Dengan PerumpamaanDadang Ari Murti
dengan perumpamaan seperti apa aku bisa menyapamu
mendekat ke lekuk bibirmu, lesung pipitmu
dan sepasang mata coklat tua bening
seperti langit
senjaseperti daun-daun mahony yang digugurkan angin
sebab segala kata telah tersesat di sebuah kelokan
menurun dekat rumahmu
dan tak ada yang pernah sampai
apalagi singgah
dan rasanya akupun tak perlu lagi mengingat sesuatu
yang pernah menelusup di balik rambutmu
seperti permen karet
guratan tahun yang membekas adalah cerita
tentang sudut-sudut pasar, deretan wisma pelacur
dan puluhan papan reklame, seperti komik
atau cerita bergambar yang senantiasa kita baca
walau tak pernah akui bahwa selalu ada yang
bisa membuat tertawa
sebab sudah ada uban disana, berteriak-teriak di antara
tumpukan sampah dan lumpur, juga seekor kutu
yang rajin menjilati luka dijidatmu, seperti hantu
“bukan, seekor drakula terbang dan tak kembali lagi, dulu”
bisikmu lirih, selirih degup jantung, atau rinai
di antara kakiku, saat lampu mulai dipadamkan
dan tak ada yang tersisa selain kukuk
burung hantu
di wuwung
“apa yang akan kita lakukan?”
akan kunyalakan sebuah puisi untukmu, agar tidurmu
tidak digigit gelap
dan setelah itu, tak ada bisa sampai apalagi singgah
dengan perumpamaan seperti apapun.
Surabaya, 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar