Pojhien
Slem Reog
Garis
pelangi itu jatuh pelan-pelan di matamu memangili hujan yang gersang di ladang pasir pasir yang konon katanya pernah basah dari gerimis hasil pojhien* dari sembahyang rebut orang-orang jamban.
Semuanya berantakan seperti asap yang mengejar angin yang lagi berdiam ditangkai malam sunyi mencipta damai malam punyanya jangrik dan siulan belalang liar
Garis pelangi itu tetap ku saksiakn di runcing matamu sengaja ku tatap karena ku lihat di binarnya ada lagu mesra dan
puisi-puisi laila majnun berdiam menuang kesejukan dawai pada kebisingan jalan di pinggir kamar
Dari bising tumbuh waktu yang rumpun diesokmu. Sengaja ku mencoba mengajari dari kerinduan yang gagal sebab malam telah tersesat di persimpangan kuburan. Garis pelanginya melesat pada tubuhku hinga meliar di ladang-ladang yang ku tanami mawar-
mawar
Jika akhirnya lahir dua garis dari rupa pelangi maka akan ada rindu yang tegelam pada dua musim di mataku
*
Pojhien semacam ritual dalam meminta sesuatu yang dilakukan oleh banyak orang yang tujuannya meminta sesuatu pada tuhan yang maha esa
Bandung, 07-01-2-13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar