaik demi timnya dan cara yang terbaik dalam tim adalah bekerjasama dengan baik.
3. Kuis
Setelah satu atau dua kali pertemuan guru mempresentasikan materi di kelas dan setelah satu atau dua kali tim melakukan latihan dalam kelompoknya, siswa diberi kuis secara individu. Jadi setiap siswa bertanggung jawab secara individu dalam menguasai materi pelajaran yang diberikan. Hasil selanjutnya diberi skor. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman materi setiap individu.
4. Skor Perkembangan Individu
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan nilai pada setiap siswa jika mereka mengerjakan dengan baik. Masing-masing siswa diberi skor ”cukup” yangm berasal dari rata-rata siswa pada kuis yang sama. Setelah siswa mendapatkan nilai, maka siswa berhak mendapatkan urutan tingkatan nilai dari skor kuis dan berusaha untuk melampaui skor cukup.
Dibalik ide skor perkembangan individu adalah untuk menyampaikan tujuan presentasi masing-masing siswa yang dapat dicapai jika siswa bekerja lebih keras dan lebih baik daripada materi yang telah lampau. Keadaannya mungkin siswa mengalami peningkatan skor atau bahkan menurun.
Kemudian guru menghitung besarnya skor perkembangan yaitu dengan membandingkan skor tes materi yang lalu dengan yang baru. Untuk skor tes dengan skala 100 berlaku ketentuan sebagai berikut:
Tabel `1. Tabel Skor Perkembangan Individu
Skor Individu Skor | Perkembangan Individu |
Turun lebih dari 10 | 5 |
Turun sampai dengan 10 | 10 |
Tetap atau naik sampai dengan 10 | 20 |
Naik lebih dari 10 | 30 |
Tetap di puncak atau maksimal | 30 |
5. Pengakuan / Penghargaan Tim
Tim akan mendapatkan penghargaan atau hadiah jika dapat melampaui kriteria yang telah ditentukan. Skor tim siswa akan digunakan untuk menentukan tingkatan pemahaman siswa. Penghargaan yang akan diperoleh tim tersebut berdasarkan skor rata-rata tim dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 2. Tabel Penghargaan Tim
Rata-rata Skor | Kelompok Penghargaan |
15 | Good Team (Tim Baik) |
20 | Great Team (Tim Hebat) |
25 | Super Team (Tim Istimewa) |
Dalam pelaksaanya, metode pembelajaran kooperatif STAD mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:
a. Tahap Penyajian Materi Pelajaran
Pada tahap ini, bahan atau materi pelajaran kimia diperkenalkan melalui pengajaran secara langsung. Dalam penyajian ini, maka perlu ditekankan pada:
1) Pendahuluan
Dalam pendahuluan guru menekankan pada apa yang akan dipelajari peserta didik (siswa) dan mengapa itu penting. Hal ini dilaksanakan untu memotivasi siswa dalam mempelajari konsep yang telah diajarkan.
2) Pengembangan
a. Menentukan tujuan-tujuan yang akan dicapai
b. Pembelejaran kooperatif menekankan bahwa belajar adalah memahami makna dan bukan hafalan.
c. Memberikan penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau salah.
d. Beralih pada konsep yang lain jika siswa menguasai pakok masalahnya.
3) Praktek Terkendali
a. Menyuruh siswa mengerjakan soal atau pertanyaan yang diberikan.
b. Memanggil peserta didik secara random untuk menyelesaikan soal.
c. Pemberian tugas kelas.
b. Kegiatan Kelompok
Selama kegiatan kelompok masing-masing siswa bertugas mempelajari materi yang telah disajikan oleh guru dan membantu teman sekelompok untuk menguasai materi pelajaran tersebut. Guru memberikan lembar kegiatan dan kemudian siswa mengerjakannya secara mandiri dan selanjutnya saling mencocokkan jawabannya dengan teman sekelompoknya. Apabila diantara teman sekelompok tersebut ada yang kurang memahami, maka anggota kelompok yang lain membantunya.
Guru menekankan bahwa lembar kegiatan untuk dipelajari bukan untuk diisi atau diserahkan pada guru. Apabila peserta didik mempunyai suatu permasalahan, sebaiknya ditanyakan terlebih dahulu pada anggota kelompoknya kemudian kalau tidak mampu baru ditanyakan pada gurunya.
c. Kuis (individu)
Kuis dilaksanakan secara individu. Siswa tidak diijinkan meminta atau memberi bantuan kepada siswa lain dalam mengerjakan kuis. Hal ini untuk mengetahui pemahaman materi setiap individu dan selanjutnya akan diadakan perbaikan skor dimana pemberian skor didasarkan skor pretest dan posttest. (Slavin, 1995: 71-84)
Sumber :
Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusamedia
UPACARA PERNIKAHAN
UPACARA PERNIKAHAN
Dalam tradisi Jawa, mantenan atau pernikahan merupakan peristiwa penting, selain kelahiran dan kematian, sehingga ada upacara khusus untuk menyambutnya. Mantenan bersifat sakral, banyak orang tua, calon penganten,juru sumbaga atau juru paes (juru rias) yang tirakat , misalnya puasa, mutih ,puji dina , ngalong , atau tirakat lain menyambut adiacara mantenan . Juru paesmenduduki posisi sentral dalam upacara pernikahan adat Jawa.
Garis besar adat pernikahan Jawa memang sama, misalnya adanya lamaran, siraman, midodareni, panggih, dan sebagainya. Tetapi, ternyata, ada banyak ragam dalam teknis pelaksanaan upacara pernikahan; yang dominan adalah adat Solo, dan adat Yogyakarta, selain ada adat Cerbonan, gaya Jawa Timuran, gaya pesisiran, dan sebagainya. Desa mawa cara, negara mawa tata, atau setiap desa (tempat) mempunyai cara berbeda, dan setiap negara mempunyai aturan berbeda.
Banyak pemakai tradisi Jawa yang dapat menerima tradisi agama; artinya di antara upacara adat Jawa, terdapat upacara agama. Dulu, sebelum panggih(temu) kedua penganten dilarang bertemu, sekarang, sebelum panggih , kedua penganten sudah bertemu untuk melakukan upacara ijab qobul berdasar agama.
Artikel ini saya susun berdasar beberapa buku, dan wawancara dengan beberapajuru paes dan pranatacara. Garis besar upacara pernikahan Adat Jawa adalah seperti berikut.
1. Tepangan dan tembung
2. Persiapan mantenan
2.1. Pasang tarub dan bleketepe
2.2. Siraman
2.3. Midodareni
2.4. Pasrah sanggan
3. Mantenan
3.1. Pasrah tampi penganten kakung
3.2. Ijab kabul
3.3. Liru kembar mayang
3.4. Panggih
3.5. Balangan gantal
3.6. Mecah wiji dadi
3.7. Sinduran
3.8. Timbangan
3.9. Tanem
3.10. Kacar-kucur
3.11. Dulangan
3.12. Mertuwi
3.13. Sungkeman
3.14. Lambang kalpika
3.15. Kirab
3.16. Resepsi dan ngunduh manten
1 . Tepangan dan tembung
Jaman dulu, pasangan suami isteri dijodohkan oleh orang tuanya; sekarang, cara itu sudah tidak dipakai lagi. Remaja yang telah dewasa, berkenalan, saling mengungkap perasaan, lalu berpacaran (‘jadian’), dalam arti ingin menikah. Untuk menuju jenjang pernikahan, orang tua harus terlibat. Remaja pria, sebaiknya menyampaikan keinginan untuk menikah pada orang tua remaja wanita (dan orang tuanya sendiri, tentu saja), sehingga orang tua remaja wanita merasa dihormati dan tenang jika anaknya, misalnya, diajak pergi.
Tahap berikutnya, adalah orang tua remaja pria tepangan (berkenalan) dengan orang tua remaja wanita; dan menyampaikan maksud hati anaknya untukngembun-embun enjing ajejawah sonten (mengharap embun turun di pagi hari, dan hujan turun di sore hari), atau mengharap sesuatu yang menyenangkan, yaitu ingin menikahi anak orang tua remaja wanita. Ukara “ngembun-embun enjing ajejawah sonten” juga merupakan wangsalan. Dalam Bahasa Jawa nama embun pagi adalah awun-awun , hujan gerimis sore hari disebut rerabi ;maksudnya nyuwun rabi atau minta menikah.
Baiknya, pada acara ini juga ada pembicaraan tentang rencana pernikahan, yaitu penentuan hari pernikahan, tempat, dan sebagainya.
Ini berarti keluarga remaja pria sudah nembung ; nembung dari kata tembung,yang artinya 1) kata, 2) bahasa. Di sini berarti menyampaikan kata-kata untuk melamar atau meminang.
Sebelum pernikahan resmi, ada yang melakukan pertunangan (verloofd , Bhs Belanda), yang dilakukan dengan melakukan tukar cincin. Si pria menyerahkan cincin pertunangan bagi si wanita dan sebaliknya. Biasanya, di bagian dalam cincin yang diserahkan oleh si pria bertuliskan nama si wanita, sedang bagian dalam cincin yang diserahkan oleh si wanita bertuliskan nama si pria. Cincin pertunangan diletakkan di jari manis tangan kiri.
Tepangan lan tembung dapat dilakukan jauh sebelum acara mantenan.
2. Persiapan mantenan
Setelah kedua keluarga sepakat melangsungkan saat hajat pernikahan, dilakukan acara puncak, yaitu mantenan. Kata mantenan berasal dari katamanten yang berarti penganten. Vokal ‘e ’, di sini diucapkan seperti mengucapkan ‘bebek’. Ada juga kata manten , yang vokal ‘e’-nya diucapkan seperti mengucapkan ‘sebentar’, yang artinya mantan, misalnya mantan menteri, mantan rektor. Dalam tradisi Jawa, mantenan merupakan tugas, hak, dan kewajiban keluarga putri.
Ada tembung mantu , manton atau mamantu (semua merupakan tembung kriya , kata kerja) , yaitu mempunyai hajat menikahkan anak perempuan. Ada jugatembung mantu (merupakan tembung aran, kata benda), yang berarti isteri atau suami anak seseorang.
2.1. Pasang tarub dan blekketepe
Konon, Ki Ageng Tarub , salah satu leluhur raja-raja Mataram, waktu menikahkan anaknya, membuat peneduh dari anyaman daun kelapa, karena rumah Ki Ageng Tarub kecil sehingga tidak dapat menampung seluruh tamu.
Sehari-dua hari sebelum upacara pernikahan, mulai dipasang tarub atau terob di rumah orang tua wanita. Tarub berarti 1) kajang (anyaman bambu) yang dipasang sebagai atap, 2) berkumpul. Jadi, pasang tarub berarti memasangkajang tempat tamu berkumpul. Sekarang, yang dipakai bukan kajang , tetapitratag dari terpal (kain tebal tahan air). Tarub merupakan keratabasa ‘ditatadimen murub ’ (ditata agar menyala), maksudnya diatur agar menerangi lingkungan. Dalam Bahasa Arab ta’arub berarti pengumuman atau tanda akan ada hajat. .
Selain itu juga dipasang blekketepe . Blekketepe adalah anyaman daun kelapa tua (bukan janur). Pelepah daun kelapa dibelah dua membujur, lalu dianyam, dipasang di atas pintu depan. Ini menandakan, bahwa keluarga itu akan mempunya hajat mantu. Keratabasa (jarwa dosok ) blekketepe adalah ‘yen wis ditumplek-bleg , raket-e pe ni ’ (kalau niat sudah ditumpahkan, muncul keindahan keeratan hubungan). Untuk memasangnya, bapak naik tangga, sedang ibu memegang tangga dan menyerahkan bleketepe. Lalu bapak berkata:”Ibu-ne, ulungna belkketepe, dakpasange ” (Ibu, ulurkan blekketepe , akan saya pasang). Ibu menjawab:” Mangga, muga-muga kalis ing sambelaka” (Silahkan, semoga terhindar dari halangan). Ini melambangkan gotong royong kedua orang tua penganten.
Di kiri kanan pintu masuk tarub dipasang tuwuhan (tumbuhan). Ini merupakan doa agar kedua pasangan yang akan menikah, akan tumbuh (tuwuh ) menjadi generasi baru. Sebaiknya dipilih tuwuhan yang mempunyai makna.
Tuwuhan terdiri atas
1. Pisang Raja suluh
Dipakai Pisang Raja suluh (matang) lengkap dengan batang, daun dan setandan buahnya yang matang, besar-besar, jumlah sisirnya genap, sebanyak 2 batang, dipasang di kiri kanan pintu masuk tarub. Pisang raja mengandung harapan agar pasangan yang akan menikah kelak akan mulia dan terhormat seperti raja, dan mempunyai sifat hambeg para marta , mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. Dipilih pisang yang matang, agar pasangan yang akan menikah memiliki pemikiran dewasa.
2. Tebu wulung, dua batang
Tebu (Saccharum officinarum ) ini berwarna wulung (ungu), menggambarkan pasangan baru itu akan menjadi sumber rasa manis bagi keluarga dan lingkungannya. Dipakai batang tebu utuh, lengkap dengan daunnya. Tembung(kata) tebu wulung merupakan kerata basa ’Ante ping kalbu wu juding lelung an’; maksudnya, pasangan baru itu sudah mantap (antep ) hati (kalbu ) untuk mewujudkan (wujud ) perjalanan (lunga ) menuju kehidupan yang baru.
3. Cengkir Gading
Cengkir adalah buah kelapa muda, di dalamnya berisi air kelapa yang bersih (tirta nirmala ; air yang nir- , tanpa mala , tanpa kejelekan) dan bermanfaat. Ini lambang kesucian dan hasrat membantu sesama. Keratabasa cengkir adalah ‘kenceng ing pikir’ , atau berfikir yang lurus dan jujur, tanda kesucian dan lurusnya hati. Gading dalam Bhs Sansekerta berarti gigi, lambang kekuatan.
4. Ron randu lan pari sewuli
Ron randu adalah daun randu (Ceiba pentandra ), sedang pari sewuli adalah padi seikat. Randu melambangkan sandang (pakaian), dan par i melambangkanpangan (makanan).Ini mengandung doa agar pasangan baru itu selalu tercukupi sandang dan pangannya.
5. Ron-ronan
Terdiri atas berbagai dedaunan, antara lain ron salam (Eugenis polyantha) ,maja (Aegle marmelos ), alang-alang , apa-apa (Flemingia macrophylla) , kara(Delichos lablab , kacang-kacangan), kluwih, dadap srep (dadap serep, Erythrina aubumbrans ), ringin (Ficus Benyamina, beringin).
Daun apa-apa termasuk kacang-kacangan, anak daunnya tiga. Di daerah Pasundan disebut hahapaan , di Madura disebut pok-kepokan. Daun salam ,maja , alang-alang , dan apa-apa melambangkan “slam et aja ana alang an apa-apa”, atau ‘selalu selamat, tidak ada halangan apa pun’ selama kehidupan pasangan baru itu.
Dipakai juga daun kara (Delichos lablab , kacang-kacangan), dengan harapan tidak ada sikara (cobaan), sukreta (siksaan), atau perkara (kesulitan) yang menghalangi kehidupan. Daun kluwih , melambangkan harapan agar pasangan baru itu selalu diberi kaluwihan (kelebihan), baik harta, benda, maupun ilmu, untuk membantu sesama.
Daun dadap srep ; mengandung doa agar pasangan baru diberi sumerep(mengetahui, melihat, pengetahuan) yang baru dan manfaat. Dadap srep juga mengandung arti permohonan agar keluarga pasangan baru selalu asrep atau sejukhidupnya. Ron ringin (beringin), mengandung doa agar semua pepengin(keinginan)-nya terkabul. Tajuk daun beringin yang rimbun melambangkan pengayoman.
6. Janur
Janur adalah daun kelapa muda. Keratabasa janur adalah “seja - tine (sungguh-sungguh) nur (cahaya, sinar)”. Ini berarti, pasangan baru itu, nantinya benar-benar memancarkan cahaya, memancarkan aura.
2.2. Siraman
Siraman berasal dari kata siram yang berarti mandi. Makna siraman adalah untuk membersihkan dan menyucikan calon pengantin, baik kakung maupun putri. Siraman penganten kakung dapat dilakukan di rumah penganten kakung, dapat juga di rumah penganten putri. Siraman dilakukan sebelum malam midodareni . Setelah siraman, dilakukan upacara p ecah kendi, pangkas lan tanem rikma, gendongan, sade dawet, dan rias manten
Biasanya, siraman dilakukan di kamar mandi, tetapi jika terlalu sempit dapat dilakukan di tempat lain, dengan persiapan seperlunya.
Ubo rampe siraman
1. Toya Perwitosari (Air Perwitosari), yaitu air dari tujuh sumber (mata air, sumur yang bersih), yang diberi kembang setaman , yang terdiri atas mawar, melati, cempaka, kenanga. Toya perwitosari ini ditempatkan dalam bokor, dan 2 (dua) kendi. Sebuah kendi untuk siraman penganten putri, dan sebuah lagi dikirim ke rumah penganten kakung untuk siraman penganten kakung.
2. Bokor dan 2 (dua) buah kendi sebagai tempat toya perwitosari .
3. Konyoh manca warna , lulur alami, dengan lima warna, yaitu merah, kuning, hijau, biru, dan putih. Terbuat dari tepung beras, dan pewarna alami.
4. Sabun cuci rambut (shampo) tradisional dari landha merang , santan kanil , dan air asam Jawa. Landha merang berasal dari merang yang dibakar, abunya dicampur air, santan kanil merupakan penghitam rambut, dan air asam merupakan pelembut rambut (conditioner ).
5. Gayung (agar artistik dapat dipakai siwur, gayung dari batok kelapa)
6. Kursi yang dilapisi tikar, kain putih, dedaunan, kain lurik untuk tempat dudukpengantin selama di- sirami .
7. Kain putih yang dipakai selama siraman , dan kain batik untuk dipakai setelah uparaca siraman.
Selain itu juga diperlukan uba rampe lain, yaitu:
1. Tumpeng Robyong .
2. Tumpeng Gundhul
3. Kembang telon , yang terdiri atas bunga kenanga, melati, dan cempaka.
Sesepuh yang menyirami jumlahnya ganjil, dari 5 sampai 13, umumnya tujuh orang; angka tujuh atau pitu melambangkan pitulungan (pertolongan). Syaratnya, mereka harus suami isteri yang masih utuh, sudah pernah mantu, keluarga terdekat, dan dapat dijadikan teladan. Bapak Ibu orang tua penganten, dianggap satu orang. Juru rias menyirami terakhir.
Urutan acara
1. Penganten putri, dari kamar penganten sungkem dulu pada bapak, ibu, eyang dan sesepuh lain, lalu menuju tempat siraman, kemudian duduk di kursi yang telah disiapkan; kedua tangan menengadah di depan dada (posisi berdoa).
2. Bapak dan ibu menuangkan air kendi yang berisi toya perwitosari ke atas telapak tangan penganten untuk berkumur tiga kali. Ada yang menuangkan air untuk berwudhu. Setelah itu, toya perwitosari diguyurkan di atas kepala, wajah, telinga, leher, tangan dan kaki masing masing tiga kali.
3. Setelah orangtua, sesepuh lain melakukan siraman. Orang terakhir yang menyirami adalah Juru Rias , yang akan memandikan dengan konyoh manca warna , dan mencuci rambut.
4. Setelah selesai, pengantn berganti pakaian masuk ke kamar penganten untuk dirias.
2.2.1. Pecah kendi
Setelah siraman, dilakukan upacara pecah kendi. Ibu pengantin putri (atau juru rias) memecahkan kendi yang berisi toya perwitosari sambil berkata “ Niat ingsun ora mecah kendi, nanging mecah pamore anakku… (nama penganten putri)”. Pecah pamor-e berarti sudah dewasa. Ini melambangkan, ibu sudah siap melepaskan anak gadisnya yang sudah dewasa.
2.2.2. Pangkas dan tanem rikma
Rambut (rikma ) penganten dipotong (pangkas ) sedikit, lalu ditanam di belakang rumah. Ini berarti penganten putri tetap menjadi bagian dari keluarga besar orang tuanya, sekali pun telah berkeluarga sendiri.
2.2.3. Gendongan
Kedua orangtua pengantin menggendong anak mereka untuk terakhir kali, dari tempat siraman ke kamar penganten, melambangkan sudah ngentaske anaknya. Variasi lain adat ini, adalah bapaknya yang menggendong (lebih tepat mem-bopong ) adalah. mBopong adalah mengangkat seseorang dengan kedua lengan yang terangsur (terulur) ke depan.
2.2.4. Sade dawet
Dawet atau cendol berbentuk bulat lonjong, lambang kebulatan kehendak orang tua untuk menikahkan anaknya. Para tamu membeli dawet tersebut dengan duwit kreweng wingko (pecahan genting). Ini melambangkan, bahwa kehidupan manusia berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah. Sekarang ada duwit kreweng yang dibuat khusus, dicetak berbentuk bulat, dengan ornamen cantik di kedua sisinya. Di beberapa tempat, bapak memakai songsong (payung).Songsong berarti 1) payung untuk melindungi, 2) menjemput. Ini melambangkan meskipun anaknya sudah menikah, orang masih siap melindungi dan ikut menjemput kebahagiaan anaknya yang akan menikah.
Yang menyerahkan dawet pada para tamu adalah ibu, sedang yang menerimaduwit kreweng adalah bapak. Ini mengajarkan kepada anak mereka yang akan menikah, bahwa sebagai suami istri, harus saling membantu dalam mencari nafkah.
2.2.5. Langkahan
Langkahan berasal dari kata langkah yang berarti melangkah atau melewati. Jika ada saudara yang lebih tua yang belum menikah, dilakukan acara langkahan ini. Untuk melangkahi saudara yang lebih tua, calon penganten harus menyiapkantebusan langkahan , yaitu:
1. Tumpeng gundul
2. Ayam panggang
3. Tebu wulung
4. Kembang setaman
5. Benang lawe
6. Pisang Raja
7. Bingkisan, misalnya pakaian
Urutan acara
1. Calon penganten, sambil sungkem, nembung pada kangmas atau mbakyu, mohon ijin akan melangkahi Kangmas atau mbakyu memegang bahu calon penganten.
2. Kangmas atau mbakyu menjawab tidak keberatan dan ikhlas dilangkahi.
3. Kangmas atau mbakyu sambil membawa tebu wulung sebagai tongkat (Jawa: teken), berjalan berputar tiga kali mengelilingi uba rampe ; sedang calon penganten berjalan di belakangnya sambil memegang bahu kangmas atau mbakyu. Setelah itu, calon penganten menyerahkan tebusan langkahan .
Siraman penganten kakung
Pada dasarnya urutan acara siraman penganten kakung sama dengan siramanpenganten putri. Jika rumah penganten kakung mudah dijangkau (dekat), sebaiknya siraman dilakukan di rumah orang tua penganten kakung.
Selesai siraman , ibu penganten kakung memecah kendi sambil berkata “ Niat ingsun ora mecah kendi, nanging mecah pamore anakku… (nama penganten kakung)”. Ini melambangkan, ibu sudah siap melepaskan anaknya.Siraman dilanjutkan dengan p angkas dan tanem rikma
2.2.6. Rias manten
Setelah siraman , calon penganten putri dirias oleh juru rias , atau juru paes . Dalam tradisi Jawa, upacara merias penganten bersifat sakral, sehingga banyak juru rias, yang melakukan tirakat, misalnya puasa, sebelum dan selama acaramantenan .
Mula-mula, juru rias akan ngerik (memotong rambut dengan silet) wulu kalongatau sinom dan athi-athi ; wulu kalong atau sinom adalah rambut halus di dahi, di bawah rambut utama, sedang athi-athi adalah rambut halus di depan telinga (pada pria, disebut godheg , yang dapat tumbuh lebat).
2.3. Midodareni
Midodareni berlangsung di kamar penganten putri, pada malam hari sebelum panggih. Acara midodareni terdiri atas tantingan , dan turunnya kembar mayang.Sementara itu, di luar, berlangsung acara srah-srahan, jonggolan dan wilujengan .
Midodareni lebih merupakan bentuk tirakat (permohonan pada Tuhan), sebelumijab dan panggih . Midodareni , berasal dari tembung widodari atau bidadari, karena itu, calon penganten putri dirias agar kecantikannya serupa dengan bidadari. . Masyarakat Jawa tradisional percaya bahwa pada malam tersebut, para bidadari dari kayangan akan turun ke bumi dan bertandang ke kediaman calon penganten putri, untuk menyempurnakan dan mempercantik penganten putri. Ada yang berpendapat, kata midodareni berasal dari kata widada, ari , danni ; widada berarti selamat, ari dan ni berarti hari ini. Midodareni adalah bentuk permohonan keselamatan.
Uba rampe di kamar penganten :
1. Satu set (dua buah) kembar mayang putri .
2. Dua kendi yang diisi bumbu, jamu, beras, kacang, dan lain-lain, ditutupi kain batik. 3. Dua kendi yang berisi air kembang setaman ditutupi daun dadap srep.
4. Ukub yaitu sebuah nampan berisi wangi-wangian daun dan bunga yang diletakkan di bawah tempat tidur.
2.3.1. Tantingan
Setelah calon penganten putri selesai dirias, di dalam kamar penganten, bapak dan ibu calon penganten putri me-nanting (menanyai) kemantapan hati anaknya untuk berumah tangga. Calon penganten putri menyatakan ikhlas, dan memohon kepada sang bapak untuk mencarikan kembar mayang .
2.3.2. Turunnya kembar mayang
Turunnya kembar mayang adalah saat di mana sepasang kembar mayangmulai dibuat. Ada yang berpendapat, bahwa kembar mayang hanya dibuat jika pengantennya baru menikah pertama kali . Setelah selesai, kembar mayang putri diletakkan di kamar penganten putri. Sementara itu, di rumah penganten kakung, juga dibuat kembar mayang kakung . Nantinya, kembar mayang putriditukar dengan kembar mayang kakung pada saat liru kembar mayang .
2.4. Pasrah sanggan
Pasrah sanggan atau srah-srahan berasal dari kata srah atau serah dansanggan . Srah-srahan berarti menyerahkan. Sanggan berasal dari kata sangga , yang berarti 1) melipat tangan, 2) menjalani (misalnya hukuman), 3) membiayai; di sini, sangga tukon , dari kata tuku (membeli). Kata tukon di sini, tidak dalam arti membeli, tetapi lebih bersifat ikut membiayai upacara. Uba rampe pasrah sanggan ini diserahkan oleh keluarga pihak kakung pada keluarga pihak putri.berarti ikut membiayai, sehingga ada yang menyebut sanggan dengan
Uba rampe srah-srahan terdiri atas:
1. Kalpika atau cincin, kalau bisa yang penampangnya berbentuk lingkaran (tidaknyigar penjalin , atau setengah lingkaran), dan lingkaran cincinnya utuh, tidak terpotong. Ini melambangkan kasih sayang yang abadi, tidak pernah putus.
2. Ageman putri sakpengadeg atau pakaian wanita lengkap, seperti kebaya,nyamping batik, sepatu, selop, dan sebagainya. Ini berarti, suami akan menutupi kekurangan, kelemahan atau aib isterinya. Selain itu, juga diserahkan kain batik, yang akan dipakai pada upacara pernikahan, yaitu sido mukti, sido luhur, atau satrio wibowo; corak kain-kain ini melambangkan keluhuran budi dan wibawa.
3. Rerenggan pelik-pelik
Arti rengga adalah 1) dihias supaya bagus, 2) dirawat, dijaga. Rerenggan terdiri atas perhiasan, seperti gelang, kalung, cincin, anting-anting. Ini melambangkan, bahwa suami akan menjaga, melindungi, dan merawat cahaya, dan keindahan istrinya.
4. Jadah, wajik, lapis abang putih.
Jadah dan wajik berasal dari beras ketan, yang saling lepas, tidak lekat, tetapi setelah menjadi jadah atau wajik , sudah bersenyawa, terikat menjadi satu.Lapis abang putih melambangkan sumsum yang merah dan tulang yang putih, yang saling terikat. Lapis ini terbuat dari tepung beras, bukan gandum seperti lapis legit. Jadah, wajik, lapis abang putih melambangkan kakung dan putri sudah menjadi loro-loroning atunggal .
5. Woh-wohan
Woh-wohan atau buah-buahan melambangkan kakung dan putri menginginkan adanya wohing ngurip , atau buah kehidupan, yaitu kebahagiaan dunia akhirat setelah menikah. Buah-buahan, misalnya jeruk, manggis, salak, dan sebagainya.
6. Suruh temu rose-e lan pisang raja
Suruh adalah daun sirih, ros adalah ruas (seperti pada bambu), di sini, ruas adalah tulang-daun. Daun sirih mempunyai satu tulang-daun, di tengah-tengah dari pangkal ke ujung. Dari tulang-daun ini, terdapat beberapa anak-tulang-daun, yang mengarah dari tulang-daun ke kanan dan ke kiri. Beberapa anak-tulang-daun berimpitan (letaknya amat berdekatan) di tulang-daun. Ini disebut suruh temu ros. Sirih ini melambangkan, bahwa pasangan itu sudah bertemu atau menyatu hatinya. Pisang raja, mengandung makna, nantinya pasangan itu menjaga keluhuran dan kesucian budi dan martabat mereka seperti raja.
7. Cengkir Gading
Dipakai dua butir Cengkir Gading . Ada yang menggambar Kamajaya dan Ratih atau Janaka (Arjuna) dan Sembadra pada kelapa itu, melambangkan kesetiaan.
8. Buwuh
Buwuh merupakan keratabasa ‘imbu h-imbuh anggenipun bade ewuh’ , atau sekedar tambahan (imbuh-imbuh ) karena akan mempunyai acara (ewuh ); berupa uang.
9. Urip-urip
Berupa sepasang ayam, atau bebek atau angsa, sebagai lambang pasangan baru itu akan bertanggung jawab atas kehidupan keluarganya.
Urutan acara srah-srahan:
1. Tamu (fihak kakung) menyampaikan salam dan maksud kunjungan
2. Tuan rumah (fihak putri) menyampaikan salam, ucapan selamat datang, terima kasih
Setelah menyerahkan uba rampe srah-srahan , penganten kakung dan rombongan melakukan jonggolan dan wilujengan .
2.4.1. J onggolan
Jonggolan berasal dari tembung jonggol , yang berarti 1) paling besar, 2) duduk diam. Di sini, jonggolan berarti c alon penganten kakung sowan, datang ke rumah orang tua calon penganten putri, tidak melakukan apa-apa, duduk di teras depan rumah, menampakkan diri menunjukkan persiapannya untuk menikah esok harinya, dan hanya minum air putih. Calon penganten kakung tidak boleh bertemu calon penganten putri yang sedang midodareni
Selain jonggolan ada istilah nyantri dan ngenger . Dulu, calon penganten tidak saling mengenal. Karena itu, calon penganten kakung nyantri , atau ngenger , yaitu dititipkan di rumah saudara atau tetangga calon penganten putri, selama satu sampai tiga hari. Selama itu, kedua calon penganten tidak boleh bertemu. Tujuan nyantri adalah untuk menerima wejangan dari calon mertuanya, dan untuk menghindari pindang wutah (membatalkan pernikahan, lari atau tidak hadir).Ngenger artinya menumpang.
Saya tidak faham penggunaan kata nyantri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, santri, adalah 1) orang yang sedang mendalami Agama Islam, 2) orang saleh. Dalam Bahasa Jawa, ada tembung cantrik , yaitu 1) murid, 2) pengikut. Calon penganten kakung menjadi murid atau pengikut orang tua penganten putri. Jika alasan ini diterima, seharusnya dipakai kata nyantrik
2.4.2. Wilujengan
Calon penganten kakung sowan ke rumah calon mertuanya, tentu saja bersama dengan keluarganya, bapak, ibu, saudara atau sesepuh yang lain. Sebelum keluarga penganten kakung pulang, keluarga penganten putri menyerahkan:
1. Kancing gelung. Istilah kancing gelung berarti 1) tusuk konde untuk mengikat atau mengencangkan ikatan konde, 2) dhuwung (keris) penganten. Dulu, parakakung berambut panjang. Jika pengertian ini dipakai, maka kancing gelung ini melambangkan keterikatan calon penganten kakung dan calon penganten putri. Pengertian lain kancing gelung adalah dhuwung . Pada acara mantenan , penganten kakung memakai keris untuk pasren (supaya asri, maksudnya supaya cakap). Keris juga merupakan senjata untuk membela keluarga. Selain itu, keris juga merupakan pusaka, dalam pengertian pasangan baru itu akan memakai warisan ilmu adi luhung sebagai pusaka dalam mengarungi samudera kehidupan.
2. Ageman penganten kakung yang akan dipakai saat ijab dan panggih.
3. Angsul-angsul atau oleh-oleh berupa makanan untuk dibawa pulang,
Tengah malam dilakukan wilujengan; di beberapa tempat disebut majemukan. Wilujeng artinya (selamat). Wilujengan adalah tirakatan atau selamatan untuk mendoakan agar silaturahmi antara keluarga calon penganten kakung dengan calon penganten putri selalu mendapat perlindungan Tuhan. Dalam wilujengan ini disediakan sekul wuduk (nasi gurih), ayam lembaran (ingkung , ayam utuh), lauk pauk lain, pisang raja sesisir, kembang telon (mawar, melati, kenanga).
3. Mantenan
3.1. Pasrah tampi penganten kakung
Pasrah berarti menyerahkan, sedang tampi berarti menerima. Keluarga calon penganten kakung menyerahkan calon penganten kakung pada keluarga calon penganten putri untuk di-ijab kabul-kan. Secara administrasi, status calon penganten kakung harus satu domisili dengan calon penganten putri, sehingga calon penganten kakung harus pindah sementara ke domisili calon penganten putri (dengan surat intil ).
Orang tua penganten kakung boleh mengikuti acara pasrah tampi dan ijab kabul.
Rombongan penganten kakung memasuki rumah penganten putri dengan urutan:
- Sesepuh yang mewakili orang tua penganten kakung
- Penganten kakung
- Keluarga penganten kakung
Rombongan penganten kakung diterima oleh keluarga penganten putri, dengan urutan:
- Sesepuh yang mewakili orang tua penganten putri
- Orang tua penganten putri
- Keluarga penganten putri
Sesepuh yang mewakili orang tua penganten kakung menyerahkan penganten kakung, dan sesepuh yang mewakili orang tua penganten putri menerima penganten kakung.
3.2. Ijab kabul
Nikah adalah persetujuan pria dan wanita untuk bersuami-isteri. Ijab adalah kalimat menikahkan yang diucapkan oleh fihak wali (wakil) penganten putri,kabul berarti ucapan tanda persetujuan dinikahkan, yang dilakukan oleh penganten kakung. Jadi, ijab kabul adalah proses menikahkan oleh wali penganten putri, yang disetujui oleh penganten kakung. Akad adalah perjanjian, jadi akad nikah berarti perjanjian untuk menikah.
Penganten kakung membawa mahar (mas kawin).
Lazimnya, urutan acara ijab kabul atau akad nikah adalah:
1. Ijab oleh wali calon penganten putri
2. Kabul oleh calon penganten kakung
3. Pembacaan taklik, atau perjanjian pernikahan.
4. Penandatanganan surat nikah
5. Penyerahan mas kawin oleh penganten kakung pada wali penganten putri, yang akan diteruskan pada penganten putri.
Dalam Agama Islam, begitu calon penganten kakung mengucapkan kabul: ”Saya terima nikahnya....”, berarti penganten sudah menjadi suami isteri yang sah.Dalam Agama Katolik dan Kristen, kedua penganten menerima Sakramen Perkawinan yang menandakan mereka sudah menjadi suami isteri.
Setelah acara agama ini, dilakukan acara adat, yaitu panggih . Setelah ijab kabul, orang tua penganten kakung, nyanggrah (dari kata sanggrah , istirahat) di rumah kerabat atau tetangga yang dekat. Selama panggih, orang tua penganten kakung (besan), tidak boleh menyaksikan. Tetapi, sekarang, banyak yang melanggar adat ini. Nantinya, pada acara mertuwi. orang tua penganten kakung akan dijemput untuk mengikuti acara selanjutnya.
3.3. Liru kembar mayang
Setelah ijab kabul, yang merupakan acara agama, diteruskan dengan acara adat Jawa.
Rombongan penganten kakung memasuki rumah penganten putri dengan urutan:
1. Sesepuh mewakili orang tua penganten kakung
2. Satriya kembar yang membawa kembar mayang kakung
3. Penganten kakung
4. Keluarga penganten kakung
Rombongan penganten kakung diterima oleh keluarga penganten putri, dengan urutan:
1. Sesepuh mewakili orang tua penganten putri
2. Putri domas yang membawa kembar mayang putri
3. Penganten putri
4. Orang tua penganten putri
5. Keluarga penganten putri
Panggih diawali dengan liru kembar mayang . Liru berarti menukar. Penganten kakung beserta rombongan datang membawa sepasang kembar mayang kakungyang dibawa oleh dua s atriya kembar . Penganten putri beserta rombongan juga membawa sepasang kembar mayang putri yang dibawa oleh dua putri domas . Ke empat remaja itu saling menukarkan kembar mayang . Ini merupakan lambang, bahwa keluarga kakung menyatu dengan keluarga putri dan sebaliknya. Nantinya, kembar mayang putri dibuang atau dilarung, sedangkembar mayang kakung tetap mengikuti upacara, diletakkan di samping pelaminan. Ini melambangkan, bahwa kakung akan menjadi imam atau pemimpin keluarga. Pada saat membuang kembar mayang putri , kedua bokor dan 2 nanas yang ditancapkan di atas kembar mayang dibawa kembali kerumah pengantin putri.
3.4. Panggih
Setelah ijab kabul , dan liru kembar mayang , acara berikutnya adalah panggihatau temu atau bertemu. Panggih adalah tanda, bahwa penganten kakung dan putri sudah resmi menjadi garwa atau suami istri sah secara adat Jawa.Keratabasa garwa adalah sigar aning nyawa Ada yang berpendapat, bahwapanggih dimulai dari liru kembar mayang mecah wiji dadi , karena pada akhirmecah wiji dadi , penganten putri sungkem Ada juga yang berpendapat, bahwa panggih dimulai dari liru kembar mayang sampai n gabekten ; karena penganten sudah sungkem pada kedua orang tua. sampai pada penganten kakung.
3.5. Balangan gantal
Balangan berarti melempar, sedang gantal adalah daun sirih yang diikat denganlawe Gantal yang diikat dengan benang ini merupakan lambang kasih sayang. Kedua pasangan saling melemparkan kasih sayang. Gantal kakung disebutgondhang tutur , dan gantal putri disebut gondhang kasih . Gondhang tuturbermakna, kakung berfungsi sebagai imam yang selalu memimpin, nuturi atau menasihati, sedang gondhang kasih bermakna putri berfungsi selalu berbakti dengan kasih sayang. putih (benang putih).
Jumlah gantal, beragam, ada yang kakung dan putri masing-masing satu, atau tiga; ada juga g antal kakung empat, dan gantal putri tiga. Ada yang kakung melempar lebih dulu, diteruskan dengan putri, ada yang sebaliknya, ada juga yang secara bersamaan (simultan).
Pada jarak kira-kira 3 meter masing-masing mempelai melemparkan gantal.
3.6. Mecah wiji dadi
Mecah dari kata pecah, wiji berarti benih (biji), sedang dadi berarti jadi atau menjadi. Semula ada dua benih, yaitu kakung dan putri, sekarang dadi , menjadi satu, yaitu keluarga. In i merupakan permohonan, agar pernikahan itu akan menghasilkan kehidupan yang baru.
Uba rampe
1. Telur yang akan diinjak oleh penganten kakung, dan baki sebagai alas menginjak telur,
2. Bokor yang diisi dengan air yang diberi bunga setaman,
3. gayung untuk mengambil air guna mencuci kaki penganten kakung,
4. handuk untuk mengeringkan kaki.
Urutan acara
1. Juru rias mengambil telur ayam kemudian disentuhkan di dahi penganten kakung kemudian penganten putri (nalar atau akal kedua penganten sudah siap untuk membentuk keluarga), lalu diletakkan di baki.
2. Penganten kakung menginjak telur ayam hingga pecah dengan kaki kanan,
3. Penganten putri membasuh dan mengeringkan kaki penganten kakung
4. Penganten putri sungkem pada penganten kakung
5. Penganten kakung membimbing penganten putri untuk berdiri
3.7. Sinduran
Setelah mecah wiji dadi , kedua mempelai berdiri sejajar, kakung di kanan, putri di kiri. Mempelai saling mengaitkan jari kelingking, melambangkan, bahwa meskipun kaitannya kecil (kelingking), tetapi amat kuat.
Ibu penganten putri berdiri di belakang mempelai, dan menyampirkan sindur(selendang) dari bahu kiri penganten putri sampai bahu kanan penganten kakung. Melambangkan pasangan itu sudah disatukan menjadi anaknya.Sindur adalah selendang yang berwarna merah dan putih. Sindur berasal dari kata sindur - (air) dan -ra (nugraha, bahagia), merupakan harapan agar penganten mendapat siraman kebahagiaan. Bapak penganten kakung berada di depan mempelai, Selanjutnya, bapak berjalan menuju kursi pelaminan, diikuti pasangan penganten dan ibu.
3.8. Timbangan
Sesampai di kursi pelaminan, bapak penganten putri duduk di kursi pelaminan. Lalu, penganten kakung duduk di paha kanan bapak, sedang penganten putri duduk di paha kiri.
Ibu penganten putri berdiri di depan penganten, bertanya : ”Abot endi, Pak ?” (Berat yang mana, Pak ?). Bapak menjawab : ”Pada abote, Bu ” (Sama beratnya, Bu. Ini melambangkan, bahwa kedua pasangan itu sejajar kedudukannya, dua-duanya sebagai anak.
Setelah tanya jawab bapak dan ibu penganten itu, kedua penganten berdiri lagi,
3.9. Tanem
Berikutnya, adalah acara tanem atau tandur penganten atau wisuda penganten.Tanem atau tandur berarti menanam, dan wisuda berarti melantik. Makna ritus ini adalah bapak menanam kedua mempelai dalam suatu dunia atau kehidupan baru.
Mempelai berdiri di depan kursi penganten; penganten kakung sebelah kanan, dan penganten putri sebelah kiri. Bapak meletakkan tangan kirinya di atas bahu kanan penganten kakung, dan tangan kanannya di atas bahu kiri penganten putri.
Lalu, sedikit menekan ke bawah, agar kedua penganten duduk di pelaminan
3.10. Kacar-kucur
Kacar-kucur atau tampa kaya , adalah lambang tanggungjawab dan ikhtiar suami untuk mencari harta benda demi kesejahteraan isteri dan keluarganya kelak.Kacar-kucur tampa berarti menerima, dan kaya berarti kekayaan. berarti menuangkan atau mengucurkan,
Uba rampe
1. Kacang tanah kawak (sudah lama disimpan), kedelai kawak , jagung kawak , gabah, beras kuning, kembang setaman, dlingo bengle dan uang dari yang bernilai kecil sampai yang besar. Gabah dan beras melambangkan makanan, kembang setaman melambangkan martabat, dan uang melambangkan kekayaan, dlingo bengle lambang kesehatan. Semua ini melambangkan kekayaan.
2. Kl asa bangka berbentuk tas ukuran kecil atau kain Bango Tulak . Klasaberarti tikar, bangka berarti tua atau rusak. Klasa bangka itu berisi Dipakai tikar yang tua untuk melambangkan, bahwa kekayaan tidak perlu dipamerkan. Kacang, kedelai, uang dan sebagainya dimasukkan ke dalam klasa bangka ini.
Urutan acara
1. Penganten kakung menuangkan kacar-kucur ke pangkuan penganten putri secara hati-hati tidak boleh ada yang tercecer
2. Pengantin putri menerima kacar-kucur ini di pangkuannya yang sudah dilambari kain putih yang melambangkan suci dan halalnya kekayaan yang diterima dari suaminya.
3. Penganten putri menyerahkan kekayaan itu pada ibu penganten putri untuk disimpan. Saat kacar-kucur , juru rias serta para sesepuh mengucapkan:’Kacang kawak, dele kawak, jagung kawak, wong liya dadi-a sanak, wong adoh dadi-a cedak, Nastiti, gemi, ngati-ati, dadi’. Ucapan ini menunjukkan harapan, agar para saudara, tetangga pasangan baru itu (yang merupakan orang lain yang jauh dari rumah) menjadi saudara dan akrab hubungannya.
3.11. Dulangan
Dulangan berarti menyuapi; disebut juga dahar kembul (makan bersama), dahar walimah (pesta, Bhs Arab). Ada juga yang menyebut dahar klimah. . Penganten dengan tangan kanannya, membuat tiga puluk-an (kepalan) nasi punar (berisi nasi kuning, telur goreng, kedelai, tempe, abon, dan hati ayam), melambangkan mampat dan padatnya rasa kasih sayang. P enganten saling menyuapkan nasi satu sama lain yang melambangkan kedua mempelai akan hidup bersama dalam susah dan senang dan saling menikmati milik mereka bersama
Urutan acara :
1. Juru rias memberikan piring kepada penganten putri nasi punar
2. Penganten kakung membuat tiga puluk-an lalu menyuapkannya ke penganten putri.
3. Setelah itu, pengantin putri ganti menyuapi penganten kakung
Setelah dulangan, dapat dilakukan bubak kawah, ngunjuk rujak degan atautumplak punjen .
Bubak Kawah
Bubak kawah dilakukan pada saat mantenan anak pertama (sulung). Bubakberarti membabat atau mencangkul tanah yang belum pernah ditanami (membuka tanah). Kawah adalah air ketuban, yaitu cairan yang keluar sebelum bayi. Bubak kawah permohonan agar hajat mantu anak-anak selanjutnya berlangsung selamat. melambangkan, bahwa mantenan ini adalah hajat yang pertama, masih ada mantenan lagi, dan
Bubak kawah dilakukan dengan membuat bungkusan kecil-kecil atau takir yang berisi ubi kayu,ketela, beras kuning, uang receh, dan bunga setaman. Bungkusan kecil-kecil itu diperebutkan oleh para tamu atau dibagikan. Dalam acara ini, para tamu memperebutkan alat-alat dapur yang telah disediakan.
Ada yang menyebut bubak kawah dengan tumpak punjen (bukan tumplak punjen ).
Ngunjuk rujak degan
Di beberapa tempat, pada mantenan anak pertama dilakukan ngunjuk rujakdegan . Rujak degan dibuat dari daging buah kelapa muda (degan ) dan buah-buahan lain lalu diberi bumbu rujak.
Bapak meminum tiga sendok rujak, lalu ibu bertanya: ”Piye rasane, Pak ?”(’Bagaimana rasanya, Pak ?’)
Bapak menjawab: ”Seger semiyah sumorambah wong sak omah” (’Rasanya segar semoga dirasakan juga oleh seisi rumah’).
Selanjutnya, ibu dan kedua mempelai juga minum, masing-masing tiga sendok.
Tumplak punjen
Jika pada mantenan anak pertama ada acara bubak kawah atau ngunjuk rujakdegan , ada juga acara tumplak punjen , yaitu mantenan anak bungsu, dengan menumpahkan punjen (pundi-pundi) yang berisi peralatan tumplak punjen . Uba rampe tumplak punjen sama dengan uba rampe bubak kawah. Sebagian bungkusan kecil-kecil dimasukkan dalam bokor di-tumplak (ditumpahkan) untuk diperebutkan putra wayah (anak cucu).
3.12. Mertuwi
Dulu, mungkin kediaman calon besan berjauhan, sehingga orang tua penganten kakung tidak dapat menghadiri acara mantenan . Karena itu, sepasar (lima hari) setelah mantenan , diadakan mertuwi atau tilik besan . Orang tua penganten putri, dan penganten berdua (sudah menjadi suami isteri), sowan pada orang tua penganten kakung.
Sekarang, mertuwi atau tilik besan adalah menjemput besan. Orang tua penganten kakung yang sedang nyanggrah di pesanggrahan, dijemput oleh salah satu utusan orang tua penganten putri, dimohon untuk hadir. Orang tua penganten putri menyambut orang tua pengantin kakung di pelataran atau beranda rumah, lalu menuju pelaminan.
Kedua ibu berjalan di muka, kedua ayah di belakang, lalu orangtua pengantin kakung duduk di sebelah kiri pelaminan, dan orang tua penganten putri di kanannya.
3.13. Sungkeman
Sungkeman atau ngabekten adalah suatu bentuk penghormatan dan permohonan doa dari penganten pada orang tua. Dimulai dengan sungkem pada bapak lalu ibu penganten putri, kemudian bapak dan ibu penganten kakung. Setelah itu, sungkem pada sesepuh yang lain, misalnya eyang, pakde, bude, paklik, bulik, dan seterusnya. Yang sungkem lebih dulu adalah penganten kakung, baru penganten putri.
Cara sungkem seperti berikut.
1. Kira-kira dua meter di depan bapak, penganten kakung dan putri jongkok, kedua lutut menempel di lantai (berlutut).
2. Penganten kakung laku dodok (laku , dari kata mlaku , berarti berjalan; dodokberarti jongkok), yaitu berjalan sambil jongkok, perlahan-lahan, mendekati lutut bapak yang akan disungkem i.
3. Di dekat lutut kanan bapak, jari-jari penganten dirapatkan di depan dada, kedua telapak tangan ditangkupkan, lalu ibu jari ditempalkan di hidung (dicium) (posisi menyembah).
4. Dalam posisi no 3, kedua telapak menangkup lutut kanan bapak.
5. Sambil sungkem, penganten kakung mohon doa.
6. Bapak yang disungkem -i memegang bahu kiri dan kanan penganten sambil memberi doa.
7. Setelah itu, penganten kakung sungkem pada ibu, tetap dengan laku dodok . Penganten putri juga sungkem, setelah penganten kakung.
Selama sungkeman , juru rias mengambil keris penganten kakung, setelahsungkeman dhuwung (keris) harus diambil waktu sungkem . Keris adalah lambang derajad . Orang yang derajadnya tinggi, akan nyengkelit keris yang derajadnya tinggi. Orang yang derajadnya tinggi, mungkin mempunyai mertua yang derajadnya lebih rendah. Karena itu, waktu sungkem, dhuwung dilepas, karena yang sungkem adalah menantu pada orang tua, bukan derajad yang lebih tinggi sungkem pada derajad yang lebih rendah. dikembalikan lagi. Saya tidak tahu pasti mengapa
3.14. Lambang kalpika
Lambang atau liru berarti menukar, sedang kalpika adalah cincin. Ada pasangan yang sebelumnya telah memakai cincin, yaitu cincin pertunangan, atau cincin waktu lamaran. Cincin pertunangan dipakai di jari manis tangan kiri. Pada acaralambang kalpika ini, cincin yang dipakai penganten kakung ditukar dengan cincin yang dipakai penganten putri. Kalau waktu pertunangan dipakai di jari manis kiri, sekarang dipakai di jari manis kanan, sebagai lambang kedua pasangan telah menikah. .
Jika sebelumnya tidak ada cincin pertunangan, acara ini disebut rasuk(memasukkan) kalpika.
3.15. Kirab
Kirab berarti pawai, atau berbaris. Penganten diiringi kedua putri domas , satriya bagus , dan kedua orang tua, kirab untuk berganti busana dari busanakanalendran menjadi busana kasatriyan , dan untuk mohon doa dari para tamu.
Di depan barisan ada subamanggala , atau cucuk lampah yang memimpin barisan. Subamanggala berasal dari kata suba (tata trapsila , sopan santun), danmanggala Cucuk adalah ujung, dan lampah cucuk lampah berarti yang berjalan di barisan paling depan sebagai penunjuk jalan. (pemimpin); maksudnya adalah memimpin barisan. adalah berjalan. Jadi
Urutan barisan, adalah:
1. Cucuk lampah , satu orang
2. Satriya kembar , dua orang
Yang menjadi satriya kembar adalah remaja kakung,belum menikah, berumur 14 sampai 18 tahun.
3. Putri dhomas , empat orang. Putri dhomas (atau putri sekar sari ) yaitu remaja putri, belum menikah, berumur 14 sampai 18 tahun. Dho , seakar kata dengan ro, roro, loro, atau dua; sedang samas adalah 400. Jadi dhomas berarti 2 X 400 atau 800.
4. Patah dua orang, terdiri atas anak perempuan, berumur 5 sampai 7 tahun.
5. Penganten
6. Ibu penganten putri dan penganten kakung.
7. Bapak penganten putri dan penganten kakung.
8. Saudara-saudara penganten putri.
9. Saudara-saudara penganten kakung.
10. Saudara-saudara orang tua penganten putri
11. Saudara-saudara orang tua penganten kakung
Setelah santun busana , penganten kembali kirab untuk selanjutnya duduk di pelaminan.
Kirab merupakan penutup acara adat. Setelah itu, dilakukan pemberian doa restu atau ucapan selamat dari para tamu, serta kembul bujana , atau makan bersama, atau resepsi.
Perlu diketahui, ada pemangku hajat yang mengadakan resepsi khusus, di tempat lain dan waktu lain. Ada juga yang menjadi satu dengan acara adat.
3.16. Resepsi dan ngunduh manten
Resepsi lebih menyerupai syukuran atau berbagi rasa gembira dan bahagia pada kerabat, tetangga, dan teman, dilakukan di rumah, atau gedung khusus. Resepsi dapat dilakukan dengan adat Jawa, dalam arti penganten, orang tua, saudara dan panitia juga memakai busana Jawa.
Rombongan penganten memasuki gedung, dengan urutan:
1. Cucuk lampah , satu orang.
2. Satriya kembar , dua orang
3. Patah dua orang, terdiri atas anak perempuan, berumur 5 sampai 7 tahun.
4. Panganthi (pengapit), dua orang.
5. Penganten
6. Putri domas , empat orang
7. Ibu penganten putri dan penganten kakung.
8. Bapak penganten putri dan penganten kakung.
9. Saudara-saudara penganten putri.
10. Saudara-saudara penganten kakung.
11. Saudara-saudara orang tua penganten putri
12. Saudara-saudara orang tua penganten kakung
Ada juga Bapak dan ibu penganten putri di ujung belakang barisan, sebagai pemangku hajat.
Ngunduh mantu
Hakekatnya, mantenan adalah tanggung jawab keluarga putri. Kadang-kadang, pihak kakung (apalagi jika tempat tinggal kedua orang tua berjauhan), ingin mengadakan mantenan juga ; yang disebut ngunduh manten atau ngunduh mantu . Ngunduh berarti mengunduh, atau memetik. Ada juga yang menyebutboyong manten . Tidak ada acara spesifik dalam ngunduh mantu, penganten boleh berpakaian adat Jawa atau model barat.
Sumber :
http://st300852.sitekno.com
Anjar Ani, dan Moh Nursyahid P. 1986. Upacara Adat Perkawinan Lengkap.
Danang Sutawijaya dan Sudi Yatmana. 2001. Upacara Penganten.
Sudi Yatmana. 1989. Tuntunan Kagem Para Pranatacara tuwin Pamedar Sabda.
Suwarna Pringgawidagda. 1998. Gita Wicara Jawi.
Suwarna Pringgawidagda. 2006. Tata Upacara dan Wicara Penganten Jawa. Yogyakarta
Thomas Wiyasa Bratawijaya. 2006. Upacara Perkawinan Adat Jawa.