kami berkabung tersebab cinta. cintamu pada manusia, pada semesta. kami ingin melepas perjalananmu dengan suka dan rela, tetapi lidah kami hampa rasa, gugur kata-kata.
kami ingin mengantarmu memasuki gerbang cahaya, pintu perjalananmu selanjutnya. tapi kami hanya kuasa tersedu, tak mampu menggandeng tanganmu.
kami berkabung tersebab cinta. kami melepasmu dengan suka dan rela, seperti tawamu yang lepas dan rela, seperti mata kami yang ikhlas menghujankan air mata.
maafkan kami, anakku, bila kami tak mampu menahan cuaca yang berubah semena-mena yang mengantarkan demam padamu tanpa kau minta. maafkan kami bila kami tak paham doa-doa sunyimu, tak peka akan mimpi-mimpimu yang kau sampaikan lewat matamu yang bening, lewat halus keningmu yang hening. kami belum genap belajar saling mencintai, maka padamulah, anakku, kami tak henti mengaji.
1. taman lapang mendada musim semi. burung-burung menebah hembus angin, seperti mengusir dingin rindu gigilkan hati. kanak-kanak dan orang-orang tua saling sapa dengan senyuman, kata-kata lenyap dalam ayun bunga-bunga. tulip kuning menyala di sela pokok-pokok magnolia.
siapa sangka di negeri senja ini, terpendam aroma derita nenek-moyang kami. air mata negeri laut tempat kami pulang nanti.
2. burung berdada putih bersayap biru, ekornya hitam panjang. entah dari mana ia datang. mungkin singgah sebentar dari musim-musim gamang sebelum mentari hilang ramahnya, saat ia kembali terbang merunut jalur tualang, memeta garis bujur dan lintang.
burung dara dan gagak-gagak lewat saja, seperti hari-hari biasa.
3. di tanah ini matahari sering menipu, berkhianat pada musim dan ramalan cuaca. dan angin selalu berubah arah dengan setia.
Dimuat di Suara Merdeka edisi Minggu, 01 Agustus 2010
satu lingkar tahun kembali tergores di penampang pohon jati yang kami semai. musim yang merontokkan daun-daun dari ranting pokok jati itu selalu mengingatkan kami untuk waspada: kemarau bisa lama, atau absen dari ramalan cuaca. batang jati kami tumbuh semakin kukuh dan besar, bertunas pula seperti menegaskan harapan kami yang kukuh dan besar. di usia yang begitu muda, pohon kami sering bertaruh dengan angin yang sering berubah haluan, sedangkan kami terlalu sibuk menebak arah buritan. kami berharap pohon kami semakin perkasa dan berwibawa dengan gurat lingkar tahun yang semakin berirama, dan galih menghitam di tengahnya semakin keras oleh usia, oleh cinta yang kian beraroma seperti anggur tua terperam ribuan lingkar cuaca.
apa yang diharap dari riap rambut yang mengabarkan usia. selain bebutiran pasir doa terserak di pantai rindu, tanah ibu yang menunggu. kota tua dan berisik roda tram mengiris jalanan, semakin mengekalkan potret masa remaja yang meriah oleh kepalan tinju dan debu jakarta, kadang mengalirkan air dari lubuk matamu, berkelok seperti kanal-kanal amsterdam. mencoba menjaga bara dendam dan rindu yang berdentam memanggil-manggil dari ujung tanjung negeri laut. menggaungkan kutuk cinta ibunda yang sering engkau rapalkan dalam linting rokok dan kayuh sepeda tuamu.
apa yang diharap dari hembusan nafas yang memadamkan api lilin itu, selain serapah cinta pada tanah lahirmu yang kini kian terbenam pada lumpur magma yang bacin oleh bau mulut politisi. sedang engkau masih percaya pada tajamnya larik-larik puisi.
sembilan putaran rembulan, o anak, menyempurnakan doa ibu-bapamu di setiap belai lembut dan titik airmata di sela tangis dan tawa dan kata-kata yang kau ciptakan dari dunia cahaya. kami masih tertatih mengeja huruf-hurufmu, sebab mata kami masih rabun tertabir kabut cuaca yang begitu gampang berubah. sebab itu ijinkanlah kami bercermin pada danau matamu yang kemilau sejuk dan dalam, dan menimba kebijaksanaan semesta yang dititipkan di dasar palungnya.
kami hanyalah kanak-kanak yang sembunyi di balik topeng usia. dan kepadamulah kami belajar memahami cinta, lebih dari sekedar yang terungkap oleh kata.
Dimuat di Suara Merdeka edisi Minggu, 01 Agustus 2010
Kepada Kinanthi Anakku dhandhanggula mengalun padamu, setiap malam menjelang dan ambang senja berlalu. ruh dan jiwa kami berbiak cemas-cinta dan tiupan doa di ubun-ubunmu. kami ingin redakan kata-kata menjadi bisikan lembut pengantar tidurmu, agar pupus isak tangis dalam lelapmu seiring pupuh-pupuh yang kami bacakan dalam lubuk dada. kami tak hafal tembang purba ini, hanya larik-larik kata yang kami kais dari ingatan usang. namun kami tahu engkau mengerti betapa kami tak mampu menanggung luh tangismu.
bacalah, seperti kau sibuk mengeja nama-nama benda, merabai tekstur dan ulir, memindai warna dan matra. bacalah mantra dalam kata-katamu sendiri yang kau pinjam dari bahasa langit, sebagaimana kami mengeja hujan yang mematuk-matuk jendela seperti morse isyarat rahasia. sebab kami tak ingin berhenti berguru padamu, mengaji setiap helai detik yang terjilid rapi dalam buku harianmu.
Dimuat di Suara Merdeka edisi Minggu, 01 Agustus 2010
TS Pinang, lahir di desa Semirejo, Pati, 1971. Pernah belajar arsitektur di Jurusan Arsitektur UGM. Puisi dan eseinya dimuat di beberapa antologi bersama seperti Graffiti Gratitude: Sebuah Antologi Puisi Cyber (YMS, 2001), Filantropi (Divisi Sastra FKY XIII, 2001), antologi esei Cybergraffiti (YMS, 2001), Bumi Manusia 1: Ini Sirkus Senyum (Bumimanusia, 2002), Cyberpuitika (YMS, 2002), Dian Sastro for President! (AKY, 2002), Dian Sastro for President!#2: Reloaded (AKY, 2003), Les Cyberlettres (YMS, 2005), Antologi Bungamatahari (Avatar, 2005), Jogja 5,9 Skala Richter (KSI-Bentang, 2006), Tongue In Your Ears (FKY XIX-FKYPressPlus, 2007), 60 Puisi Indonesia Terbaik (Gramedia-Anugerah Pena Kencana, 2009), beberapa koran nasional seperti Republika, Kompas, Jurnal Nasional, Koran Tempo, jurnal BlockNot Poetry , majalah sastra Horison dan beberapa milis maupun situs sastra di internet. Beberapa puisinya juga pernah dibacakan di Radio Suara Jerman Deutsche Welle dan RRI Nusantara II Yogyakarta. Saat ini tinggal di Yogyakarta.
apabila semua sirna kau tahu makna suatu ketiadaan berlaku tetapi cahaya telah menyembunyikan keadaan itu kau tetap memandangnya dengan jelas selepas bebas dari alam butamu.
Kumpulan Puisi:Kembali di Lahad Rahsia HASYUDA ABADI Pustaka Iqbal Nazim Kota Kinabalu, Sabah. 8 Rabiulawal 1429H
abadilah kausar mahabah dalam halkum lahad rahsiaNya tatkala telah tercipta lurah arah segala anugerah bersemadi damai, tanpa kelihatan tanda atau kedengaran degup di mana-mana cahaya telah menyembunyikan wujudnya dalam Wujud kerana sumber azali telah memaktubkan setiap peristiwa. hanya gumam tenggelam dalam rahsia yang selamanya tidak terbongkar diharumi cahaya damai saat di mana-mana jua tiada lagi apa-apa selain fana dan menerima anugerahNya tanpa berpaling.
Kumpulan Puisi:Kembali di Lahad Rahsia HASYUDA ABADI Pustaka Iqbal Nazim Kota Kinabalu, Sabah. 8 Rabiulawal 1429H
tatkala yang sirna itu hanya malam-malam yang kudambakan syurga, sebenarnya ketika itu kitab telah lebih awal menetaskan air jernih yang mengalir berpuncakan cermin diri, berhenti membilang detik yang hilang pada malam-malam yang memegahkan wibawa, cermin pula enggan mengakhiri cahaya memulangkan pandangan wajahku, kuingin mengenalinya sebagai rawatan riwayat yang berlabuh teduh, meski kutemui makna lebur kuakur mengendarai hudhud sebagaimana azali yang termaktub dalam kitab.
Kumpulan Puisi:Kembali di Lahad Rahsia HASYUDA ABADI Pustaka Iqbal Nazim Kota Kinabalu, Sabah. 8 Rabiulawal 1429H
ya – jambatan itu hampir roboh ketika banjir besar, alangkah ajaibnya banjir itu bertukar kepada selendang sutera, gumamku di tengah-tengah menghadap alam maya berteleku meratib ketakjuban, inilah pengantara yang telah azali antara yang terang dan yang tersembunyi. saat keajaiban membawaku terbang lebih akrab dalam awan jernih memandang jambatan tegak tegap diulit selendang sutera menggantikan samudera.
Kumpulan Puisi:Kembali di Lahad Rahsia HASYUDA ABADI Pustaka Iqbal Nazim Kota Kinabalu, Sabah. 8 Rabiulawal 1429H
rentung aku dalam panas keagungannya hancur aku dalam kesempurnaannya beku aku dalam wap keindahannya hilang aku dalam kebenaran janji-janjinya musnah aku tiada apa-apa tanpa kekuatan yang membantu kecuali ketika segala aku menjawab tanpa campur tanganku pertanyaan-pertanyaannya dan masa silam yang telah lama dalam perhitungan.
Kumpulan Puisi:Kembali di Lahad Rahsia HASYUDA ABADI Pustaka Iqbal Nazim Kota Kinabalu, Sabah. 8 Rabiulawal 1429H
hilang aku dari kamar yang terakar detik menyembunyikan nafs. sirna aku dari kuku yang terakar tegar menyimpan akrab. lebur aku dari ada yang terakar redha merapi sunyi. nazak aku dari nafas yang terakar kun menanti kun.
Kumpulan Puisi:Kembali di Lahad Rahsia HASYUDA ABADI Pustaka Iqbal Nazim Kota Kinabalu, Sabah. 8 Rabiulawal 1429H
aku buta katamu tapi kau memandang aku sebagai objek yang indah bukan juga sebagaimana aku kerana cahaya telah memisahkan pengertiannya. aku bukan seperti di dalam cermin yang sedang fana tapi akuku kau kenali segala-galanya. kerana matahari aku buta katamu, tapi memandang betapa jelasnya keindahan.
Kumpulan Puisi:Kembali di Lahad Rahsia HASYUDA ABADI Pustaka Iqbal Nazim Kota Kinabalu, Sabah. 8 Rabiulawal 1429H
manis itu mengalir setelah pahit menggigit kalbu, takkan habis seluas alam kerana segala-galanya tercipta untuk membenarkan insan mengenali dirinya. kehidupan sering berulang kesedihan dan kegembiraan, bagai pergerakan bumi, takkan kekal pernah sama meski pengalamannya serupa. kita tetap di bawah walaupun sudah berada di atas. Itu lebih baik kerana di sisi Ilahi bawah adalah taraf yang abadi. bagai debu yang menyatukan tubuh yang berkecai jua akhirnya. kehidupan tidak tercipta untuk tewas selagi faham mengapa ia tercipta semata-mata kerana Kesempurnaan Yang Maha Esa.
Kumpulan Puisi:Kembali di Lahad Rahsia HASYUDA ABADI Pustaka Iqbal Nazim Kota Kinabalu, Sabah. 8 Rabiulawal 1429H
perlahan-lahan mengalir keluar warna lampaudari liang rahsiamu, di manakah arahnyatak kan mengalir kembali ke arahku, detikjam berputar hanya mempamit bagai lembayungyang berlalu, berganti cuaca sebagai mataharimenyoroti liku ke titiknya. mengalir perlahanke titik azali tak kelihatan dilahadkan di makamkalbu. di titik dalam noktahNya.
Kumpulan Puisi:Kembali di Lahad Rahsia HASYUDA ABADI Pustaka Iqbal Nazim Kota Kinabalu, Sabah. 8 Rabiulawal 1429H
di angkasa terawang ketika memandang zarah-zarahkubersatu dalam makrifat kembali ke azali. nipis kikis musnah dalam keagungan cinta. apakah ada manis yang mengalir air susu untuk kuteguk? aku digoda dunia dosa yang memenjara. saat terputus suara mengungkap segala hasrat segera menyertai burung-burung di angkasa. apakah semua pelayaran damba hamba diterima, menghidu wangi dan menikmati manis firdausi? dalam awangan menuju keabadian tanpa rupa hanyawajah-wajah silam menanti di hadapan al-Hakam.
Kumpulan Puisi:Kembali di Lahad Rahsia HASYUDA ABADI Pustaka Iqbal Nazim Kota Kinabalu, Sabah. 8 Rabiulawal 1429H
kaca-kaca yang kutemui malam ini rupanya cermin yang pecah yang tak sanggup memandang diriku kepada titik sebuah perjalanan panjang. kukumpul kaca-kaca yang berkecai itu dalam resah yang tak terkata dalam derita menaakul citra yang tak tersibak hijabnya. kudengar gemersik bisik sesuatu yang datang menatang kekuatan yang enggan memautkan semula serpihan kaca hingga terungkap ucap silap yang disait-siat pedang hukuman malu memandang wajah yang didewasakan pengalaman. kuberteleku memahami citra di hadapan damai malam menyimpan kaca-kaca di dasar pandangan paling dalam.
Kumpulan Puisi:Kembali di Lahad Rahsia HASYUDA ABADI Pustaka Iqbal Nazim Kota Kinabalu, Sabah. 8 Rabiulawal 1429H
perahu hayat belayar mengikut arah cuaca yang benar melepaskan ingatan berbalam bagai awan, hadir tak pernah mungkir sepanjang pelayaran bersahabat dengan penat, berkawan dengan mabuk, intim dengan gelora samudera makna kasihNya merawat wajah kalbu dari kabut. hanya suara kecil terpencil di ufuk awan ingatan berapung di angkasa raya hayat tatkala perahu wujud mencatatkan peristiwa. meski tanpa batas dalam titikNya tidak terpadan saat terjadi pelayaran yang lebih abadi, jernih merapi kalbu, menyaring segala peristiwa tanpa melupakan rahsiaNya.
Kumpulan Puisi:Kembali di Lahad Rahsia HASYUDA ABADI Pustaka Iqbal Nazim Kota Kinabalu, Sabah. 8 Rabiulawal 1429H
selepas merafakkan doa akhir dan awal tahun perahu hayat membenarkan pelayaran merentas batas hijrah, taburan mawar syukur menerawang aroma cinta, kucari bingkai cermin menyatukan kekaguman cinta, cahaya menyeberang samudera memandu pelayaran dalam harap yang berganda, cintaku kembali ke akar cahaya hijrah.
Kumpulan Puisi:Kembali di Lahad Rahsia HASYUDA ABADI Pustaka Iqbal Nazim Kota Kinabalu, Sabah. 8 Rabiulawal 1429H
tidak lagi ungkapan duka yang telah sirna di horison masa, tidak juga memandang peristiwa yang memberiku leka sepanjang liku, telah diturunkan layar silam di dalam hijabNya menenggelamkan apa sahaja tanpa tanda agar segar tegar samudera pelayaran, negeri ini hanya sebuah perahu bakal meninggalkan jambatan ke alam maha luas. ada jawapan yang terhakis dalam gerimis saat keberangkatan terjadi, duka menjadi sasa meski cuma sia-sia.
Kumpulan Puisi:Kembali di Lahad Rahsia HASYUDA ABADI Pustaka Iqbal Nazim Kota Kinabalu, Sabah. 8 Rabiulawal 1429H
yang mendengarmu ialah suara yang melihatmu ialah pandang yang menyapamu ialah diam yang mengingatmu ialah detik yang memulangkanmu ialah uzlah yang mengqiamkanmu ialah nur yang menitikkanku hanya Dia.
Kumpulan Puisi:Kembali di Lahad Rahsia HASYUDA ABADI Pustaka Iqbal Nazim Kota Kinabalu, Sabah. 8 Rabiulawal 1429H
tidak lagi terjelma bait-bait baru setelah kutemuipetunjuk titikku. bait-bait yang terdahulu rupanyacuma peristiwa mengisi kehidupan sementara,ketika tidak lagi tersapa inti rahsia hanya cerminmenghias kamar didiami hukuman-hukuman lampau. di hujung bait ini telah direnjis wangi mawar dan abadi lebur di udara, apakah ada angkasa yang sesasa rahsia melepaskan sayap-sayap jelita? agarsegar anggur dan manis air yang mengalir menanti saat berangkat akan tiba. terimalah bait terakhir ini dengan titik maha titiknya. kututup kitab segala peristiwa dibawa bersama jernih doa.
Kumpulan Puisi:Kembali di Lahad Rahsia HASYUDA ABADI Pustaka Iqbal Nazim Kota Kinabalu, Sabah. 8 Rabiulawal 1429H
jika fikiranmu celaru, gembirakanlah hatimu kerana kau akan mencari di mana silapnya. apakah ada kebenaran atau kebimbangan telah semakin jelas? kau semakin resah kerana tiada suara yang sampai ke dalam akal orang-orang yang bestari. kau tidak akan berduka jika jalan di hadapan tak pernah dikenal pintu yang harus dibuka. kau tidak faham bagaimana pintu itu tercipta. kau memandang cahaya tetapi hanya bulan yang datang pada musimnya. kau memandang laut yang tidak pernah henti diriuhi gelora dan ia terus terjadi dalam hidup. gembirakanlah hatimu jika fikiran celaru kerana hanya pengalaman yang akan kenal erti damai dan tenang. kembali kepada kebenaran yang datang meskipun terlalu kemudian.
Kumpulan Puisi:Kembali di Lahad Rahsia HASYUDA ABADI Pustaka Iqbal Nazim Kota Kinabalu, Sabah. 8 Rabiulawal 1429H
jika kau bahagia gembirakanlah hatimu kerana bahagia yang hakiki adalah anugerah Ilahi yang tidak pernah kau ceritakan. kau merasa bahagia apabila rahsia semakin berada di dasar dalam kalbumu yang tersimpan gemilang muhasabah. kau merasa bahagia apabila kedukaan menjadikan kematangan kian dewasa meneguhkan akar rasa. kau berusaha menjadi kuat dengan dukungan kebahagiaan. gembirakanlah hatimu saat air mata menghantar percakapan dalam yang tidak diungkapkan.
Kumpulan Puisi:Kembali di Lahad Rahsia HASYUDA ABADI Pustaka Iqbal Nazim Kota Kinabalu, Sabah. 8 Rabiulawal 1429H
jika khilap dalam perbuatan, gembirakanlah hatimu, kerana pada saatnya kau menyedari telah menemui pengalaman di sebalik kekhilapan itu. kau akan melihat dengan pengalaman bukan mematuhi hala rasa yang merugikan selepasnya. kau berada di atas segala faham yang tidak pernah terbongkar. walaupun kau mencarinya, bertanya dalam diam atau berfikir dalam sapa. kau menerimanya tanpa jelas. kau meraba-raba dalam rimba kekhilapan yang tidak dipinta sengaja disedari. gembirakanlah hatimu apabila kau memejamkan mata, tafakur memandang keajaiban peristiwa di sebalik makna perbuatan masa lalu yang menjadi cahaya pedoman perjalanan kemudian.
Kumpulan Puisi:Kembali di Lahad Rahsia HASYUDA ABADI Pustaka Iqbal Nazim Kota Kinabalu, Sabah. 8 Rabiulawal 1429H
jika anak-anak bersama, gembirakanlah hatimu kerana mereka mewarnai kehidupan dan menghidupkan kebahagiaan. kau membentuk mereka dengan acuanmu sendiri. kasih sayang dan perhatian. kau sentiasa mendengar segala impian. suka dan duka mereka hanya kau memahami. betapa hatimu tersentuh mendengar derita mereka, diperbudak orang lain yang tidak berhak. dan jika anak-anak jauh dari sisi, gembirakan juga hatimu kerana mereka telah membesar dan memiliki kehidupan sendiri, berhadapan kemungkinan-kemungkinan di luar jangkaan masa lampaumu. di manapun beradanya mereka sentiasa memegang tali taat, memahami fitrah yang bertandang pada waktunya kelak.
Kumpulan Puisi:Kembali di Lahad Rahsia HASYUDA ABADI Pustaka Iqbal Nazim Kota Kinabalu, Sabah. 8 Rabiulawal 1429H
jika sukar keluar dari belukar masa lalu, gembirakanlah hatimu kerana masa lalu telah abadi, lebur mewarnai peribadi. kau telah dianugerahi masa lampau yang mendasar. usia berlalu memberimu laluan yang terus berliku, persis tanya juga sentiasa bertandang dan kau ingin sekali pulang sebagai dulu dalam urat tanda melingkar dalam rimbunan flora fikir. kau kian beralur menyerah arah delta yang jauh, mengurut letih di bawah cahaya. gembirakanlah hatimu, betapapun sulit berbelit mengukur umur kerana semakin kau temui makna cari impianmu semakin dalam akar masa lalu dibesarkan kebenarannya.
Kumpulan Puisi:Kembali di Lahad Rahsia HASYUDA ABADI Pustaka Iqbal Nazim Kota Kinabalu, Sabah. 8 Rabiulawal 1429H
jika kau gagal dalam sesebuah perjuangan, gembirakanlah hatimu kerana tidak selamanya kau berjuang untuk gagal atau untuk menang. ketika kau menang dadamu naik ke atas tanda bangga. kau tidak dapat sembunyikan makna kegembiraan itu. kau seolah terbang jauh ke alam riang tanpa menyedari suatu hari kau akan menjejak bumi nyata lantaran terjadinya putaran kehidupan. kau ingin selamanya menang kerana ada waktunya kau enggan menerima kegagalan. saat itu kau cari kesalahan insan lain. tapi sayang itu akan membawamu lebih jauh lagi daripada menerima harga sebenar perjuangan. gembirakanlah hatimu jika betapapun usahamu mencuba tewas, kerana perjuangan tidak pernah dihentikan oleh kemenangan semata-mata. sebaliknya kegagalan adalah kemenangan bagi yang menyedari kesilapan dengan redha untuk muhasabah.
Kumpulan Puisi:Kembali di Lahad Rahsia HASYUDA ABADI Pustaka Iqbal Nazim Kota Kinabalu, Sabah. 8 Rabiulawal 1429H
jika kau berkata dengan diri sendiri, gembirakan hatimu, kerana kau telah menyelamatkannya dari mendengar bisikan yang belum terucap. kau tidak juga dapat memalingkan kepada sesiapa ketika jendela dengarmu terkunci. kau malah sembunyikan wajah suara di sebalik hijab sepi. meski tidak juga kau jumpai apa-apa selain kepekatannya di situ. kau seperti di alam yang lain, bergelumang dengan lautan sunyi, bagai demikianlah abadi. gembirakanlah hatimu jika masih kau mendengar sapaan selain usikan kalbumu itu, walaupun bukan dirimu, tapi dirinya.
Kumpulan Puisi:Kembali di Lahad Rahsia HASYUDA ABADI Pustaka Iqbal Nazim Kota Kinabalu, Sabah. 8 Rabiulawal 1429H
jika hatimu dilukai, gembirakanlah hatimu. kau akan melihat sebuah perjalanan yang tidak selesai. kau akan lebih waspada ketika meneruskan perjalanan daripada berhadapan dengan kedegilan insan lain. kau harus mengawal kedegilan secara waras, menenteramkan gelora apimu, lebih baik merenjiskannya dengan bening kematangan. saat berhadapan wajah yang tidak dapat kau bentuk lagi, gembirakan hatimu, kerana kau akan berada lebih di atas yang mengangkatmu dengan nilai murni kedewasaan.
Kumpulan Puisi:Kembali di Lahad Rahsia HASYUDA ABADI Pustaka Iqbal Nazim Kota Kinabalu, Sabah. 8 Rabiulawal 1429H
jika kau telah melalui kejayaan terhadap sesuatu dalam perjalanan hidup gembirakanlah hatimu, kerana itu adalah kebahagiaan yang dianugerahi Tuhan dalam adunan usaha fikir, batin serta zahir bernaung di bawah ikatan ukhwah persahabatan yang alir fikirnya sama sehala. ikatan yang kuat adalah asas kemajuan dan kejayaan. gembirakanlah hatimu kerana jalan-jalan yang panjang akan terus berada di hadapan untuk kau memacu semangat kentalmu melakukan apa yang kau fikirkan menyatu di dalam niat dan fikiranmu.
Kumpulan Puisi:Kembali di Lahad Rahsia HASYUDA ABADI Pustaka Iqbal Nazim Kota Kinabalu, Sabah. 8 Rabiulawal 1429H
jika kau telah mencapai punca terhadap apa yang bergelut di danau kehidupan mudamu, gembirakanlah hatimu kerana tidak akan habis buah fikir, atau jarak langkah, atau tanda faham terhadap situasi dialami zahir mahupun tidak. kau akan dilapangkan oleh terbentangnya padang pandangan, saujana lautan telaah, bahkan keindahan cakerawala yang mematangkan kedewasaan insan. gembirakanlah hatimu saat waktunya kau memelihara kebenaran yang kau yakini benar sepanjang ia benar.
Kumpulan Puisi:Kembali di Lahad Rahsia HASYUDA ABADI Pustaka Iqbal Nazim Kota Kinabalu, Sabah. 8 Rabiulawal 1429H
jika kau didatangi seseorang yang meminta bantuan belas, gembirakanlah hatimu kerana ada beban yang telah berkurang dipikulnya. walaupun tidak kau kenali mereka siapa. saat kau menghulur ihsan pejamkanlah matamu, agar tidak tinggal sedikit pun peristiwa kau alami sebentar tadi selain sebuah doa kelapangan, sama ada padamu atau pada orang yang datang kepadamu itu. gembirakanlah hatimu kerana peristiwa itu mungkin terjadi kepadamu tanpa mengharapkan apa-apa suatu ketika kau tidak memandangnya sekarang.
Kumpulan Puisi:Kembali di Lahad Rahsia HASYUDA ABADI Pustaka Iqbal Nazim Kota Kinabalu, Sabah. 8 Rabiulawal 1429H
jika pada suatu ketika kau mengingati seseorang yang akrab, atau yang jauh tetapi dekat dalam fikiran, atau yang dekat tetapi apakah kau juga berada dalam fikirannya, gembirakanlah hatimu kerana kau tetap bahagia menempatkan ruang dirimu terhadapnya walaupun tiada yang memberitahu keajaiban sebuah naluri pertembungan fikir sedang dan akan terjadi. gembirakanlah juga hatimu andai tidak pernah ada di hati sesiapa juga, hingga suatu ketika ada yang amat merasakan sebuah kewujudan berbanding ketiadaan yang abadi.
Kumpulan Puisi:Kembali di Lahad Rahsia HASYUDA ABADI Pustaka Iqbal Nazim Kota Kinabalu, Sabah. 8 Rabiulawal 1429H
jika kau menerima musibah yang berat mahupun yang tidak kelihatan atau kedengaran oleh sesiapa, gembirakanlah hatimu kerana ada jawapan ketika ditanyakan detik kau menghadapinya dengan tabah dan menjadikannya pengajaran atau muhasabah terhadap peristiwa masa lalu yang mengubahmu jauh daripada yang maha benar. saat tidak pernah mengubahmu kecuali suatu keinsafan, gembirakanlah hatimu andai ketenangan telah datang di segala ketika dan ruang, kerana halamu tiada bezanya dengan yang lain iaitu sebuah pintu kebenaran dan rahmat Tuhan.
Kumpulan Puisi:Kembali di Lahad Rahsia HASYUDA ABADI Pustaka Iqbal Nazim Kota Kinabalu, Sabah. 8 Rabiulawal 1429H
HASYUDA ABADI atau nama sebenarnya Sukor bin Haji Usin, anak kedua Haji Usin Ripan dan Hajah Subiah Sidek, lahir di Kampung Lumadan, Beaufort, Sabah. Ayahnya berasal daripada suku kaum Murut dari daerah Tenom, Sabah (Haji Usin dipelihara oleh datuk sebelah ibu berbangsa Banjar dan nenek dari keturunan Dusun). Ibu Hasyuda dari suku Jawa, berasal dari daerah Beaufort. Sebab itu Hasyuda sering menggelar sukunya sebagai Murja (gabungan Murut dan Jawa). Saudara-saudara Hasyuda terdiri daripada seorang abang (meninggal sejurus lahir) dan lima orang adik terdiri daripada seorang lelaki dan empat orang perempuan (Hassimah, Hamidah, Rosly, Melati dan Melor). Latar awal kehidupan seninya: Hasyuda tidak asing dengan dunia seni kerana masa kecil sering didedahkan dengan aktiviti berkaitan seni persembahan seperti bangsawan, sandiwara dan pertunjukan kugiran di tempat kelahirannya. Penggiat seni ketika itu terdiri daripada para guru yang berkhidmat di Sekolah Kebangsaan Lumadan dan pekerja ladang getah. Setiap bulan diadakan persembahan seni dan pelbagai aktiviti yang diminati masyarakat ladang. Lumadan Estate (kini Ladang Sawit Lumadan, getah diganti dengan penanaman sawit) memang amat terkenal dengan aktiviti seni dan kebudayaan di kalangan masyarakat estet-estet getah di Sabah. Ada sebuah panggung di ladang itu; di situlah Hasyuda pernah beraksi membaca sajak ketika dalam tahun tiga sekolah rendah (berusia sembilan tahun). Pernah bercita-cita menjadi guru tetapi tidak pernah bercita-cita menjadi penulis. Bakatnya tiba-tiba menyerlah ketika berhijrah ke Kota Kinabalu apabila mendapat tawaran kerja. Di Kota Kinabalu (1979), Hasyuda berkenalan dengan Hajah Zaiton Haji Ajamain, penulis dan pemimpin Kumpulan Anak Seni. Di sinilah semuanya bermula; daripada menjadi penari kepada penulis puisi yang komited.
AKTIVITI:Cenderung kepada penulisan puisi di samping cerpen, esei kritikan dan drama. Hasyuda antara penerima Hadiah Sastera Malaysia bagi genre puisi pada tahun 1985, Hadiah Sastera Perdana 2004/2005 dan Hadiah Sastera Sabah pada tahun 1989, 1991, 1998, 2000, 2002, 2004 dan 2007 bagi genre puisi dan cerpen. Hasyuda pernah mengikuti Program Penulis Anak Angkat Dewan Bahasa dan Pustaka Cawangan Sabah pada tahun 1987 di bawah asuhan penyair Dato’ Dr. Ahmad Kamal Abdullah (Kemala) dan Program Penulisan Majlis Bahasa dan Sastera Asia Tenggara (Mastera) di Pusat Pengembangan Bahasa, Jakarta pada tahun 1997 di bawah pimpinan Dr. Sapardi Joko Damono, Dr. Abdul Hadi W.M dan Taufiq Ismail.
Di samping aktif sebagai penulis, Hasyuda juga pernah terlibat sebagai fasilitator Program Penghayatan Sastera dan Budaya (PPSB) Khidmat Negara di Sabah di bawah kelolaan DBP. Hasyuda memimpin Ikatan Penulis Sabah (IPS) di samping menjadi ahli Persatuan Penulis Nasional (PENA), mengetuai Kelab Maya Sastera Sabah (KEMSAS) dan merupakan Pengarah Urusan Institut Penilaian Sastera (INPES). Menjadi penceramah sastera KOMSAS dan penceramah program-program penulisan di sekolah.
Hasyuda berkhidmat dengan kerajaan Malaysia di Kota Kinabalu, Sabah. Penyair ini juga menggunakan nama-nama pena lain dalam tulisan-tulisannya seperti Mirza Fansuri, Adi H. Abadi, Ardi Bayu, Tampurung Bubus dan Iqbal Nazim. Hasyuda ialah penerima darjah kebesaran Negeri Sabah 'Bintang Kinabalu' (B.K.) pada tahun 2006 dan daripada kerajaan Persekutuan Malaysia 'Pingat Pangkuan Negara (P.P.N)' daripada DYMM SPB Yang Di-Pertuan Agong pada tahun 2008. Hasyuda juga merupakan penerima Anugerah Penyair Islam Sabah bagi tahun 2008 daripada Tuan Yang Terutama Yang diPertua Negeri Sabah.
PRODUK SASTERA:Skrip drama pentas Hasyuda berjudul “Takungan Bayu” telah memenangi hadiah kedua dalam Peraduan Menulis Skrip Drama Pentas anjuran DBP Cawangan Sabah pada tahun 1995. Pencapaian Hasyuda dalam bidang penulisan yang lain ialah Hadiah Penyajak Terbaik Berita Sabah (1997), Hadiah Tinta Sastera (1999 dan 2004) dan Hadiah Karya Sulung (2002). Hasyuda telah menghasilkan lebih 1,000 buah puisi, 40 buah cerpen, 35 buah esei sastera dan 5 buah skrip drama pentas. Puisi-puisi Hasyuda dimuatkan dalam kumpulan puisinya: ‘Balada Paduka Mat Salleh’ (1989), ‘Akar Cahaya’ (1997), ‘Datang Kembali’ (1997), 'Menginai Badai' (2004), 'Sirna Sirna' (2006) dan 'Kembali di Lahad Rahsia' (2008). Cerpen-cerpen Hasyuda juga dihimpunkan dalam Kumpulan Cerpen 'Sepasang Sayap Jelita' (2004). Sebuah buku himpunan pantun karya Hasyuda juga diusahakannya dalam 'Usul Mengenal Asal' (2007).
SENARAI PENERBITAN BUKU
Antologi Puisi Bersama (26) Sematan (GPPS, Sarawak 1984) Titian Rindu (DBP Sabah, 1987) Kekasih (DBP Sabah/MUIS, 1987) Perubahan (DBP, 1988) Siapakah Antara Kita (DBP, 1988) Ujana Laut Ujana Hati (DBP Sabah/MUIS, 1989) Mengenang-Mu (DBP, 1989) Nyanyi Dari Desa (BAHASA/ANAK SENI, 1990) Perkasihan Musim (DBP Sarawak, 1992) Luka Bosnia (BAHASA, 1992) Al-Kahfi (DBP Sabah/MUIS, 1992) Kiswah Rindu (DBP Sabah/MUIS,1993) Nafas Utara Borneo (DBP Brunei, 1994) Qiam (DBP Sabah/MUIS, 1995) Kafilah (DBP/MUIS, 1996) Mujaddid (DBP Sabah/MUIS, 1997) Tasbih Rindu (DBP Sabah/MUIS, 1998) Penyair, Alam dan Kemanusiaan (DBP, 2000) Antologi Puisi Cyber: Graffiti Gratitude (Yayasan Multimedia Sastera, Bandung, Indonesia, 2001) Sapaan Bonda (DBP Sabah/MUIS, 2002) ‘Iktikaf (DBP Sabah/MUIS, 2003) Nyanyian Iman (DBP Sabah, 2004) Nyanyian Pulau-Pulau (DBP Sarawak, 2004) Antologi Puisi Sufi: Cinta Pohon Tamar (Jahabersa Johor Bahru, 2004) Hadrah Cinta (DBP Sabah, 2005) Manuskrip Luka Bangsa (PENA, 2006) Pertelingkahan Magis (DBP Sabah, 2007)
Kumpulan Puisi Persendirian (7) Balada Paduka Mat Salleh (DBP,1989)
Akar Cahaya (IPS, 1997)
Datang Kembali (IPS, 1997)
Menginai Badai (DBP Sabah, 2004)
Sinar Sirna (DBP, 2006)
Lebur yang Abadi (Iris P&D, 2008)
Buku Kumpulan Pantun persendirian:
Usul Mengenal Asal (Iris P&D, 2007)
Kumpulan Cerpen Persendirian (1)
Sepasang Sayap Jelita (Inpes, 2004)
Antologi Cerpen Bersama (2)
Rantau Utara, (DBP Brunei, 1989)
Ibrah (Jabatan Hal Ehwal Agama Islam Negeri Sabah, 2003)
Antologi Skrip Drama Pentas (1)
Unduk Ngadau, (DBP, 2005)
Antologi Kertas Kerja (1)
Idealisme & Intelektualiti dalam Karya (PENA, 2005)
Spektrum elektromagnetik adalah rentang semua radiasi elektromagnetik yang mungkin. Spektrum elektromagnetik dapat dijelaskan dalam panjang gelombang, frekuensi, atau tenaga per foton. Spektrum ini secara langsung berkaitan (lihat juga tabel dan awalan SI):
Panjang gelombang dikalikan dengan frekuensi ialah kecepatan cahaya: 300 Mm/s, yaitu 300 MmHz
Energi dari foton adalah 4.1 feV per Hz, yaitu 4.1μeV/GHz
Panjang gelombang dikalikan dengan energy per foton adalah 1.24 μeVm
Spektrum elektromagnetik dapat dibagi dalam beberapa daerah yang terentang dari sinar gamma gelombang pendek berenergi tinggi sampai pada gelombang mikro dan gelombang radio dengan panjang gelombang sangat panjang.
Dalam video berikut dapat kita lihat apa yang dimaksud dengan konduksi panas ini. Eureka! telah mengemas konsep fisika ini dalam bentuk animasi kartun yang menarik.
Postingan ini berisi video pembelajaran fisika yang seru dan menarik. Untuk download, sahabat harus mendownloadnya langsung ke youtube. Atau jika kesulitan untuk mendownloadnya, bank-soal-fisika menyediakan layanan pesanan paket CD video Fisika. klik disini.
Sofware Bahan ajar ini bersifat tutorial (mandiri), membahas tentang Dinamika Newton dan penerapannya pada kesetimbangan benda titik, serta analisis gaya pada benda GLBB dilengkapi dengan soal dan pembahasan. Bahan ajar ini diakhiri dengan uji kompetensi/evaluasi.
Standar Kompetensi:
2. Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik
Kompetensi Dasar:
2.3. Menerapkan Hukum Newton sebagai prinsip dasar dinamika untuk gerak lurus, gerak vertikal, dan gerak melingkar beraturan
Indikator:
Mendiskripsikan dan memformulasikan hukum I Newton Mendiskripsikan dan menganalisis hukum II Newton Mendiskripsikan dan menganalisis hukum III Newton Mendiskripsikan gaya normal Mendiskripsikan dan gaya gesek (pengayaan) Menerapkan Hukum-hukum Newton yang bekerja pada benda
Pembuat:
Aris Hendaris, S.Pd
SMAN 2 Cirebon
Keterangan
Untuk download file ini klik disini. Sebelum download Anda harus mendaftar terlebih dahulu sebagai anggota.
Jika Anda kesulitan dalam mendownload file, tersedia layanan dari bank-soal-fisika. klik disini.
HASAN ASPAHANI, Lahir di Sei Raden, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kaltim, 9 Maret 1971 pada sebuah keluarga sederhana petani kelapa.
Sekolah di SMAN 2 Balikpapan, sambil jadi kartunis lepas di Surat Kabar Manuntung (Sekarang Kaltim Post). Lalu diundang lewat jalur PMDK di IPB, dan kuliah sambil diam-diam terus mencintai puisi.
Setelah berupaya memberdayakan ijazah sarjana di beberapa perusahaan, lalu akhirnya kembali ke dunia tulis menulis lagi, maka sekarang bekerja sebagai Wakil Pemimpin Redaksi di BATAM POS. Di kota ini menjalani hidup bersama Dhiana (yang disapanya Na') dan Shiela dan Ikra (yang memanggilnya Abah).
Beberapa puisinya pernah terbit di Jawa Pos (Surabaya), Riau Pos (Pekanbaru), Batam Pos (Batam), Sagang 2000 (Yayasan Sagang, Pekanbaru, 200) Antologi Puisi Digital Cyberpuitika (YMS, Jakarta 2002), dan Dian Sastro for President 2 #Reloaded (AKY, Yogyakarta, 2003). Puisi Huruf-huruf Hattaterpilih sebagai salah satu dari 10 puisi terbaik lomba puisi 100 Tahun Bung Hatta (KPSP, Padang, 2002), dan Les Cyberletress (YMS, 2005). Hasan Aspahani juga menjadi kartunis post metro yakni sebuah kartun strip komik dengan tokoh utama "si Jeko" tukang ojek dengan kelucuannya. lihat www.post-metro.blogspot.com
Sebagian besar puisinya dapat langsung dibaca di www.penyairpalsu.blogspot.com
Ketika Tangis Itu Telah Berubah Nama Samsul Bachri
:Someone
Alam Masih tersenyum dengan manisnya dengan pedih yang tertahan Dalam peraduan malam yang menghimpitnya Dengan sedikit gelitik rindu dari buluh-buluh jejaka Yang mencoba untuk mengganggunya
Walau air-air kehidupan itu masih terus mengalir Alam masih tetap lemparkan senyumnya yang paling manis walau airmata mengalir Agar hati yang selalu penuh dengan merah dapat menjadi reda Yang mencoba tuk mati menjadi enggan berpisah dengannya
Tangis Alam masih tetap sama Sama seperti tangis tahun-tahun yang lalu Tapi tangis manusia bisa berubah makna dan nama Tidak sama seperti tangis-tangis terdahulu
Pada lorong-lorong ini saat senja Aku seperti terbuai akan sebuah lantunan sajak cinta Syair-syair merdu itu seakan ingin ikut bersamaku dalam kegembiraan ini
Sajak cinta yang bercerita akan indahnya hidup Dengan sejuta hasrat agar selalu ingin bersama Sajak cinta akan Rabb yang selalu setia menjaga dan mengingatkan
Dalam syair-syair itu aku seperti yakin akan pilihanku Dalam cinta yang tumbuh hanyalah rasa Dalam kasih yang berkembang adalah jiwa
Dalam sajak cinta ini aku seperti manusia yang baru tersadar Bahwa indahnya dunia ini bukan hanya untuk dinikmati seorang Ikatlah jiwa lain dalam jiwamu untuk lebih indah
aku melihat bicaramu di televisi (tak kutemu, mesti letih mencari alasan untuk bersetuju dengan hujjahmu) aku menyimak persiapan laskarmu (tapi tak dapat meyakinkan aku siapa sebenarnya musuh yang pantas dimusnahkan) aku melihat dendam menghitam di wajahmu (kenapa kami harus mencoreng juga arang di wajah puisi? terbakar pawaka yang kau sulutkan)
aku mencatat adegan mereka memeluk anak isterinya (senjata yang kau hunus entah berpamitan pada siapa?), aku mendengar deru kapal peluru mengarung laut ke peluk teluk mauk (tuan, bahan bakarnya ditambang dari negeri yang hendak kau hancurkan itu kan?) aku melihat tanggal ancaman yang kau lingkar dengan jumawa (patera luruh dari pohon almanak tua sejarah manusia)
aku membaca lagi puisi ini (lalu terasa sangat sia-sia menuliskannya) aku mencari kata yang hendak kubisikkan ke hatimu (hanya lirih, pawana yang ringkih berhembus tanpa sebisikpun kata, hanya sedih, basah mata yang menitik kukira darah ternyata cuma air mata yang sebenarnya kupersiapkan luruh kelak saat datang duka maha duka, lalu tiba-tiba aku merasa sia-sia meneteskannya)
apa yang mengeras di kepalamu, saudara? belulang apa yang mengalir dari beku pikirmu, saudara? imaji apa yang membeku dari deras jantungmu, saudara? tualang apa yang melaju dari pendam diammu, saudara? emosi
gelegak terkubur mengabur mengabu mengabut melumuti waktu
baiklah, aku tak akan bertanya pada siapa-siapa lagi: simpankanlah semua jawab, diamkanlah semua sebab
membawa sekepal lempung bekas galian liang kuburmu. Biar beginilah kukenang kesedihanku. Dulu kita suka menempa mainan bersama. Gumpal liat lalu jadi apa saja: hiu, raksasa, huruf X, tentara, biji mata, kaki kiri, apa saja (kecuali bunga-bunga).
Pulang dari pemakamanmu, aku
melihat langit, ada banyak sekali julur bentang benang tanpa layang-layang. Mungkin beginilah cara engkau menegur kemuramanku. Ada sisa kertas minyak, buluh belum dipotong sama panjang, lem kanji mengering, eh ada yang putus (tak sempat mengerang).
Pulang dari pemakamanmu, aku
pulang ke rumah pantai, rumah yang mengasuh anak-anak imaji kita, ombak kembali ke laut, pasir menggambar sendiri: bentuk-bentuk yang amat kukenal, tapi kini tak lagi sepenuhnya kumengerti. Jejakku jekakmu, di sana kejar mengejar.
- bersamamu, aku kembali belajar cara-cara membaca-
angka 1
ya, ada sebuah ceri merah di halaman pertama, di kebunku dulu tak ada, karena di sana cuma ada semak merambat berbuah kuning, yang kalau kusebut pun namanya kau tak akan tahu, yang pasti buah itu bukan ceri, dan tak cuma sebuah, dan warnanya bukan merah.
angka 2
ada kolam kecil di kebunku dulu tempat dua kodok hijau saling menghitung, "aku satu, dan kau dua," kata kodok pertama. "tidak, aku satu dan kau yang dua," kata kodok lain yang juga ingin disebut sebagai kodok pertama.
angka 3
nah, satu sikat gigi ini untuk siapa? "soalnya aku sudah punya, dan yang dua untuk kodok hijau yang tadi ada di halaman dua."
tunggu dulu!
tunggu dulu juga!
Kita kan cuma mau bilang, sikat giginya ada: tiga ha ha ha!
angka 4
empat ekor bebek gemuk empat ekor bebek gemuk jantan (aku bisa ingat dari warna sayapnya)
apakah mereka perlu diberi nama? tidak mereka perlu diberi bebek betina supaya mereka bertelur, dan supaya mereka tidak berkelahi, nanti kita susah menghitungnya...
angka 5
apalah lima angka yang istimewa? apakah tomat buah yang istimewa?
lima tomat yang enak dibuat jus tak perlu diberi nama karena dia sudah punya
: jus tomat namanya!
angka 6
enam anak ayam kita tak tahu jantan atau betina semuanya berbulu lembut seperti sutra di mana induknya?
kataku, "induknya mengeram empat telur lagi." kau bertanya lagi, lalu aku jawab dengan nyanyi
"tek kotek kotek jambul...."
angka 7
bagaimana memomong tujuh kelinci?
gendong saja satu per satu, mereka tak pernah saling iri
pangku saja satu per satu, karena mereka tak pernah merajuk, karena mereka tujuh ekor kelinci
angka 8
"delapan jeruk orange, bisa jadi berapa gelas jus?"
kau kah yang bertanya? " maaf, aku sedang mengenang jeruk nipis yang tumbuh di antara pohon kelapa
burung keruang bersarang di salah satu dahannya. aku tak pernah sempat menghitung berapa telurnya. aku tak berkenalan dengan angka delapan di sana. juga tidak di buku pertama yang memang tak pernah aku punya.
angka 9
delisi stroberi; sembilan biji ah, terlalu banyak buah asing di buku ini.
lalu angka nol ini, Abah? dari mana datangnya bilangan yang asing ini?
jurang dan tebing ini sudah kubuat tak punya arti kalah dengan makna kata tabah yang kutanam di dada dua tebah di sini, aku tak pernah putus berharap : suatu saat kelak pasti ada engkau yang mau singgah lalu berbagi kisah rumah, bukan sekadar meludah atau menumpah sampah
yang tak pernah sempat kuajukan padamu, adalah sebuah tanya: kapan aku bisa ikut kau seberangkan?
kematianmu telah kukabarkan di halaman depan di sebelah tawaran jasa pembesaran alat kelamin: sebuah iklan! tak ada, tentu tak ada yang berduka, sebab di bawahnya ada berita tentang pemerkosaan, dan TKW yang jeritannya jadi kutipan: "ribuan aku terjaring pelacuran!"
Tuhan? ah, setahuku, Ia tak pernah jadi langganan, tapi kemarin Ia janji akan mengirim surat pembaca (sama denganmu, Ia hanya mengajukan keberatan)
jangan rusakkan, biar saja jaring laba-laba itu memerangkap angan inginku, sampai kaudengar aku berkata: lihat! ada juga yang berumah padaku yang sekadar pintu
biar saja bangkai cecak di celah engsel itu mengeringkan lupa lalaiku, jangan lepaskan, sampai kaudengar aku berucap: lihat! ada juga yang mau berkubur padaku yang sekadar pintu
ia datang serentak hujan, bunga mayang yang luruh bersama setelah penyerbukan, dengung lebah riuh bilah-bilah, rumput ditebas rebah, aih rasanya tak cukup telinga mendengar dua belah.
(yang lebih megah dari konser sederhana ini, adakah?)
ia datang bersama arus sungai yang menuding ke wajah muara kesanakah mengalir semuanya? dulu kutanyakan pada anak-anak udang galah, jawabnya: tak perlu kau bertanya, dulu kutanya juga pada angin lincah, jawabnya: tanyakan saja pada akar kelapa, lalu kutanya pada tanah yang tabah, jawabnya: sudahlah, nanti kau akan tahu juga.
(aku tidak bertanya pada laut jauh yang mengirim pasang waktu subuh)
masih saja, ia datang bersama hujan, bunga kenangan yang tak mau luruh, menggenangkan aku ke tanya tak bermuara tak berhulu.
luka kata dan darah kita dan pecahan kaca, biar kubiar kutebar di seluruh tubuhku: rumahku, biar terperangkap pekik terlirih dunia, biar terjebak jerit tersakit manusia
debu mimpi pasti tak ramah padamu, yang datang ke: rumahku dan badai mendung ini, wahai! jangan usir ia lalu berlalu saja aku ingin terus punya alasan untuk mengabadikan duka, Saudara!
mayat, ini mayat budi, mayat budi! aih, aku rindu kalimat itu, Pak Guru kalimat yang dulu kubayangkan kautulis dengan kapur yang membuat kau seperti dikepung uban (baca: usia), tahun 1978, diam-diam aku mengejakannya di bukuku dan kemudian bangga sendiri lihat! aku sudah cakap menulis, kan?
tentu tak pernah ada gambar dan warna darah di buku inpres yang sampai juga ke kelas kita lewat birokrasi kantor penilik sekolah kecamatan (belajar tulis baca, tak sopan dengan tema kematian), lalu dengan bakat menggambarku kubuat budi dengan matanya kelam, senyumnya hitam: ini mayatnya aih, kenapa tak diponten gambarku itu, Pak Guru?
Pak Guru, aku memang bukan murid yang bisa kau banggakan, senam pagi, talkin indonesia raya, tak lebih menarik bagiku daripada membayangkan:
segegas februari selekas januari, di ujung kalender: desember nunggu teramat sabar merayakan keusangan waktu, lembar demi lembar (tanggal yang tak sempat tergambar)
ia tertibkan debar, ia rapikan gentar
ia benci kalender -- angka-angka tak terbagi -- yang angkuh sungguh mengulur-ulur umur ia dengar gemetar sobek hari-hari, mengingatkan dus merahasiakan bilangan hitung mundur
ketika dilipatnya engkau, mungkin ada Sepi yang tersisip (melapis kenangan yang kau kekalkan) ah, dia memang tak cermat merapikan hati: kertas kosong untuk menulis puisi, tak ada lagi
di amplop itu cuma namamu, seperti di hatinya tanpa perekat, prangko bergambar vas dan gunung siap mengantar sebuah kabar ke alamat-alamatmu kabar yang masihkah kau tunggu dengan rindu?
Dalam fisika, radiasi mendeskripsikan setiap proses di mana energi bergerak melalui media atau melalui ruang, dan akhirnya diserap oleh benda lain. Orang awam sering menghubungkan kata radiasi ionisasi (misalnya, sebagaimana terjadi pada senjata nuklir, reaktor nuklir, dan zat radioaktif), tetapi juga dapat merujuk kepada radiasi elektromagnetik (yaitu, gelombang radio, cahaya inframerah, cahaya tampak, sinar ultra violet, dan X-ray), radiasi akustik, atau untuk proses lain yang lebih jelas. Apa yang membuat radiasi adalah bahwa energi memancarkan (yaitu, bergerak ke luar dalam garis lurus ke segala arah) dari suatu sumber. geometri ini secara alami mengarah pada sistem pengukuran dan unit fisik yang sama berlaku untuk semua jenis radiasi. Beberapa radiasi dapat berbahaya.
Dalam video berikut dapat kita lihat apa yang dimaksud dengan radiasi panas ini. Eureka! telah mengemas konsep fisika ini dalam bentuk animasi kartun yang menarik.
Postingan ini berisi video pembelajaran fisika yang seru dan menarik. Untuk download, sahabat harus mendownloadnya langsung ke youtube. Atau jika kesulitan untuk mendownloadnya, bank-soal-fisika menyediakan layanan pesanan paket CD video Fisika. klik disini.
dia sangat bahagia, dulu setiap kali diajak main bola oleh teman-temannya di lapangan tanah yang becek di gerbang laut kampungnya, dia sangat bahagia, karena selalu saja dipercaya jadi penjaga gawang, karena dengan demikian seluruh teman-temannya akan menjaganya jauh dari bola, dari serangan lawan di lapangan tanah yang becek di gerbang laut kampungnya, ya, dia sangat bahagia, karena selalu saja ada yang menendang bola hingga jatuh dan hilang di laut yang usianya pasti tak lagi muda.
dia sangat bahagia, meskipun ketika pulang kampung, lebaran kemarin, lapangan tanah becek di gerbang laut kampungnya itu kini tak ada lagi, habis digerus laut yang tak pernah letih, dan ternyata tak pernah jadi tua, tapi dia sangat bahagia, karena teman-teman yang dulu mengajaknya main bola kini telah jadi nelayan yang gagah, yang menaklukkan pasang laut yang tak pernah diam tak pernah lelah jua.
dia sangat bahagia, dan ingin sekali bertanya kepada teman-temannya yang telah jadi nelayan yang hitam legam kulitnya, "selain ikan, kepiting, udang dan kerang, apakah kalian temukan bola plastik kita yang tak bisa kutangkap dan terjatuh dan hilang di laut waktu kita main bola dulu?"
tapi dia sangat bahagia, dan tak sempat lagi bertanya apa-apa.