aroma malam mengantarku
memasuki jiwamu. tidak
seperti lelaki itu
terdampar di perutmu
lalu berdoa agar badai
menyelamatkannya
dan, tiap waktu
lalu kauhafalkan
doa itu di telingaku
aku pun mengucapnya
dekat di mulutmu
sambil mengeja laut-laut
yang pernah disinggahi
tiap pulau kaumainkan
tifa. ah, tidak! kurasa
itu suara harpa,
serupa gemuruh ombak
yang membelai jiwamu
ah, ya! kurasa kautengah
menari. aku lupa gerakanmu
cuma kuhapal sekali
saat kakimu berputar
di atas perutku
kauusir badai
ombak landai
tiap waktu
kuusung lantai
ke atas kakimu
lalu kaumenari
kauhapalkan doa itu
di telingaku. aku pun
mengingatnya
di mulutmu. dan, badai
makin menjauh. jauh
cuma waktu
tak pernah pergi
tiap detaknya
mengulum malam
tidurlah, adin, tidurlah
aku selalu menjaga
tiap detak
merangkak
di perutku badai
akan segera reda
secepat ombak
sampai ke tepi
aku tak akan
berhenti menari
dan doa kutiupkan
ke telingamu
sampai aku terjaga
dan menemukanmu
di lain lantai!
Lampung 2004
adin: kakak (bahasa Lampung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar