Suara TuaDadang Ari Murti
suara yang tua itu, seakan datang dari jauh
dari lorong-lorong masa lalu
merembes melalui
pagi yang dingin
ketika aku menangis sendirian
di bawah akasia yang sengaja kau tanam
untuk menjaga agar aku tetap hangat
dan tubuhku telah sampai di lereng arjuna
ketika suaramu tiba di telingaku
menjelma kabut tipis
seperti duka cita, seperti isak dan sambat
para pendaki
yang kehilangan arah
mirip sekali bukan
dengan dongeng atau kutukan yang seringkali kau hamparkan
di atas tikar tempat kita melepas penat dulu
sebelum aku pergi
sebelum kau melambaikan tangan
sebelum peluit kereta menjerit keras dan kau
berkata “ini yang terakhir”
suara yang tua itu, yang datang dari jauh
mungkin memang kau
yang tak akan pernah kutemui lagi
Surabaya, 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar