Di Tepian DanauFredy Wansyah
Danau biru ini disebut Toba
dinginnya pagi tajam seperti melihat kepala kerbau
Danau tak pernah
mati waktu, sebab mengalir
mengingatkan kita kepada nyawa yang biru
cerah. Seperti manusia yang berhati menjadi hulu
inderawi.
Danau ini hidup bersama air yang dicintai tanpa mencintai
layaknya aku mencintai negeri ibuku.
Dan, karena cinta bukanlah dengan
air mataDi kakiku tepian yang menyulutkan gelombang kecil
Tertusuk tulang hingga kepala
Yang mendinginkan urat-urat pekerja tubuh.
Di sini aku ingat, tak akan hidup Batak tanpa danau toba
meski danau tak mampu mencintai airnya sendiri.
pelayar, penelayan, pemancing, dan pendanau bergelantungan
pada danau mencari nafkah sendiri demi harga diri
segumpalan marga keturunan sendiri, sebelum mati.
Tapanuli-Jatinangor, 2009-2010.
sumber : kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar