TEKUKUR
Oleh : sapardi Djoko Damono
Kautembak tekukur itu.
Ia tak sempat terkejut, beberapa lembar bulunya lepas;
mula-mula terpencar di sela-sela jari angin,
satu-dua lembar sambar-menyambar sebentar,
lalu bersandar pada daun-daun rumput. "Kena!" serumu.
Selembar bulunya ingin sekali mencapai kali itu
agar bisa terbawa sampai jauh ke hilir,
namun angin hanya meletakkannya di tebing sungai.
"Tapi ke mana terbang burung luka itu?" gerutumu.
Tetes-tetes darahnya melayang :
ada yang sempat melewati berkas- berkas sinar matahari,
membiaskan wama merah cemerlang, lalu jatuh di kuntum-kuntum bunga rumput.
"Merdu benar suara tekukur itu,
"kata seorang gadis kecil yang kebetulan lewat di sana;
ia merasa tiba-tiba berada dalam sebuah taman bunga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar