Subjek didik sebagai individu sesungguhnya merupakan kesatuan dari berbagai karakteristik yang terpadu di dalam dirinya. Memahami subjek didik secara holistik mengandung makna bahwa guru harus mengetahui dan mendalami berbagai karakteristik yang ada di dalam subjek didiknya secara menyeluruh yang merupakan suatu kesatuan. Ini sangat penting karena aktivitas peserta didik dalam pembelajaran sesungguhnya melibatkan keseluruhan karakteristik yang mereka miliki yang berfungsi secara berkaitan antara satu dengan yang lain dalam satu kesatuan.
Keterkaitan fungsi berbagai karakteristik dalam satu kesatuan aktivitas subjek itu menghasilkan proses belajar yang mereka lakukan. Mengabaikan atau menafikan salah satu atau sebagian dari karakteristik subjek didik dalam suatu sistem proses pembelajaran akan berakibat timbulnya ketimpangan proses belajar yang mereka yang mereka lakukan. Akibatnya mereka tidak akan dapat melakukan proses belajara secara maksimal. Pemahaman berbagai karakteristik subjek didik secara holistic ini akan mengantarkan para guru atau pendidik kepada pemahaman dan penghayatan secara mendalam tentang keberadaan individual subjek didik. Ini akan sangat bermanfaat bagi guru atau pendidik karena dengan demikian mereka akan mampu menyelenggarakan proses pembelajaran secara arif dan bijaksana.
Berikut ini dipaparkan pembatasan berbagai pandangan klasik berkenaan dengan pemahaman terhadap subjek didik sebagai suatu kesatuan berbagai karakteristik secara holistik.
A. Individu Sebagai Suatu Kesatuan Psiko-fisik
Pandangan bahwa manusia adalah sebagai individu yang merupakan satu kesatuan dari aspek fisik/jasmani dan psikis/rohani/jiwa yang tidak dipisahkan, sesungguhnya sudah berkembang pada pemikiran para filsuf klasik sejak masih zaman Yunani Kuno. Mereka berpandangan bahwa fisik atau jasmani merupakan aspek yang bersifat kasat mata, konkrit, dapat diamati, dan tidak kekal, sedangkan psikis/rohani/jiwa merupakan aspek yang sifatnya abstrak. immaterial, tidak dapat diamati dan kekal.
Para Filosof klasik itu kemudian mengembangkan perenungan dan sampai kepada kesimpulan bahwa jiwa itu dapat dibagi menjadi beberapa bagian. Plato (427-347 SM), misalnya, sebagai filosof yang amat tersohor membagi jiwa menjadi tiga aspek kekuatan yaitu :
1. Pikir atau kognisi berlokasi di kepala
2. Kehendak berlokasi di dada
3. Keinginan berlokasi di perut.
Pembagian jiwa oleh plato ke dalam tiga aspek ini kemudian dikenal dengan istilah”trikhotomi” (tida dalam satu). Pandangan plato dengan trikhotomi itu kemudian diikuti oleh para filosof terkenal lainnya, dianatarnya adalah Jean jaques Rousseau, J.N. Tetens dan Immanuel Kant.
Karena menariknya perenungan tentang jiwa manusia itu maka pengkajian terus-menerus dilakukan. Pada perkembangan berikutnya salah seorang filosof terkenal yang merupakan murid plato yaitu Aristoteles (384-322 SM) mengemukakan hasil perenunganya tentang pembagian jiwa yang agak berlainan dengan gurunya. Menurut Aristoteles, gejala jiwa tidak di bagi dalam tiga aspek melainkan menjadi dua aspek saja, yaitu:
1. Kognisi disebut juga sebagai budaya mengenal, berpusat pada piker.
2. Konasi, disebut juga gejala menghendaki, berpusat pada kemauan.
Pandagan Aristoteles yang melakukan pembagian gejala jiwa menjadi dua ini kemudian dikenal dengan istilah “dikhotomi”(dua dalam satu). Pengikut dikhotomi yang terkenal adalah Criastian Wolf (Jerman, 1670-1754).
Perlu ditegaskan disini bahwa pembagian jiwa dengan pendekatan trikhotomi dan dikhotomi ini merupakan hasil perenungan filosofis sehungga sifatnya teoritis. Dalam kenyataannya, jiwa itu tidak dapat dipetak-petak atau dibagi-bagi. Oleh karena itu pada perkembangan berikutmya, terutama sejak zaman abad pertengan, para filsuf pada era itu meulai menyadari dan semakin mengembangkan pemikiran dan pengkajian tentang jiwa manusia.
Padangan para filosof pada aba pertengan tentang aspek jasmani dan rohani dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
- Antara jasmani dan rohani itu merupakan suatu kesatuan sehingga tidak dapat dibagi atau dipisahkan sama sekali. Pandangan ini kemudian dikenal dengan istilah pandangan “monoisme”.
- Meskipun disadari bahwa aspek jasmani dan rohani merupakan satu kesatuan, tetapi antara jasmani dan rohani itu dapat berdiri sendiri. Pandangan ini keudian dikenal dengn pendekatan ”dualism”.
Padangan monoisme maupun dualism sama-sama sepakat bahwa individu merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang tidak dapat dipisahkan. Sebab tidak mungkin seseorang berpikir tanpa unsur kemauan dan tidak mungkin seseornag menginginkan sesuatu tanpa ada unsur berpikir. Bahkan ketika pikiran sedang sibuk, roman muka yang bersifat fisik itu tanpak berbeda dengan keadaan pada saat pikiran sedang santai. Keadaan jiwa yang tengah gembira karena tengah mendapatkan suatu keberuntungan akan tercermin pada gerak langkah dan ekspresi seseorang. Sebalikya seseorang yang sedang mendapatkan kesusahan atau mendapatkan ketidak-beruntungan juga akan Nampak pada ekspresi wajahnya.
B. Gejala-gejala Berkembangnya Berbagai Aspek dalam Diri Individu Subjek Didik
Karena manusia itu merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan antara aspek jasmani dan rohani, maka perkembangan bebagai aspek dalam diri individu itu akan tampak gejala-gejalanya. Adapun sejumlah gejala-gejala yang biasanya tampak sebagai gambaran berkembangnya berbagai aspek dalam diri individu itu adalah sebagai berikut.
1. Aspek Jasmani atau Fisik
Gejala yang tampak pada aspek fisik sebagai perwujudan dari adanya perkembangan dalam diri individu antara lain:
- Pertumbuhan payudara pada wanita
- Lekum pada remaja pria
- Kulit yang makin halus pada wanita
- Otot yang makin kuat dan kekar pada pria
2. Aspel Intelek
Gejala yang tampak sebagai perkembangan individu dalam aspek intelek antara lain:
- Perubahan secara kuantitatif dan kualitatif mengenai kemampuan anak dalam mengatasi berbagai masalah. Perubahan secara kuantitatif berarti semakin banyak hal-hal yang dapat diatasi, sedangkan perubahan kualitatif berarti semakin dapat mengatasi hal-hal yang lebih sulit.
- Semakin berkurangnya berpikir konkrit dan semakin berkembangnya berpikir abstrak. Berpikir konkrit ialah berpikir yang terikat pada bendanya dan sangat memerlukan bantuan alat peraga jika benda asli tidak ada, sedangkan berpikir abstrak ialah berpikir yang tidak terikat pada bendanya.
- Semakin berkembangnya kemampuan memecahkan masalah-masalah yang bersifat hipotetik. Artinya, semakin mampu membuat perencanaan, penaksiran, atau bahkan prakiraan kecenderungan sesuatu di masa yang akan datang.
3. Aspek Emosi
- Gejala yang tampak sebagai perkembangan pada aspek emosi antara lain:Ketidakstabiulan emosi pada anak remaja
- Mudahnya menunjukkan sikap emosional yang meluap-luap pada anak remaja, seperti: mudah menangis. mudah marah, mudah tertawa terbahak-bahak.
- Semakin mampu mengendalikan diri.
4. Aspek Sosial
Gejala yang tampak sebagai perkembangan dari aspek sosial antara lain:
- Semakin berkembangnya sikap toleran, empati, serta memahami dan menerima pendapat orang lain.
- Semakin santun dalam mennyampaikan pendapat dan saran kepada orang lain.
- Adanya keinginan untuk selalu bergaul dan bekerja sama dengan orang lain.
- d. Semakin senang menolong siapa saja yang memerlukan pertolongan.
- Adanya kesediaan memberikan sesuatu yang dibutuhkan orang lain.
- Semakin mampu bersifat ramah, sopan dan menghargai orang lain.
5. Aspek Bahasa
Gejala yang tampak sebagai perkembangan pada aspek bahasa antara lain:
- Bertambahnya perbendahaan kata
- Semakin bertambah mahir dan lancar dalam menggunakan bahasa dengan memilih kata-kata seacra tepat, penggunaan tekanan kalimat dengan tepat, dan membuat variasi kalimat.
- Dapat memformulasi bahasa dengan baik dan benar untuk menjabarkan sesuatu idea tau konsep.
- dapat memformulasikan bahasa secara baik dan benar untuk meringkas ide ke dalam deskripsi singkat.
6. Aspek Bakat Khusus
Bakat merupakan kemampuan potensial yang dibawa sejak lahir dan apabila ditunjang dengan fasilitas dan usaha belajar yang minimal pun dapat mencapai hasil secra cepat dan masksimal. Oleh karena itu jika bakat khusus telah diketahui secara dini, usaha-usaha pendidika akan dapat dilaksanakan dengan mudah sehingga hasil belajarpun menjadi sangat memuaskan. Seseorang dikatakan memiliki bakat khusus tertentu, jika dapat membuktikan bahwa dirinya mampu dengna mudah mempelajari suatu bidang tertentu dengan cepat dan dengan hasil yang memuaskan. Gejala yang tampak berkaitan dengan perkembagan aspek khusus ini adalah semakin jelasnya bakat khusus yang dimiliki oleh seseorang yang ditandai dengan sangat cepatnya serta masksimalnya hasil yang dicapai. Banyak juga orang yang tidak pernah menunjukkan hasil terbaik pada bidang tertentu, tetapi mampua mempelajari apa saja yang diajarkan kepadanya. Orang demikian dikatakan memiliki bakat umum.
7. Aspek Moral, Nilai, dan Sikap.
Gejala yang tampak pada perkembangan nilai, moral, dan sikap ini antara lain adalah:
- Terbentuknya pandangan hidup yang semakin jelas dan tegas.
- Berkembannya pemahama tentang apa yang baik dan yang seharusnya dilakukan serta apa yang dianggap tidak baik dan tidak boleh dilakukan.
- Berkembangnya sikap untuk menghargai dan menghormati nilai-nilai, norma-norma yang berlaku serta mewujudnya dalam keidupan sehari-hari.
- Berkembangnya sikap menentang terhadap kebiasaan-kebiasaan yang dianggap tidak sesuai lagi dengan norma yang berlaku.
C. Perbedaan Karakteristik Individual Subjek Didik
Manusia diciptakan secara unik, berbeda satu dengan yang lain, dan tidak ada satupun yang memiliki ciri-ciri persis sama meskipun mereka itu kembar identik. Setiap individu pasti memiliki karakteristik yang berbeda dengan individu lainnya. Perbedaan individual ini merupakan kodrat manusia yang bersifat alami. Berbagai aspek dalam diri individu berkembang melalui cara-cara yang bervariasi dan oleh karena itu menghasilkan perubahan-perubahan karakteristik individual yang bervariasi pula.
Perbedaan perkembangan berbagau karakteristik individual itu tampak dalam aspek-aspek yang ada pada setiap diri individu sebagaimana dijelaskan berikut ini.
1. Perbedaan Aspek Individual Pada Aspek Fisik
Perbedaan perkembangan karakteristik secara individual pada aspek fisik tampak dengan gejala-gejala :
- Ada anak yang lekas lelah dalam pekerjaan fisik, dan ada anak yang tahan lama.
- Ada anak yang memapu bekerja secara fisik dengan cepat, tetapi ada juga anak yang bekerjanya sangat lambat.
- Ada yang tahan lapar tetapi ada yang tidak tahan lapar.
2. Perbedaan Karakteristik Individual pada Aspek Intelek
Perbedaan perkembangan karakteristik secara individual pada aspek intelek tampak dengan gejala-gejala :
- Ada anak yang cerda, ada juga anak yang kurang cerdas, bahkan ada anak yang sangat kurang cerdas
- Ada yang dapat dengan segera menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan pekerjaan intelektual, tetapi ada yang lambat, bahkan ada yang tidak mampu menyelesaikan suatu masalah yang mudah sekalipun.
- Ada yang sanggup berpikir abstrak dan kreatif, tetapi ada yang hanya sanggup berpikir hanya jika disodorkan wujud bendanya atau dengan bantuan benda tiruan.
3. Perbedaan Karakteristik Individual pada Aspek Emosi
Perbedaan perkembangan karakteristik secara individual pada aspek emosi tampak dengan gejala-gejala :
- Ada anak yang mudah sekali marah, tetapi ada pula yang penyabar
- Ada anak yang perasa, tetapi ada juga yang tidak mau peduli
- Ada anak yang pemalu atau penakut, tetapi ada juga anak yang pemberani.
4. Perbedaan Karakteristik Individual pada Aspek Sosial
Perbedaan perkembangan karakteristik secara individual pada aspek sosial tampak dengan gejala-gejala :
- Ada anak yang mudah bergaul dengan teman, tetapi ada juga yang sulir bergaul dengan teman-temannya.
- Ada yang mudah toleransi dengan teman, tetapi ada juga yang egois
- Ada anak yang mudah memahami perasaan temannya, tetapi ada juga yang maunya menang sendiri.
- Ada anak yang mempunyai kepedulian sosial yang tinggi, tetapi ada pula yang tidak peduli dengan lingkungan sosialnya.
- Ada anak yang selalu memikirkan kepentingan orang lain, tetapi ada juga anak yang hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri.
5. Perbedaan Karakteristik Individual pada Aspek Bahasa
Perbedaan perkembangan karakteristik secara individual pada aspek bahasa tampak dengan gejala-gejala :
a. Ada anak yang dapat berbicara lancar, tetapi ada juga anak yang mudah gugup.
b. Ada anak yang dapat berbicara secara rinkas dan jelas, tetapi ada juga yang berbelit-belit dan tidak jelas.
c. Ada anak yang mampu berbicara dengan intonasi suara menarik, tetapi ada pula yang monoton.
6. Perbedaan Karakteristik Individual pada Aspek Bakat
Perbedaan perkembangan karakteristik secara individual pada aspek bakat tampak dengan gejala-gejala :
a. Ada anak yang sejak kecil dengan mudah belajar memainkan alat-alat musik, tetapi ada juga yang sudah hampir dewasa tidak juga mampu memainkan satu jenis alat musik pun.
b. Ada anak yang sejak kecil begitu mudah dan kreatif melukis segala sesuatu yang ada disekelilingnya, tetapi ada juga yang sangat sulit kalau harus melukis.
c. Ada anak yang dengan cepatnya menghafal dan menyanyikan lagu dengan baik, tetapi ada juga anak yang sudah latihan berkali-kali masih saja sumbang.
7. Perbedaan Karakteristik Individual pada Aspek Nilai, Moral, dan Sikap
Perbedaan perkembangan karakteristik secara individual pada aspek nilai, moral, dan sikap tampak dengan gejala-gejala :
- Ada anak yang begitu taat dengan norma, tetapi ada anak yang begitu mudah dan enak saja melanggar norma.
- Ada anak yang perilakunya bermoral tinggi, tetapi ada anak yang perilakunya tak bermoral dan tak senonoh.
- Ada anak yang penuh sopan santun, tetapi ada anak yang perilaku maupun tutur bahasanya seenak sendiri saja.
Dari uraian di atas jelas bahwa setiap aspek menunjukkan karakteristik individual yang berbeda sehingga setiap individu sebagai kesatuan jasmani dan rohani mewujudkan dirinya secara utuh dalam keunikannya. Keunikan dan perbedaan individual itu dipengaruhi perbedaan faktor pembawa dan lingkungan yang yang di miliki oleh masing-masing individu. Perbedaan individual tersebut membawa implikasi imperative terhadap setiap layanan pendidikan untuk memperhatikan karakteristik anak didik yang unik dan bervariasi tersebut. Menyamaratakan layanan pendidikan terhadap individu yang memiliki karakteristik berbeda satu sama lain berarti mengingkari hakikat dan kodrat kemanusiaanya sehingga akan berakibat diperolehnya hasil yang kurang memuaskan.
Artikel Terkait Klik Disini!
Sumber:
Muhammad Asrori. 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima
Tidak ada komentar:
Posting Komentar