Mengenang Hujan
: Pameta Filsabila
Agus Dwi Rusmianto
adalah ungkapan gerah
sepanjang malioboro yang gelisah
sebab ribuan kata dipalsukan imajinasi diam
berjalan cepat sehari sebelumnya
hujan itu
adalah Vredeburg
ditinggal peradaban menuju senja
sementara di kepala pasar malam mulai menjalar
berkoar
tawar menawar
hujan itu
adalah teh manis pinggir jalan;
sebuah ruang perawan kesepian. mungkin
lantas mengunyah jarak
kilometer empat belas menuju puncak
hujan itu
adalah satu-satunya suara
berkejaran meniriskan usia
pada jalan lengang tanpa tiang
hujan itu
sama-sama mengaduh
serupa
basah membuat teduh
Sleman, 12 - 13 Desember 2011
http://oase.kompas.com/read/2012/09/04/22152173/Puisi-puisi.AD.Rusmianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar