BATU BATAArung WardanaMa’afkan aku Tuanku!Tak ingin aku menghantammudengan katatapi kuingin menghantammudengan mauttak ingin aku menghajarmudengan lidahtapi kuingin menghajarmudengan darahtak ingin aku bergulatdengan urat wajahkutapi kuingin bergulatdengan amarahkukamu bilang kata bisa jadi mautkamu juga bilang lidah bisa jadi darahkamu juga pernah bilang wajah bisa jadi amarahsekaranglahjadikan aku mautmujadikan aku darahmujadikan aku amarahmukalau semuanyaakan merangkum untaian katamujadi lebih indahdengan membunuhkukalau semuanya akan mencaci makidetak jantungkujadi lebih merekahdengan meminum darahkukalau semuanya akan terkuburjadi menguburdengan membunuhkukalau semuanya akan sirnasekaranglahkubur akuBangkalan, Agustus 2012
Tampilkan postingan dengan label Arung Wardana. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Arung Wardana. Tampilkan semua postingan
Sabtu, 12 Januari 2013
Puisi Batu Bata | Arung Wardana
Jumat, 11 Januari 2013
Puisi Setelah Kutikam Kamu Dengan Perih | Arung Wardana
SETELAH KUTIKAM KAMU DENGAN PERIHArung WardanaTak bermaksud aku menikammukumaksud menikam baju-bajumutak bermaksud aku merobek hatimukumaksud merobek sepatu-sepatu brandedmusiapa dugaadalah wajahmu selalu kuingatdan mengantarkan aku pada pintu-pintu kotayang acapkali tak selalu ramahpada tamunyahingga kinipunmasih membekas kumpulan-kumpulan kaosmucelana-celanamutopi-topimuwarna lipstikmukursi-kursi kayu itusana kamu lihat sendiridi tepi kolam renang itulalu kamu gampang sajateriaki akukalau malam tlah berubah jadi ibliskalau dingin tlah berubah jadi setankalau sore tlah berubah jadi perihkarena tlah menikammumana gunting itubiar kamu gunting resahkutak perlu kamu balas tuk menikamkudengan perih pulakarena cukup dengan perihaku meminangmumaka singkirkandebu-debu di bajumutopimucelanamuseperti aku menyingkirkan perihdari kenangan sore itukali ini pintu-pintu kotaharap aku mengantarkan selalupada terangdanbulanYogyakarta, Agustus 2012
Sabtu, 29 Desember 2012
Puisi Jangan Lupa Bawa Mantel Malam Ini ! | Arung Wardana
JANGAN LUPA BAWA MANTEL MALAM INI!Arung Wardanabegitu juga malam berikutnyadan malam-malam selanjutnyayang akan kita rajut bersamamelalui gugusan bintanguntuk menantang asmarayang sepatutnya datangmengecap kata yang sempat tak terucapkalau aku malam iniakan tumbuhjadi malaikatkan menyelimuti malamBawa mantelku ke sini sayangselimuti akujangan biarkan angin masukentah berantah mana yang akan menyerangkutiba-tiba seperti akuyang datangtiba-tiba mencintaimukamu masih ingat hidangan kerinduanyang tersaji lewat bakmi godokkemudian kita aduk menjadi rindumungkin cuma akutapi cukup itu menjaditumbuhtenggelamKemudian kamu bangunkan akumelalui kelepak burung dara yang tersaji di rumah ituitu menjadi sepi yang hampir sirnadan meranabiarkanaku tetap memakai mantel itudan kamu tetep menyelemutinyatanpa menunggu cemasdan cinta yang akan tumbuhdalam hatimutanpa menunggu cemasdi antara lalu lalangprawiriotaman dan sono sewupada beningdalam heningkamu sendiri lagi di sinientah siapa yang kamu nantitak lama laki-laki itu datangkamu cuma termangukamu cuma menyanyikan lagu jazzsembari menatap jazz warna biru kesukaanmuseolah memeluk harapankamu mendesisseraya mengucap dusta yang maniskapankah cinta dan kenanganpertama kali tumbuh di hatimukenapa ingatan begitu rapuhcinta mungkin sempurnatapi asmara sering meranaia tatap kamumendekat dan hangatmencari-cari di mana helai rambutmuia pegangkapan akhir percintaankamu terus berjalanketika jauh di ulu hatiku terasa sakitandai aku bisa menjadi angin ituakan kuhembuskan dalam kasihkudi antara kasihmudi antara tamu berlalu lalangada resepisonisdan ada para pelayan hoteldi antara kenanganku denganmuyang berpangkal manis dan berujung getirselimuti akutanpa usahmemikirkan akan tumbuhsebuah nasibyang kan datangbiarkan aku terus mengingatmudalam catatanku seperticatatan sheakspeareSelimuti aku tibakarena dengan tibakamu akan kehilangan nasibkehilangan catatn kakiyang akan terus mengenangjadi biarkan mantel itumenyelimuti dengan caranya sendiripleasetiba aku sendiri lagiyang sebenarnya sudah pasrahpada kisahYogyakarta, September 2012http://oase.kompas.com/read/2012/10/25/15212810/Puisi-puisi.Arung.Wardana