UNTUK CLOSE : KLIK LINK IKLAN DI BAWAH 1 KALI AGAR MELIHAT FULL ARTIKEL ^^


Jumat, 11 Mei 2012

Teknik-Teknik Pengumpulan Data dalam PTK


Data dalam penelitian tindakan berfungsi sebagai landasan refleksi. Data mewakili tindakan dalam arti bahwa data itu memungkinkan peneliti untuk merekonstruksi tindakan terkait, bukan hanya mengingat kembali. Oleh sebab itu, pengumpulan data tidak hanya untuk keperluan hipotesis, melainkan sebagai alat untuk membukukan amatan dan menjembatani antara momen momen tindakan dan refleksi dalam putaran penelitian tindakan.
Data penelitian tindakan dapat berbentuk catatan lapangan, catatan harian, transkrip komentar peserta penelitian, rekaman audio, rekaman video, foto dan rekaman/catatan lainnya. Banyak teknik yang dapat digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian tindakan, antara lain.

1.      Catatan Anekdot
Catatan anekdot adalah riwayat tertulis, deskriptif, longitudinal tentang apa yang dikatakan atau dilakukan perseorangan dalam kelas dalam suatu jangka waktu. Deskripsi secara akurat dalam catatan anekdot ini sangat diperlukan untuk menghasilkan gambaran umum yang layak untuk keperluan penjelasan dan penafsiran. Deskripsi tersebut biasanya mencakup peristiwa yang terjadi sebelum, selama, dan sesudah proses pembelajaran berlangsung beserta konteks yang relevan atau berkaitan dengan objek yang diteliti. 

2.      Catatan Lapangan
Teknik ini sejenis dengan catatan anekdot, tetapi mencakup kesan dan penafsiran subjektif. Deskripsi boleh mencakup referensi misalnya pelajaran yang lebih baik, perilaku kurang perhatian, pertengkaran picik, kecerobohan, yang tidak disadari oleh guru atau pimpinan terkait. Seperti halnya catatan anekdot, perhatian diarahkan pada persoalan yang dianggap menarik.

3.      Deskripsi Perilaku Ekologis
Teknik ini kurang terarah pada persoalan jika dibandingkan dengan teknik pertama di atas. Teknik ini berusaha untuk mencatat observasi dan pemahaman terhadap urutan perilaku yang lengkap. Deskripsi sebaiknya mengurangi penafsiran psikologis dan terminologis, misalnya, ketika seorang siswa diamati tertawa terbahak-bahak, peneliti tidak boleh memberi komentar tentang maksud tertawa siswa tersebut. Kecenderungan untuk memberikan penilaian seperti ini banyak dialami oleh peneliti pemula. Mereka belum terlatih untuk menunda penilaian sampai refleksi dilakukan.

4.      Analisis Dokumen
Gambaran tentang persoalan: sekolah atau bagian sekolah, kantor atau bagian kantor, dapat di konstruksi dengan menggunakan berbagai dokumen: surat, memo untuk staf, edaran untuk orangtua atau karyawan, memo guru atau pejabat, papan pengumuman guru, papan pengumuman siswa, pekerjaan siswa yang dipamerkan, garis besar, tes formal dan informal, publikasi siswa atau karyawan, kebijakan, dan/atau peraturan.

5.      Catatan Harian

Catatan harian (diaries) adalah catatan pribadi tentang pengamatan, perasaan, tanggapan, penafsiran, refleksi, firasat, hipotesis dan penjelasan. Catatan tidak hanya melaporkan kejadian tugas sehari-hari, melainkan juga mengungkapkan perasaan bagaimana rasanya berpartisipasi dalam penelitian tindakan kelas. Kejadian khusus, percakapan, introspeksi perasaan, sikap, motivasi, pemahaman waktu bereaksi terhadap sesuatu, dan kondisi akan membantu merekonstruksi apa yang terjadi waktu itu. Catatan harian juga dapat dibuat oleh siswa. Catatan mereka dapat menjadi sumber informasi tentang apa yang mereka alami dalam penelitian tindakan Kelas. Untuk mendukung suatu pandangan yang dikemukakan atau sebagai pembuktian sebaiknya diadakan diskusi untuk membandingkan catatan harian guru dan siswa.
Penulisan catatan harian (diaries) harus selalau dengan menuliskan tanggal kejadian. Demikian juga dengan hal-hal yang mendetail dari penelitian tindakan kelas, seperti waktu, pokok bahasan, kalas di mana PTK dilaksanakan sebaiknya dituliskan pada bagian pendahuluan. Catatan harian guru dan siswa akan berguna juga sebagai pelengkap atau pembanding dari catatan lapangan (field notes) yang dibuat oleh para mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi. Catatan harian mungkin memuat observasi, perasaan, reaksi, penafsiran, refleksi, dugaan, hipotesis, dan penjelasan. Catatan harian dapat digunakan untuk salah satu atau beberapa tujuan berikut:
a.   Merekam secara teratur informasi faktual tentang peristiwa, tanggal dan orang, dengan klasifikasi judul, misalnya Kapan? Di mana? Siapa? Yang mana? Bagaimana? Mengapa? Data yang direkam dapat membantu peneliti merekonstruksi urutan waktu atau peristiwa sebagaimana terjadi.
b.  Aide mémoire untuk merekam catatan pendek tentang penelitian yang sedang dilakukan untuk refleksi kemudian.
c.  Memotret secara rinci peristiwa dan situasi tertentu yang memberikan data deskriptif lengkap yang akan digunakan untuk laporan lengkap tertulis.
d.  Catatan introspektif dan evaluatif-diri di mana peneliti mencatat pengalaman, pemikiran, dan perasaan pribadi dalam rangka memahami penelitiannya.

6.      Logs
Teknik ini pada dasarnya sama dengan catatan harian tetapi biasanya disusun dengan mempertimbangkan alokasi waktu untuk kegiatan tertentu, pengelompokan kelas, dan sebagainya. Kegunaannya akan lebih tinggi jika disertai dengan komentar-komentar secara logis dan sistematis.

7.      Kartu Cuplikan Butir
Teknik ini mirip dengan catatan harian tetapi sekitar enam kartu digunakan untuk mencatat kesan tentang sejumlah topik, satu untuk satu kartu. Misalnya: satu set kartu boleh mencakup topik-topik seperti pendahuluan pelajaran, disiplin, kualitas pekerjaan siswa, efisiensi penilaian, kontak individual dengan siswa, dan perilaku seorang siswa.
Kartunya dikocok dan catatan harian dibuat untuk satu topik setiap harinya, dan dengan demikian membangun gambaran tentang semua persoalan sebagai dasar refleksi tanpa resiko memberikan tekanan terlalu berat atau menimbulkan kebosanan dengan aspek tertentu.

     8. Portofolio 
   Teknik ini digunakan untuk membuat koleksi bahan yang disusun dengan tujuan tertentu. Portofolio mungkin memuat hal-hal seperti tambatan rapat staf yang berkaitan dengan sejarah suatu persoalan yang diteliti, korespondensi yang berkaitan dengan kemajuan dan perilaku subyek penelitian, kliping korespodensi dan surat kabar yang berkaitan dengan persoalan di mana lembaga tempat penelitian menjadi pusat perhatian khalayak ramai, dan/atau tambatan rapat staf yang relevan; singkatnya dokumen apa pun yang relevan dengan persoalan yang diteliti dapat dimuat. 

            9.  Angket
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrument pengumpul data nya juga disebut dengan angket yang berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang harus dijawab atau di respon oleh responden.
Prinsip Penulisan Angket :
a.      Isi dan Tujuan Pertanyaan
Maksudnya adalah apakah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan? Jika berbentuk pengukuran, maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus disusun dalam skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti.
b.      Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan dalam angket harus disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden (memerhatikan jenjang pendidikan keadaan sosial budaya dari responden).
c.       Tipe dan Bentuk Pertanyaan
Tipe pertanyaan dalam angket dapat terbuka (pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya dalam bentuk uraian) atau tertutup (pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan) dan dapat pula menggunakan kalimat positif atau pun negatif.
d.   Pertanyaan tidak mendua (double barreled), contohnya “Bagaimana pendapat anda mengenai kualitas dan relevansi pendidikan saat ini?” Tidak menanyakan yang sudah lupa, misalnya “Bagaimana kualitas pendidikan sekarang bila dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu?”
e. Pertanyaan tidak menggiring, maksudnya pertanyaan dalam angket tidak menggiring/ mengarahkan ke jawaban yang baik atau yang buruk saja. Misalnya “Bagaimanakah prestasi belajar anda selama di sekolah yang dulu?”
f.     Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan membuat responden jenuh dalam mengisi Urutan Pertanyaan. Urutan pertanyaan dalam angket dimulai dari yang umum menuju ke hal yang spesifik atua dari hal yang mudah menuju ke hal yang sulit. Hal ini perlu diperhatikan karena secara psikologis dapat memengaruhi semangat responden, jika pada awalnya sudah diberi pertanyaan yang sulit maka responden akan merasa malas untuk mengisi angket yang telah mereka terima.
g.      Prinsip Pengukuran.
Angket yang diberikan kepada responden merupakn instrument penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Oleh karena itu, angket tersebut harus dapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel tentang variabel yang diukur, maka sebelum instrumen angket tersebut diberikan kepada responden, sebaiknya diuji dulu validitas dan reabilitasnya.
h.      Penampilan Fisik Angket.
Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan memengaruhi responden dalam mengisi angket. Angket yang dibuat di kertas buram, akan mendapat respon yang kurang menarik dari responden.

Jenis-jenis Angket atau Kuesioner
a.      Jenis angket berdasarkan cara responden menjawab, diantaranya :
b.  Angket tidak berstruktur (terbuka) ialah angket yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan jawaban bebas sesuai dengan kehendak dan keadaannya. Jawaban bebas disini maksudnya adalah uraian berupa pendapat, hasil pemikiran, tanggapan, dan lain-lain mengenai segala sesuatu yang dipertanyakan setiap item pada angket. Contoh pertanyaan angket terbuka “Bagaimana pendapat anda mengenai kenaikan standar nilai UN?”
c. Angket berstruktur (tertutup) ialah jenis angket yang setelah rumusan pertanyaannya disediakan pula alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh responden. Angket berstruktur dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu :
1) Angket berstruktur dengan pertanyaan tertutup ialah angket yang telah menyediakan alternatif jawaban yang harus dipilih responden tanpa kemungkinan jawaban lain. Contohnya “Bagaimana pendapat kalian terhadap pembelajaran yang telah berlangsung tadi?”
a.      sangat baik
b.      baik
c.       cukup
d.     kurang
e.      sangat kurang
2)    Angket berstruktur dengan pertanyaan terbuka merupakan jenis pertanyaan angket yang juga termasuk kedalam angket tertutup, maksudnya alternatif jawabannya berbentuk pilihan ganda tetapi peneliti berasumsi dari jawaban yang telah disediakan untuk setiap pertanyaan mungkin tidak ada jawaban yang sesuai atau tepat, sehingga responden perlu diberi kesempatan untuk menyampaikan jawaban lain yang lebih tepat.
Contoh : Pembelajaran yang bagaimanakah yang kalian sukai?
a.      Pembelajaran yang menyenangkan
b.      Pembelajaran yang humoris
c.       Pembelajaran yang santai
d.     Pembelajaran yang komunikatif
e.       ………………………………….
3)      Angket berstruktur dengan jawaban singkat (short answer item), angket jenis ini merupakan gabungan atau kombinasi antara angket tidak berstruktur dengan angket berstruktur. Contoh “Bagaimana pendapat kalian tentang penjelasan materi yang disampaikan oleh guru?”
Jenis angket berdasarkan bentuknya, antara lain :
a.      Angket pilihan ganda (sama dengan angket tertutup)
b.      Angket isian, seperti angket tercheck list/ daftar cek, sehingga responden tinggal membubuhkan tanda check (√) pada kolom yang sesuai.

      10. Wawancara
Wawancara, yang dimaksud dengan wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh iinformasi dari terwawancara, narasumber atau informan. Ada beberapa jenis atau bentuk wawancara, diantaranya :
a. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu menyiapkan bahan wawancara/pertanyaan.
b.  Wawancara semi terstruktur adalah bentuk wawancara yang sudah disiapkan terlebih dahulu, tetapi memberikan keleluasaan untuk tidak langsung terfokus kepada bahasan atau mungkin mengajukan topik bahasan sendiri selama wawancara itu berlangsung. Wawancara tidak terstruktur ialah bentuk wawancara di mana prakarsauntuk memilih topik bahasan diambil oleh orang yang diwawancarai. Apabila wawancara sudah berlangsung, pewawancara dapat mengarahkan agar informan dapat menerangkan, mengelaborasi, atau mengklarifikasi jawaban yang kurang jelas. Wawancara informal yaitu jenis percakapan bebas yang memungkinkan interviewer untuk menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang akan ditelitinya.
c.  Wawancara formal berstruktur yaitu jenis wawancara yang dalam pelaksanaannya menggunakan format wawancara yang terstruktur, jadi guru dapat menanyakan pertanyaan yang sama kepada responden.

      11. Teknik Sosiometrik
Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah individu-individu disukai atau saling menyukai. Pertanyaan-pertanyaan sering diajukan dengan niat untuk mengetahui dengan siapa subyek tertentu ingin bekerja sama. Pertanyaan juga mungkin berusaha mengungkapkan dengan siapa subyek tertentu tidak suka bekerja sama atau berhubungan. Hasil sosiometri ini biasanya dituangkan dalam diagram yang disebut sosiogram. Berikut ini contoh dari sosiogram: 


12.   Jadwal dan daftar tilik (checklist) interaksi
Kedua teknik ini dapat menunjuk pada:
a.  Perilaku verbal guru: misalnya bertanya, menjelaskan, mendisiplinkan (individu atau kelompok), memberi contoh melafalkan kata/frasa/kalimat
b. Perilaku verbal siswa: misalnya, menjawab, bertanya, menyela, berkelakar, mengungkapkan diri, menyanggah, menyetujui.
c. Perilaku nonverbal guru: misalnya, tersenyum, mengerutkan kening, memberi isyarat, menulis, berdiri dekat siswa pandai, duduk dengan siswa lamban.
d.Perilaku nonverbal siswa: misalnya menoleh, mondar-mandir, menulis, menggambar, menulis cepat, tertawa, menangis, mengerutkan dahi, mengatupkan bibir.
 
13.  Rekaman pita
Merekam berbagai peristiwa seperti pelajaran, rapat, diskusi, seminar, lokakarya, dapat menghasilkan banyak informasi yang bermanfaat yang tertakluk (tunduk) pada analisis yang cermat. Metode ini khususnya berguna bagi kontak satu lawan satu dan kelompok kecil.

14.  Rekaman video
Perekam video dapat dioperasikan oleh peneliti untuk merekam satuan kegiatan/peristiwa untuk kemudian dianalisis. Akan lebih baik jika satuan rekamannya pendek karena pemutaran ulang akan memakan waktu. Bila ada anggota peneliti yang membantu, lebih banyak perhatian dapat diberikan pada reaksi dan perilaku subjek secara perorangan (guru dan siswa), yang aspek-aspeknya disepakati sebelum perekaman.

15.   Foto dan slide
Foto dan slide mungkin berguna untuk merekam peristiwa penting, misalnya aspek kegiatan kelas, atau untuk mendukung bentuk rekaman lain. Peneliti dan pengamat boleh menggunakan rekaman fotografik. Karena daya tariknya bagi subjek penelitian, foto dapat diacu dalam wawancara berikutnya dan diskusi tentang data.

16.  Penampilan subyek penelitian pada kegiatan penilaian
Teknik ini digunakan untuk menilai prestasi, penguasaan, untuk mendiagnosis kelemahan dsb. Alat penilaian tersebut dapat dibuat oleh peneliti atau para ahlinya. Pemilihan teknik pengumpulan data ini tentu saja disesuaikan dengan jenis data yang akan dikumpulkan. Pemilihan teknik pengumpulan data hendaknya dipilih sesuai dengan ciri khas data yang perlu dikumpulkan untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian. Untuk keperluan trianggulasi, data yang sama dapat dikumpulkan dengan teknik yang berbeda

Sumber :
1.      Mohommad Ashori (2007), Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : CV Wacana Prima.
2.  Wiraatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas: Bandung: Remaja Rosdakarya
 




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar