Telur MujairDadang Ari Murti
beberapa mujair berenang di matamu
di antara gelambir seperti kulit martabak
bercak dan noda jerawat, tatahan peristiwa yang menumpuk
mengingatkanku pada sekumpulan tawon
di depan kebun binatang
penjual lumpia, penjual kondom yang membuatmu
tertawa sambil memandang celanaku
“mungkin suatu hari aku akan memakanmu”
tapi tawa dan tangis selalu bertemu di lubuk yang sama,
di balik eceng gondok dan guguran daun nangka
tempat beberapa mujair menyembunyikan telur-telurnya
dari burung pemangsa telur berparuh lumpia
“jangan takut, jangan pernah, akan kutetaskan
telur-telur ini di sarang paling hangat, di sana
diatas wangkal itu” bisikku di tengah kepulan
susu hangat yang kau suguhkan
“apalagi yang bisa hidup disana, selain kau dan
kawanan emprit, apalagi?”
saat itu
gerimis turun, menghanyutkan semua telur
dari sarang diatas wangkal
Surabaya, 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar