Pranita Dewi
Waktu tubuhku luruh. Kau himpun jadi satu kelam malam. Lalu kau lumat-hempaskan bagai puisi tak selesai. Batinku ragu pada kisah hijau yang tak tamat. Apakah kau sungguh nuraniku? Berseteru dengan tarian takdir, aku lunglai bertahtakan ajal. Kau singgahi pelabuhanku, tubuhku, lantaran pelayaran tak berujung, tak menemu-Mu. Kini kisah hijau memekik ragu pada abad, pada nestapa ruh, pada semua yang berkelebat menggores senyap. Matamu menyita takdirku jadi sesal yang kekal.
2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar