alih bahasa dari sajak Pablo Neruda
Asin garam
di wadah garam
pernah kulihat ia di ladang garam.
Aku tahu
engkau tak akan mau
percaya pada apa kataku,
tapi sungguh
asin garam itu berlagu,
lagu-lagu yang asin, bentang
ladang-ladang garam itu
berlagu-lagu
meski dengan mulut yang
ditimbun tubuh bumi.
Aku pun menggigil dalam kesunyi-sunyian ini,
ketika sampai kudengar
suara asin garam
di gurun geram.
Tak jauh dari Antofagasta
padang-padang rumput basa
menerusulangkan gema:
sebuah suara
yang parah terluka,
lagu-lagu
duka cita.
Pada guha-guha
asin garam
menggunung kubur cahaya,
katedral tembus cahaya,
kristalnya samudera, ombak
yang terlupa padanya.
Maka lalu, pada setiap meja hidang
di mana saja di dunia,
wahai garam,
kami temui gurih serbukmu
memercikkan
cahaya kehidupan
pada tiap saji santap kami.
Penjaga palka-palka kapal-kapal tua,
penemu arah
di puncak-puncak laut.
Pelaut tersemula
yang entah asalnya,
bertukar arah dengan buih-busa.
Debu-debu laut yang datang
padamu, mengirimkan
ke lidahmu kecupan malam samudera: lalu
rahasia rasa yang adil disampaikan
kepada semua bumbu, semua rempah.
Sembah saji, dari lautmu tersari;
Miniatur terkecil
ombak, pada wadah garam di meja
membukakan pada kita
lebih dari sekadar serbuk putih di dapur kita;
garam:
pada asinnya
kita kecup kecap tak terhingga rasa.
Jan2003.
* Judul asli: Ode To Salt.
Hasan Aspahani
www.sejuta-puisi.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar