ANGIN
Edu Badrus Shaleh
Entah geliat
angin mana telah mengirim silir berbeda, seumpama ia dapat bersuara, kesiurnya meraung-raung di tenggorokan dan dada. Ia hanya mengisyaratkan satu nama, nama yang selalu ragu kuterima sebagai s
ebuah ketetapan yang sesungguhnya telah membongkar ingatanku tentang hidup, nama itu bahkan menyala-nyala dengan sendirinya tanpa kuhidupkan terlebih dahulu.
Angin manakah yang telah mengirimkan nama dirimu ke dalam ruangku yang pengap?
Saat ini aku akan menyatakan
kegelisahan yang nikmat seutuhnya, walau tak pernah kulihat wajahmu seujung pangkal rambutpun. Aku merasa hilang di dalam diri.
Rembang, 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar