JOGJA ADEM PANASNurul Hadi Koclok
Musim hujan,
jogja menyalaTerangi desa-desa mengepung Batavia
Burung-burung pemakan bangkai mencakar wajah penjajah
Berpesta bangkai mayat-mayat hidup yang berlagak penguasa
Para badut
politik gemetar perutnya
Para begundal bersilat lidah
Hendak membinbing burung-burung terbang
Hendak mengajari ikan-ikan berenang
Tapi para burung dan ikan itu bersikap santun
Jika nampak lebih pintar daripada yang mengajari
Mereka akan distempel pipinya
Dengan cap; anti demokrasi dan teroris
Ya,itulah merk dagang import
Yang didiktekan bangsa asing
Kepada para agen pasar bebas;
Yang rela siap berkorban jilati pantat penjarah baru,
Demi pelipur lara sakit jiwa
Cacing-cacing di Jogja menggeliat
Terangsang menu busuk;
Napas mati rasa para penjarah nusantara
Tahun demi tahun berganti
Muslihat para kakek batavia semakin gila di Jogja
Hingga bayi-bayi begitu lahir pun tidak menangis
Tetapi justru tertawa pintar;
“oh,kakeku yang lucu-lucu…
Nih,cucumu terpaksa cepat lahir dari liang senggama…
Maka kakek harus cepat masuk liang lahat…”
Jogja, Januari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar