Ketika saya menyelesaiakan soal matematika, kadang-kadang siswa bertanya: "Adakah cara cepat pak?". Barangkali (cuma barangkali lho) budaya instan sudah melanda kita. Inginya kita serba cepat. Mengurus pajak STNK maunya serba cepat, mengurus SIM maunya cepat, beli tiket maunya cepat, berobat ke rumah sakit maunya cepat. Karena karakter kita yang inginnya serba cepat dan tidak mau repot maka dimanfaatkanlah oleh calo, sehingga di Indonesia calo tumbuh subur apalgi didukung oleh birokrasi yang berbelit-belit.
Di dalam menyelesaikan soal matematika, sering siswa maunya cara cepat. Sering kita dengar (terutama di Lembaga Bimbingan belajar) istilah cara cepat, smart solution, dan istilah-istilah yang senada. Padahal matematika itu tidak semata-mata hasil yang dinilai. Proses logis dalam menyelesaikan soal matematika itu penting untuk melatih anak dalam bernalar, yang tentu harapan kita akan berguna untuk kehidupan sehari-hari. Lantas tidak bolehkah kita menggunakan cara cepat untuk menyelesaikan soal matematika? Boleh-boleh saja (bahkan perlu), dengan catatan kita mengerti dulu mengerjakan soal matematika secara "wajar". Kalaupun menggunakan cara cepat, paling tidak mengetahui proses ditemukannya cara cepat tersebut, sehingga penggunaan nalar tetap dilibatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar