Di PasarAchmad Obe Marzuki
Sambil menunggu pagi segelas kopi pinggir
pasardalam tulisan yang tak pernah jadi
pikiran jauh di bawah ilusi
bagai menelan kata - kata
Tertuju lalu seorang ibu separuh baya
menunggu dagangan sayur bersandar di bawah neon dalam kantuk
sungguh harga letih dan harga diri sama beratnya dipikul
Sebab hidup bukan permainan dadu
sedang waktu bukan tempat kompromi
: ironis, seorang
ibu separuh baya pedagang sayur itu ditagih rentenir
lantaran hutang – hutang berbunga semakin bengkak
mimpi pun buyar rasa asin keringat
sambil menghitung hasil jualan yang belum seberapa
lewati pergolakan hidup jantung pasar mengadu nasib
jiwa menjelma baja menghadapi ekonomi
Belum lagi pungutan tak tertera memenuhi hitungan buku nota
: katanya , yang terpenting asal ada lebihnya sedikit
bisa menutup kebutuhan keluarga
dan spp anak – anak tidak menunggak, sudah cukup
terlepas dari harapan makmur tergantung
nasibkarena suami hanya kuli bangunan yang tak jelas pendapatan
Sambil mengejab mata angin membawa aroma pasar melekat di badan
baunya sudah familiar di hidung
lalu dingin mengantar pulang bergegas pagi
sebelum keamanan pasar menyuruh pergi
suara toa mengumumkan agar dagangan segera dibereskan
Impian hanya lewat pelaksanaan berjiwa keras
bagi kaum kecil yang resah tertindas mengejar mimpi
dan para konglomerat nyenyak tidur dalam ruang pendingin
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar